Rabu, 31 Desember 2008

Tulisan Firda Di Penghujung 2008..

Jalanan Jakarta pagi tadi terasa sangat lengang. Mobil-mobil masih cukup banyak berseliweran tapi tak sepadat hari biasanya. Tak ada macet, tak ada pula kesibukan berarti.Cuacanya pun teduh, berbeda dari hari-hari kemarin. Cukup dimaklumi memang karena hari ini adalah hari terakhir di penghujung tahun 2008.

Di dalam bis kota, aku memandang ke luar jendela. Sepi, lega, dan mobil melaju tanpa tersendat sedikitpun.Seorang seniman jalanan menambah teduh suasana dengan lagu 'alhamdulillah' nya Opick. Pikiranku kemudian menerawang ke belakang. Teringat berbagai peristiwa selama satu tahun ini dimana segala suka dan duka selalu berbaur jadi satu cerita.

Dimulai dari kisah cintaku yang tak begitu mujur tahun ini.Putus cinta memang tak membuat aku hancur tapi menyisakan trauma yang cukup lumayan. Orang-orang baru datang dan pergi silih berganti mencoba meluluhkan kerasnya hatiku. Namun sayang, belum ada yang berhasil. Ada yang hampir berhasil tapi gagal juga.Bukan karena mereka tak baik tapi karena memang hati ini saja yang belum terketuk. Entah sampai kapan aku berjalan sendiri, yang pasti aku tetap bisa menikmatinya.

Lalu ingatanku tertuju pada masa kuliahku di semester-semester terakhir. Betapa kagetnya aku ketika tertulis di papan pengumuman nama dosen yang akan membimbing skripsiku. Dra.Sri Fatmawati Mashoedi. APAA???si 'Sari Whiteshoes' itu??Whiteshoes adalah grup band indie yang mengusung penampilan dan tema lagu era 80an, nah, potongan rambut Bu Sri itu juga era tahun 80an, jadilah kusebut ia demikian. Beliau adalah dosen psikologi komunikasi saat aku berada di semester 3. Gaya berbusananya yang jadul selalu jadi bahan ejekan di kelasku. Apalagi caranya mengajar juga bisa terbilang kolot dan termasuk ke dalam daftar dosen 'killer'. Banyak yang anti dan berdoa agar beliau bukanlah dosen pembimbing mereka, termasuk aku. Tapi apa mau dikata ketika kenyataan justru berkata sebaliknya. Aku berada di bawah bimbingannya.

Saat pertama kali brainstorming dengannya, jujur aku sangat ngeri dan takut karena selain disiplin, beliau tipikal doesn yang perfeksionis.Untunglah, 3 judul yang kuajukan, salah satunya membuatnya tertarik dan tanpa banyak kesulitan, beliau langsung memberikan tanda tangan persetujuan judul.Lama kelamaan aku mulai dekat dengannya dan ternyata penilaianku terhadapnya selama ini salah. Beliau tak seperti yang terlihat diluarnya.

Bu Sri itu baik dan sangat keibuan. Sangat sabar dalam memberikan bimbingan dan benar-benar demokratis, beliau mau menerima argumenku. Alhasil, penyusunan skripsiku menjadi sangat cepat meski sempat menemui berbagai kesulitan. Bu Sri adalah salah satu orang yang mengantarkan perjuanganku meraih titel Sarjana Ilmu Komunikasi tepat pada waktunya. Dan kini, aku merindukannya.

Airmataku perlahan jatuh saat cerita ini melintas dalam memoriku. Satu cerita dimana aku harus kehilangan nenekku untuk selamanya. Aku pernah berjanji dalam hati, kelak jika aku sudah punya gaji, aku akan membelikan apapun yang beliau minta. Tapi, sayang..belum sampai niat itu terwujud, ia sudah pergi. Terbersit penyesalan di hati namun sudahlah mungkin ini yang terbaik.Pengalamanku mendampingi beliau dari awal sakit hingga kematiannya merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam hidupku. Untuk pertama kalinya, semangatku untuk jadi jurnalis terbakar ketika aku mendapati perlakuan sebuah rumah sakit umum di kota Cirebon yang sangat tidak menyenangkan. Bagaimana bisa orang-orang di rumah sakit itu tega menelantarkan nenekku yang sedang sekarat hanya karena beliau dianggap miskin dengan menggunakan askes???Dimana sisi kemanusiaan merekaa??Hampir kalap aku saat itu kalau saja sepupu-sepupuku tidak datang menenangkanku. Walaupun pada akhirnya beliau harus pergi, aku bersyukur, derita itu akhirnya lepas sudah.

Perjalananku selama satu tahun ini ditutup dengan pengesahan gelar sarjanaku 2 minggu lalu. Tak terlukiskan betapa bangganya aku bisa menyelesaikan kuliahku yang 4 tahun itu. Begitu mengharukan sekaligus memberikan pengharapan yang baru. Sekali lagi aku tersenyum. Kali ini, khusus kutujukan padaNya. 'Alhamdullillah' yang dinyanyikan seniman itu menggugah hatiku untuk tetap bersemangat melanjutkan hidup di tahun baru yang beberapa jam lagi akan dimulai. Satu resolusi yang ada dalam hatiku adalah semoga aku menjadi lebih baik dan mendapatkan segala yang terbaik dalam hidup..amin..

1 komentar:

Heringuhir mengatakan...

kamu jago juga ya menuangkan tinta...hehehe
salut deh