Rabu, 26 November 2008

Ancaman PHK Dan Buruknya Sistem Pendidikan Indonesia

Tidak lama lagi para pekerja negeri ini harus bersiap-siap menghadapi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diperkirakan terjadi pada tahun 2009. Jumlah pekerja yang terkena ancaman ini pun tak main-main, yakni 13000 orang (seperti dilansir Sindo beberapa waktu lalu). PHK dianggap sebagai satu-satunya jalan yang harus diambil perusahaan demi keberlangsungan usahanya di tengah krisis finansial global yang melanda hampir seluruh negara di dunia.
Memang, tidak hanya perusahaan di Indonesia saja yang akan mengambil langkah ini, setidaknya tanda-tanda PHK juga dirasakan para pekerja di negara lain, seperti Amerika, negara yang menjadi sumber kekacauan ini terjadi. The Big Three, General Motor, Ford, dan Chrysler sebagai perusahaan otomotif terbesar disana terancam bangkrut. Dampak dari PHK massal ini jelas akan sangat kompleks khususnya bagi Indonesia yang notabene –nya masih berstatus negara berkembang.

Orang-orang diluar sana meributkan bahwa penyebab PHK adalah imbas dari krisis ekonomi global dimana perusahaan mengalami dilema antara harus menyesuaikan dengan situasi perbankan dan menurunnya permintaan produksi.Tapi kita kadang lupa berintrospeksi dengan kesalahan dan kelemahan dalam negeri sendiri. PHK sudah sering terjadi setiap tahunnya sejak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 dan tidak pernah ditemukan solusi pasti mengatasi hal ini. Akar dari permasalahan tersebut salah satunya adalah buruknya sistem pendidikan di Indonesia. Begitu banyak anak-anak putus sekolah bahkan tidak mampu bersekolah karena tingginya biaya pendidikan, sistem ujian nasional yang blur , gaji guru yang tidak layak, sarana dan prasarana yang tidak memadai, lemahnya pendidikan kewirausahaan, sampai yang tak kalah penting rendahnya pendidikan agama yang diberikan. Pendidikan yang disebut pemerintah termasuk ke dalam sektor prioritas, nyatanya tak demikian. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat akan memicu lebih banyak persoalan jika langkah PHK terpaksa harus dilakukan.

Jangankan mereka yang hanya memiliki ijasah SMP atau SMA, yang sudah jadi sarjana pun tak luput dari ancaman PHK dan pengangguran. Ini menandakan ada yang salah dalam sistem pendidikan kita dimana pendidikan wirausaha, kemandirian, dan agama masih dikesampingkan. Tentu kita tidak punya banyak waktu untuk mengurusi buruknya sistem pendidikan mengingat ancaman PHK yang sudah didepan mata. Tapi, sistem pendidikan ini penting untuk dibenahi dengan lebih mengedepankan kemandirian usaha dimana sektor UMKM mungkin bisa jadi pilihannya. Harus ada perubahan yang dilakukan untuk mengantisipasi PHK yang masih mungkin terus terjadi setiap tahunnya, sektor pendidikan inilah yang perlu diperhatikan.

1 komentar:

Gayuh Arya Hardika mengatakan...

Pendidikan itu seharusnya bagaimana sih? apakah sekedar mempersiapkan peserta didiknya menjadi siap mengisi lowongan kerja dan menjadi "baut atau mur" pada sistem yang berlaku? ataukah seharusnya pendidikan itu untuk mencerahkan manusia agar mengenali kemampuan, akar persoalan, memanusiakan manusia--melakukan transformasi pengetahuan bukan sekedar dalam bentuk skill, tetapi juga sikap batin seklaigus mental--sehingga peserta didik itu mampu memahami persoalan yang ada dan jika kemudian mengenali bahwa yang menjadi akar persoalan adalah kecacatan sistem, maka ia mampu membangun sistem yang lebih baik?