Selasa, 20 Januari 2009

..Aku Bersyukur Punya Papa Seperti Papaku..

Pagi itu aku duduk di bangku nomor 2 dari depan patas AC 17, seperti biasa. Sepi banget. Paling cuma ada 10 orang didalamnya termasuk aku. Aku sibuk dengan handphone Nokia 6600 bekas adikku.Ya..hanya melihat-lihat saja teman-temanku di fesbuk. Tak berapa lama sms masuk. Kulihat siapa pengirimnya. Papa. "kamu dah nyampe mana?dah dapet bis?". Segera ku balas bahwa aku sudah aman di dalam bis dan baru mau akan melewati perempatan bulak kapal.

Setelah aku selesai dengan handphone-ku, aku kembali duduk manis dan menikmati perjalanan. Sekilas aku mendengar percakapan antara supir dan kernetnya. " AC-nya mati nih" kata si supir. "Yang didepan juga mati?" tanya sang kernet."Iya..gimana nih?mau balik tapi belom dapet setoran, diterusin..AC mati" Dalam hati aku bertanya-tanya, ada apa dengan bis yang kunaiki?benarkah AC-nya mati?.Kemudian aku memeriksa AC yang ada tepat diatas kepalaku. Yup, supir itu benar. AC-nya mati.

Belum sempat aku berpikir lebih jauh, aku lihat banyak penumpang turun karena menyadari bahwa AC dalam bis mati. Yang tersisa hanya tinggal berempat. Aku menunggu keputusan dari supir dan kernet bis itu. Karena secara pribadi, aku tak masalah dengan kondisi bis yang tanpa AC. Beberapa saat kemudian si kernet terlihat sibuk menenangkan penumpang yang juga akan ikut turun dan tiba-tiba si supir berteriak, 'Bayarnya cukup 5 ribu aja sama kaya non AC, nggak apa2, 5 ribu aja'. Spontan ada rasa miris hadir dalam hatiku. Mendapat potongan seribu mungkin tak berpengaruh bagi para penumpang, tapi uang seribu rupiah dikalikan jumlah penumpang itu sangat berarti bagi sang supir. Dan, jelas..potongan itu merugikan sang supir, ku tegaskan MERUGIKAN SUPIR, bukan perusahaaannya.

Aku hampir menitikkan air mata melihat usaha yang dilakukan supir dan kernetnya agar mereka bisa mendapatkan setoran dikondisi bis yang tanpa AC. Dengan susah payah Mereka meyakinkan penumpang untuk tidak turun berganti bis seraya berdoa agar bis itu juga tidak mogok dijalanan. Untunglah para penumpang rupanya masih memiliki kebaikan hati untuk tetap ada dalam bis.

Dari tempat dudukku, aku melihat wajah supir itu. Wajah yang renta dan mulai rapuh. Melihatnya, aku teringat papaku. Aku teringat bagaimana ia bekerja keras menghidupi kami. Aku teringat bagaimana ia sekuat tenaga membiayai aku hingga kini aku jadi sarjana. Dan..aku ingat betapa aku sering sekali berdebat dan melawannya. Aku bersyukur..karena aku tidak jadi turun dari bis yang AC-nya mati itu, aku bersyukur karena aku diberikan hati yang sensitif dan cengeng sehingga aku bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, satu hal yang terpenting.. walaupun papaku keras dalam mendidikku, aku bersyukur punya papa seperti papaku..jika boleh aku ungkapkan isi hatiku, "Pah..nda sayang sama papa,luv u so much.."

2 komentar:

Programming And MultiMedia mengatakan...

waahh cewek ini hatinya "cantik" juga ya,karna bisa ikut merasakan kesusahan yg sedang dialami seorang supir yg sdg mencari rejeki banting tulang dengan kondisi bis yg sedang tidak sehat.(oh jadi naik patas ac 17 ya,berarti lewat bulak kapal.tempatku nunggu bis..hehhehehehe..)

Nah gitu dunk fir...walaupun ortu kita agak keras mendidik kita,karna itu semata mata ortu kita kepengen ngeliat kita menjadi Anak yang berhasil mengapai masa depan yang gemilang.jasa2 beliau kayaknya tidak bisa dibalas dengan apapun dibandingkan dengan pengorbanan yang sudah dilakukan dari kita lahir hingga sudah menjadi sarjana....jadi sayangilah beliau dgn setulus hati dan jgn pernah menyakiti hatinya......

sonix mengatakan...

hai... slam knal w Dimas. w tertarik baca tiap artikel2 yg lw buat. GILA, AMAZING.. w kagum ama lw.. lw punya ati CANTIK bgt..blh knal gak...

THANKS..