Kamis, 27 November 2008

Hanya Kisah Manusia Biasa

Ahmad Sofa. Itulah nama seseorang yang akhir-akhir ini membuat handphone-ku tak lagi bisu. Entah bagaimana aku bisa kenal dan kemudian bersahabat dekat dengannya, yang pasti ada warna baru dalam kehidupanku setelah dia ada. Awalnya, dia terlihat sama saja dengan teman-temanku yang lain, hang-out sana sini, dugem, dan bergaul dengan siapapun. Tak ada yang menarik saat itu karena bagiku dia tetap potret anak muda jaman sekarang. Namun, perlahan tapi pasti dia menunjukkan jati dirinya, dia mulai berkisah tentang pengalaman hidupnya, cerita cinta dan kehidupan kesehariannya. Dia yang hidupnya seperti kelelawar sampai hal-hal gila yang dia lakukan bersama teman-temannya membuatku sedikit demi sedikit belajar tentang arti manusia sesungguhnya.

Ya..betapa tidak..kebebasan yang dia anut sebagai anak muda yang jauh dari orang tua tidak membuat dia melupakan tujuan hidup dia sebenarnya. Kesenangan yang dia dapatkan ketika berkumpul dengan teman-temannya tidak membuat dia lupa akan tanggung jawabnya sebagai anak, teman, dan sahabat. Aku beberapa kali dibuat terkejut oleh sikap dan cara yang dia lakukan dalam menjalani hidup. Bayangkan saja, setiap harinya dia tak pernah tidur di malam hari sebagaimana umumnya, bukan untuk melakukan ibadah shalat malam, tapi hanya untuk nongkrong bareng bersama teman-temannya, have fun, bahkan hura-hura. Dia jalani semua itu seolah tanpa beban. Hidupnya benar-benar bebas tanpa batas tapi ternyata dia tetap manusia biasa, yang pernah merasa terkurung juga. Dasar anak muda, apalagi sebabnya jika bukan karena cinta.

Cinta membuat segalanya berubah, cinta pula yang menyebabkan orang se-bebas dia merasa terkurung dan tak berdaya. Sahabatku ini pernah merasakan hampanya kehidupan saat ditinggalkan kekasih tercinta menikah. Rasa cinta yang begitu besar mengurung dia dalam kenyataan pahit yang harus ia terima. Tak mudah untuk bisa kembali menjadi dirinya, tapi waktu menjawab bahwa ia mampu. Sama ketika aku pun pernah merasakan pahitnya ditinggalkan, tak mudah keluar dari belenggu perasaan yang menyiksa dan terus terkurung dalam trauma yang tak berkesudahan. Cukup lama aku menjadi orang lain setelah kejadian itu, cukup lama juga aku membohongi dan menahan diriku dari cinta lain yang kemudian hadir. Aku berpura-pura bahagia didepan banyak orang dan aku pun berpura-pura tampil se-sempurna mungkin di hadapan mereka. Tapi, apa yang terjadi? aku malah semakin larut dalam perasaanku sendiri dan terus jatuh dalam kesedihan.

Pada akhirnya aku mencoba bangkit dan berhasil menata kembali perasaanku sembari terus berjalan berdampingan dengan kenyataan yang ada. Beruntung aku bisa mengenalnya karena aku mampu menyadari bahwa aku tidak berjalan sendirian. Menjadi diri sendiri agaknya memang kunci yang tepat menjalani kehidupan dan mendapatkan kenyamanan didalamnya. Sofa tidak malu mengakui bahwa dia seorang bajingan, dia juga kerap melontarkan kata-kata yang polos, candaan yang mengalir begitu saja, selalu bersyukur menjadi manusia yang tak sempurna, dan tetap menjalani hidup ini sebagaimana mestinya tanpa harus dijadikan beban. Darinya, aku memang belajar banyak hal.

Ternyata, apapun yang sudah, sedang, dan akan terjadi dalam hidup kita hanyalah sepenggal kisah dari seorang manusia biasa yang mencintai kebebasan, yang tidak statis berada dalam suatu keadaan, yang pasti pernah jatuh dalam keterpurukan, yang mampu merasa sedih dan bahagia, yang selalu tertawa dan menangis bergantian, dan pasti memiliki segala ketidaksempurnaan yang wajar adanya. Seseorang yang bersikap apa adanya dan mengakui bahwa hidupnya memang tak sempurna selalu terlihat istimewa, justru itulah yang membuatnya tampak sempurna. Dan, atas setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, tak perlu disikapi secara berlebihan, hadapi dan jalani saja apa adanya, tak ada guna dijadikan beban, toh..pada saatnya badai pasti berlalu, dan disaat yang sudah ditentukan, kebahagiaan pasti datang tanpa terlambat.

Tidak ada komentar: