Jumat, 30 Januari 2009

Balada Si Fresh Graduate

Waktu menunjukkan pukul satu lebih dua puluh menit dini hari. Harusnya aku udah tidur di jam segitu. Tapi karena aku sedang merindukan seseorang, maka jadilah aku mengaktifkan ebuddy, software messenger untuk HP, dan berselancar ria di dunia chatting. Tiba-tiba ada teks masuk dari seseorang. Iya' namanya.

Nama lengkapnya Eimiria Tamsyarina, cukup panggil aja dengan Iya'. Menurutku, dia orang yang setipe denganku untuk beberapa hal tertentu, salah satunya soal mengejar mimpi dan cita-cita. Kami sama-sama punya mimpi besar dan ambisi yang kuat. Bedanya, dia jauh lebih keras dan niatnya kenceng banget. Gak heran, akhirnya dia menjadi lulusan terbaik The London School of Public Relations-Jakarta tahun 2008 dengan predikat summa cum laude. Wow.. keren sekali.

Perasaan bangga jelas aja muncul karena walaupun kami tak sedekat lem dan prangko, Iya' ini salah satu teman yang sering sharing denganku, dan aku tahu hasil itu adalah buah dari kerja kerasnya selama ini hidup di kota besar seperti Jakarta. Yaa..maklumlah dia ini asli daerah yang merantau ke ibukota. Anaknya sangat aktif dan gak bisa diem. Selalu haus pengetahuan dan tomboi abis. Yang menonjol dari ciri fisiknya adalah kulitnya yang putih banget bagai lobak dan rambutnya yang kriting kaya mi goreng. Gak pernah sedih, selalu ceria,selalu optimis dan bersemangat. Makanya aku kaget membaca teksnya malam itu.

Awalnya dia menggempurku dengan emoticon 'crying'. Ku tanya, 'Iya knapa?', dia hanya menjawab singkat, 'firda, iya sedihhh'.'Loh?Iya bisa juga sedih??!' candaku. 'beneran fir..lagi sedih..'. Ok, melihat reply darinya, aku mulai menata settingan diri dan mengaktifkan 'serius' mode di otakku. Aku tanya lagi,'sedih kenapa?mau cerita?'. Setelah menunggu beberapa saat Iya membalasnya.'Iya juga gak tau fir sedih kenapa. Iya cuma pengen nangis tanpa tau apa sebab yang pastinya'. Waduh..piye toh anak ini, sedih kok gak ada sebabnya. Hmm..tapi aku juga pernah sih mengalaminya, saat aku gundah menjadi pengangguran.Ahaa..pengangguran. Mungkin ini juga yang sedang dialami Iya berkaitan dengan perasaannya kala itu.

'Iya sedih tanpa sebab??gara-gara kerjaan-kah?' tanyaku spontan. 'Hmm..iya fir salah satunya itu. Iya bingung..harus gimana?Masa harus terus nganggur?'. Ups..tebakanku jitu juga. Perasaan yang wajar menurutku apalagi Iya' merupakan lulusan terbaik. Dengan segala kemampuanku, aku berusaha menyemangatinya. 'Iya..tenang aja..lulusan terbaik pasti bisa dapet kerja.Gw aja yang IPK-nya ngepas hampir dibawah standar bisa dapet kerja.Allah tuh cuma lagi ngatur schdule yang pas aja buat lo..nanti kalo dah fixed, baru deh Dia akan umumkan' begitu kata-kata bijakku. 'Kaya gini ya nasib fresh graduate?' katanya pesimis. Sembari bercanda aku berseloroh, 'Hehehehe..mungkin Iya sedang terkena sindrom fresh graduate blues..ga papa, gue juga pernah ngalamin, tapi santai aja, badai pasti berlalu kok, ini kan hanya bagian dari proses hidup'.Melihat jawabanku yang lagi-lagi bijak, Iya langsung mengirimiku emoticon tepuk tangan. 'Wahh..miss secara..bijaksana banget sih'. 'Miss secara' merupakan panggilan favoritnya yang ditujukan untukku, entahlah tapi Iya' seneng banget manggil aku dengan sebutan itu.

Hehehe..jadi ketawa sendiri membaca kata-kata Iya. Bijaksana. Kadang-kadang aja sih munculnya kalo otakku ini lagi pas settingannya. 'Trus waktu lo kaya gue, lo ngapain?'Iya kembali bertanya. ' Tetep berusaha tersenyum walau pahit rasanya. Yang penting berdoa sebanyak-banyaknya dan tetap berusaha!!Chayo!!!' jawabku.'Pengen deh bisa kaya firda..'.'Iya juga bisa..pasti bisa!Kerjaan itu cuma soal rejeki aja, kan lo tau rejeki dah ada yang atur, tinggal kita usaha terus' 'iya juga ya.Hmm..thanks banget ya fir..Iya jadi dapet suntikan semangat baru' begitu katanya menutup chat kami.

Aku menghela nafas panjang, lagi dan lagi aku mendapati cerita ini.Yups, curhatan Iya' tentang keluhannya adalah yang kesekian kali terdengar di telingaku. Ada banyak teman-temanku yang merasakan pahitnya menjadi pengangguran terdidik. Dan, masing-masing di kondisi yang sama, baru lulus kuliah alias fresh graduate. Aku pernah merasakan hal serupa bahkan deritaku lebih lengkap saat pekerjaan yang sudah ada didepan mata tiba-tiba lenyap. Gak karuan kondisi hati waktu itu.Tapi..yaa..mau gimana lagi..life must go on, dan aku gak boleh terus-terusan meratapi nasib, apa kata dunia kalo tiba-tiba senyum manisku lenyap digantikan airmata kesedihan??hehehe..

Jumlah pengangguran di negara ini katanya bakal meningkat tajam seiring krisis ekonomi global yang melanda dunia. Bayangan masa depan yang suram tentu akan bahkan sudah menghantui mereka yang sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan. Termasuk mereka, sahabat-sahabatku. Kalo kata aku, mereka bukannya gak punya kualitas dan kelayakan bekerja, tapi murni karena emang belum rejekinya. Salah gak sih pendapatku itu ditengah kondisi negara yang udah carut marut kaya gini?Mau dibilang lapangan kerjanya yang sempit??Menurutku nggak tuh..karena nyatanya apapun yang kita kerjakan berpeluang menghasilkan uangkaya jagain toilet misalnya, tinggal duduk aja liatin orang keluar masuk,bisa dapet duit. Mau dibilang SDM-nya sendiri yang belagu, maunya macem-macem, maunya dapet kerja yang sesuai? Menurutku juga sah-sah aja, wajar donk kalo kita punya mimpi, cita-cita, dan ambisi sekalipun judulnya fresh graduate. Gini nih emang gak enaknya jadi fresh from the oven..eh..fresh graduate maksudnya, sering diremehin mereka-mereka yang katanya 'berpengalaman'. Padahal mereka yang 'berpengalaman' pun belum tentu punya kualitas yang lebih bagus.

Balik lagi ke kisah sahabat-sahabatku, aku jadi berkaca pada diri sendiri yang sering banget mengeluhkan pekerjaanku saat ini. Hmm..ternyata aku bodoh yaa.. udah dikasih banyak nikmat yang gak semua orang miliki, eh..malah kufur. janji deh, aku bakal terus memperbaiki diri. Paling nggak, curhatan mereka udah menyentil hati kecilku untuk berhenti mengeluh. Inget kata Papaku, ' biarpun tempat kerjamu itu kecil, dan gajimu juga gak seberapa, yang penting kamu harus bersyukur bahwa kamu, dengan terbatasnya gajimu, masih bisa berbagi dengan banyak orang. Liat teman-temanmu yang masih menganggur, liat orang-orang di jalanan sana, kamu lebih baik dari mereka'. Iya ya, Papa bener juga.

Gak peduli aku ini cuma fresh graduate yang kerja di perusahaan kecil dan gaji yang gak besar, yang penting saat ini aku bisa jadi berguna buat banyak orang. Aku yakin bahwa aku bisa mengejar impian besarku menjadi seorang produser dari sebuah program TV yang dicintai masyarakat asal jangan cengeng dan pantang menyerah. Tapi yang paling paling penting dari semuanya : terus berdoa dengan ikhlas. Hmm..nih aku punya kata-kata bagus buat Iya' dan juga yang senasib dengannya, yang aku ambil dari fesbuknya ustad Ahmad Alhabsyi tadi pagi,'Boleh
jadi Allah mengabulkan harapan kita dengan tidak memberi apa yang kita inginkan, karena Dia Maha Tahu bahaya apa yang akan menimpa dibalik keinginan kita'. Buat Iya' sahabatku, kita punya mimpi yang besar..mimpi besar itu gak bisa diraih dengan hati dan jiwa yang kecil, jadi, untuk bisa menggapainya, kita mesti punya hati dan jiwa yang juga besar..jangan nyerah Ya'..liat kawanmu ini, semaksimal mungkin senyum selalu!hehehe..

Selasa, 20 Januari 2009

..Aku Bersyukur Punya Papa Seperti Papaku..

Pagi itu aku duduk di bangku nomor 2 dari depan patas AC 17, seperti biasa. Sepi banget. Paling cuma ada 10 orang didalamnya termasuk aku. Aku sibuk dengan handphone Nokia 6600 bekas adikku.Ya..hanya melihat-lihat saja teman-temanku di fesbuk. Tak berapa lama sms masuk. Kulihat siapa pengirimnya. Papa. "kamu dah nyampe mana?dah dapet bis?". Segera ku balas bahwa aku sudah aman di dalam bis dan baru mau akan melewati perempatan bulak kapal.

Setelah aku selesai dengan handphone-ku, aku kembali duduk manis dan menikmati perjalanan. Sekilas aku mendengar percakapan antara supir dan kernetnya. " AC-nya mati nih" kata si supir. "Yang didepan juga mati?" tanya sang kernet."Iya..gimana nih?mau balik tapi belom dapet setoran, diterusin..AC mati" Dalam hati aku bertanya-tanya, ada apa dengan bis yang kunaiki?benarkah AC-nya mati?.Kemudian aku memeriksa AC yang ada tepat diatas kepalaku. Yup, supir itu benar. AC-nya mati.

Belum sempat aku berpikir lebih jauh, aku lihat banyak penumpang turun karena menyadari bahwa AC dalam bis mati. Yang tersisa hanya tinggal berempat. Aku menunggu keputusan dari supir dan kernet bis itu. Karena secara pribadi, aku tak masalah dengan kondisi bis yang tanpa AC. Beberapa saat kemudian si kernet terlihat sibuk menenangkan penumpang yang juga akan ikut turun dan tiba-tiba si supir berteriak, 'Bayarnya cukup 5 ribu aja sama kaya non AC, nggak apa2, 5 ribu aja'. Spontan ada rasa miris hadir dalam hatiku. Mendapat potongan seribu mungkin tak berpengaruh bagi para penumpang, tapi uang seribu rupiah dikalikan jumlah penumpang itu sangat berarti bagi sang supir. Dan, jelas..potongan itu merugikan sang supir, ku tegaskan MERUGIKAN SUPIR, bukan perusahaaannya.

Aku hampir menitikkan air mata melihat usaha yang dilakukan supir dan kernetnya agar mereka bisa mendapatkan setoran dikondisi bis yang tanpa AC. Dengan susah payah Mereka meyakinkan penumpang untuk tidak turun berganti bis seraya berdoa agar bis itu juga tidak mogok dijalanan. Untunglah para penumpang rupanya masih memiliki kebaikan hati untuk tetap ada dalam bis.

Dari tempat dudukku, aku melihat wajah supir itu. Wajah yang renta dan mulai rapuh. Melihatnya, aku teringat papaku. Aku teringat bagaimana ia bekerja keras menghidupi kami. Aku teringat bagaimana ia sekuat tenaga membiayai aku hingga kini aku jadi sarjana. Dan..aku ingat betapa aku sering sekali berdebat dan melawannya. Aku bersyukur..karena aku tidak jadi turun dari bis yang AC-nya mati itu, aku bersyukur karena aku diberikan hati yang sensitif dan cengeng sehingga aku bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, satu hal yang terpenting.. walaupun papaku keras dalam mendidikku, aku bersyukur punya papa seperti papaku..jika boleh aku ungkapkan isi hatiku, "Pah..nda sayang sama papa,luv u so much.."

Senin, 05 Januari 2009

..Gue Pengen Kerja Dari Hati..

Hari ini adalah hari pertama gw masuk kerja lagi setelah libur tahun baru yang lumayan lama. Cuaca pagi ini cerah banget, sinar mataharinya terang dan menghangatkan. Harusnya sih gw bisa bersemangat memulai hari pertama kerja di tahun yang baru. Tapi entah kenapa gw menyikapinya dengan biasa-biasa aja, cenderung malas bahkan. Apa sebabnya ya? Pertanyaan itulah yang akhirnya muncul juga di otak gw dan sampe sekarang gw masih mereka-reka jawabannya.

Hmm..ketidaknyamanan yang mungkin sedang melanda diri gw dan menjadi sebab 'tidak bersemangat'nya pagi ini. Gw lagi merasa ga nyaman dengan pekerjaan yang sedang gw jalani saat ini. Apakah ini tandanya gw kufur nikmat ya??Hmm..kalo memang iya..y Allah, ampunilah aku.Satu lagi pertanyaan, apakah kenyamanan itu sama dengan syukur?Karena kata orang bijak,'ketika anda bisa bersyukur, maka otomatis anda akan merasa nyaman'.Hh..gw sedang dan selalu berusaha untuk tetap bersyukur pada apapun yang Allah berikan dalam hidup gw, termasuk takdir gw harus kerja di tempat ini. Tapi koq ya gw masih tetep berasa ga nyaman..

Letak persoalan yang sebenarnya bukan ada pada perusahaan atau jobdesk gw, tapi lebih ke faktor personalnya. Yang bikin bahaya, sampe detik ini gw belom menemukan apa sih yang sebenernya gw cari, apa sih yang membuat gw bahagia??Gw belum menemukan jati diri gw yang sesungguhnya, khususnya dalam menentukan karir.

Gw pernah punya impian masa kecil untuk keliling dunia beli boneka Barbie dan nampaknya dengan menjadi wartawan, gw bisa meraihnya. Maka, jadilah gw isi 'wartawan' di setiap kolom yang menanyakan tentang cita-cita. Semakin yakin pula gw dengan pilihan itu yang kemudian mengantarkan gw kuliah di fakultas ilmu komunikasi sekaligus berhasil jadi sarjana ilmu komunikasi. Harusnya sedikit lagi gw bisa mencapai cita-cita gw sebagai wartawan dan memang hampir terwujud dengan pekerjaan yang gw jalani saat ini. Tapi..semakin kesini, gw bukannya bersemangat, malah ragu. Apakah jalan yang gw pilih untuk jadi wartawan itu tepat??

Keraguan yang gw rasakan bukan muncul secara tiba2 melainkan dengan proses. Sebelum gw dinyatakan lulus sidang skripsi Agustus lalu, gw sudah melewati tahap terakhir rekrutmen pegawai di KanalOne, sebuah anak perusahaan Bakrie, dan dinyatakan lolos. Gak kebayang betapa senangnya hati gw saat itu,di bulan kelahiran gw, gw udah dapet kerja, yang bikin bangga lagi adalah sebelum gw lulus, gw dah dapet kerjaan. Tapi semuanya tiba-tiba berubah saat pihak KanalOne menunda tanda tangan kontrak dengan gw, alasan yang mereka kemukakan adalah renovasi kantor, dan lain sebagainya. Mereka menjanjikan waktu 2 minggu untuk memberi kabar lagi ke gw. Fine..ga masalah, gw bisa nunggu, lagipula gak cuma gw doank yang mengalami hal serupa, semua calon pegawainya pun merasakan. 2 minggu dari waktu yang dijanjikan, kabar itu belum juga muncul, sebulan kemudian juga tak ada tanda-tanda kepastian, lama-lama, gw mulai hopeless dan melepas harapan gw ke KanalOne yang sekarang berganti nama jadi Vivanews.

Gw mulai lagi dari awal untuk ngelamar kerjaan yang lain, ada kali selama sebulan sepi telepon dari perusahaan. Gw semakin hopeless tapi juga menikmati keadaan gw yang pengangguran, toh saat itu gw juga kan belom diwisuda. Gw bener2 jadi menikmati hidup sebagai jobseeker sekaligus pengangguran (kata orang), karena buat gw, gw bukanlah pengangguran, gw melakukan sesuatu bagi diri gw sendiri dan bisa jadi manfaat bagi orang lain, terutama nyokap gw. Ya iyalah, tiap hari kerjaan gw bantuin beliau jemur baju, nyapu, ngepel, nyetrika, dan cuci piring. Meskipun banyak orang bilang pekerjaan rumah tangga itu sepele, tapi bagi gw, yang terpenting adalah gw tetep bisa melakukan sesuatu dan apa yang gw kerjakan bisa ada manfaatnya. Sampe pada suatu hari Media Indonesia ngundang gw untuk ikutan tes calon reporter alias carep, ga diduga gw berhasil diterima disana.

Siapa sih yang nggak bangga bisa masuk ke perusahaan punyanya Surya Paloh itu??gw pun bangga pada awalnya meskipun status gw masih freelance. Hari itu hari pertama dan terakhir gw ada di Media Indonesia. Yah, semua orang pasti akan terkaget-kaget dengan keputusan gw yang dinilai terlalu cepat. Semua orang bingung dengan jalan pikiran gw. Tapi apa mau dikata keputusan itu sudah keluar. Konsekuensinya jelas gede, selain gw merusak nama almamater gw disana, gw juga terancam dimurkai Allah karena telah menyia-nyiakan rezeki yang udah dikasih. Gw juga bingung kalo ditanya kenapa gw bisa mengambil keputusan tersebut, mungkin kata hati gw yang menuntun seperti itu. Atau mungkin karena satu alasan ketidaknyamanan, gw juga nggak tahu pasti.

Sejak saat itu gw mulai galau dengan cita-cita gw. Gw mulai goyah dalam berpendirian. Dan menghasilkan satu pemikiran yang lain. Gw ga mau terlalu berambisi untuk jadi wartawan. Ya udahlah kerjaan apapun yang bikin gw nyaman akan gw terima. Masalahnya,kadang kenyamanan sering ga sejalan dengan kenyataan dan kondisi kehidupan. Gw pengen bekerja dari dan dengan hati tapi nanti jatuhnya gw jadi idealis dan itu terkadang berbenturan dengan kenyataan hidup dimana gw adalah harapan bagi orangtua gw meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Sekarang coba gw jawab arti kenyamanan bagi diri gw sendiri. Menurut gw, kenyamanan itu ga selalu harus ada di perusahaan besar dengan gaji besar dan dikuasai orang-orang besar, meski idealnya demikian. Nyaman adalah ketika gw bisa bekerja dengan keikhlasan dan sepenuh hati. Nyaman adalah ketika gw mendapatkan suntikan motivasi dari orang-orang disekitar lingkungan kerja gw. Dan nyaman adalah ketika gw mendapatkan gaji yang layak, yang bisa gw pergunakan tidak hanya bagi diri gw sendiri, tapi juga bagi orang-orang di sekitar gw. Nyaman adalah ketika gw bisa bersemangat pergi ke kantor. Nyaman adalah ketika gw bahagia dengan apa yang gw kerjakan. Itulah nyaman.

Gw terima tawaran kerja ditempat ini murni karena gw takut Allah marah ma gw. Ga ada alasan apapun selain karena Allah. Gw bener-bener mencoba bersyukur dengan rutinitas baru gw yang tiap pagi berangkat kerja dan ketemu macet. Susssaahh bgt ternyata. Susah untuk meredam idealisme gw sendiri. Dan sangat sulit buat gw menemukan kenyamanan di tempat ini. Buat gw bekerja disini memang lebih membuat gw bisa 'memaksakan' kenyamanan ketimbang di Media Indonesia.

Disana, meskipun perusahaan itu besar, dikuasai orang besar, tapi gw sangat terganggu dengan jarak tempuhnya yang jauh banget dari rumah gw. Ngekos??bisa memang tapi itu juga mengandung konsekuensi, yakni gw ga bisa merhatiin kucing-kucing gw. Gw pun ga suka dengan peraturan yang mewajibkan gw pake kostum item putih ditengah karyawan lain yang pake kemeja biru bertulisakan 'MetroTV' atau 'Media Indonesia'. Perbedaan status antara karyawan tetap dan karyawan kontrak tuh ketara banget. Padahal baik yang freelance ataupun tetap, kita sama-sama kerja buat Media Indonesia. Sampe detik ini gw bener-bener nggak bisa ngerti kenapa ada pembedaan kostum kaya gitu di sebuah perusahaan.

Nggak taulah gw ini sebenernya mau jadi apa. Mungkin iya gw terlalu idealis. Satu-satunya cara ampuh yang sedang gw lakukan untuk meredam semua ini adalah terus berdoa dan meminta agar gw bener-bener termasuk ke dalam golongannya orang-orang yang bersyukur. Semoga suatu hari nanti, kenyamanan itu akan gw temukan.Aminn...