tag:blogger.com,1999:blog-90915417217713575912024-02-21T17:16:08.660+07:00firda dan dunia firdaFirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-24894947508071386572010-12-28T14:16:00.002+07:002010-12-28T15:24:25.369+07:00Dari Bukit Jalil Hingga Gelora Bung Karno, Kau Tetap Garuda Di Dadaku..<div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Wajah Bimo</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">,24,<span lang="EN-US"> tertunduk lesu saat Mohd. Safee Sali,pemain timnas Malaysia bernomor punggung 10 itu melesakkan gol ketiga dalam pertandingan final leg 1 antara Malaysia - Indonesia di Stadion Bukit Jalil,Malaysia, Minggu (26/12). Gol ini sekaligus menggenapkan kemenangan Malaysia 3-0 atas Indonesia. Sorak sorai pendukung timnas Indonesia pun berganti sunyi. </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Kecewa. Itulah yang dirasakan semua rakyat Indonesia. Terlebih bagi Bimo dan sebagian besar suporter yang langsung terbang ke Malaysia untuk mendukung tim Garuda berlaga. Bukan hanya pengorbanan materi, waktu, dan tenaga saja tapi juga harga diri sebagai warga negara Indonesia yang jadi taruhan. Yah, harap maklum..lawan kali ini adalah negara serumpun yang hobinya jadi plagiat segala rupa bangsa Indonesia. Dari batik, lagu, angklung, sampai pulau diklaim sebagai miliknya.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">" Sudah pasti sangat kecewa. Bolehlah Indonesia itu kalah dari negara lain tapi jangan dengan Malaysia, saya nggak rela. Mereka negara pencuri " ujarnya menggebu.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitdPob-XkRzZOrJrRSEOGG_-FHlxpZgSu4-1zMCxcrRgppI0s23cQEydsGqPDUfvcQgXgAZPwybM7WJ63Hbs5wIVjNITZslkBHSeKshL_m-iez5AcRdH99boA4hQ0UmBxmKo0NztEGjiEd/s1600/med_1310100720_tim-nas-ungguli-maladewa.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitdPob-XkRzZOrJrRSEOGG_-FHlxpZgSu4-1zMCxcrRgppI0s23cQEydsGqPDUfvcQgXgAZPwybM7WJ63Hbs5wIVjNITZslkBHSeKshL_m-iez5AcRdH99boA4hQ0UmBxmKo0NztEGjiEd/s1600/med_1310100720_tim-nas-ungguli-maladewa.jpg" /></a></div><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Reaksi Bimo tergolong wajar karena ulah negaranya Siti Nurhaliza ini sungguh sangat menggemaskan. Bahkan, semakin membuat geram dengan kelakuan sejumlah suporternya yang sengaja menggunakan laser pointer untuk mengacaukan fokus pemain timnas. </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Tak hanya itu, kabarnya suporter mereka pun melempari tribun pendukung Indonesia dengan botol air mineral dan coba melakukan provokasi. Benar-benar ulah kampungan yang tidak mencerminkan sportifitas.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Contoh nyata ketidaksportifan mereka terlihat s<span lang="EN-US">ejak </span>menit awal pertandingan. W<span lang="EN-US">ajah Markus Haris Maulana, sang kiper, berkali-kali disorot sinar laser sehingga berbuntut protes di menit 53 agar pertandingan dihentikan. Wasit mengabulkan protes tersebut selama kurang lebih 5 menit dan meminta pihak official Malaysia mengambil tindakan tegas terhadap penonton yang melakukan aksi </span>memalukan itu<span lang="EN-US">.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">P<span lang="EN-US">ertandingan akhirnya dilanjutkan kembali. Kali ini dengan tensi yang meningkat. Emosi serta konsentrasi pemain berhasil diacak-acak karena insiden tersebut. Hal itu terlihat dari barisan pemain belakang yang mendadak kocar-kacir bak ayam kehilangan induk. Tidak ada koordinasi yang solid apalagi pertahanan rapat. Akibatnya fatal. Kesalahan Maman Abdurrahman, punggawa lini belakang timnas, dalam mengantisipasi umpan lawan membuahkan gol pertama bagi harimau malaya-julukan Malaysia- lewat tandukan Safee Sali di menit 59. 1-0 untuk keunggulan Malaysia.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Setelah tertinggal 1 gol, pasukan Alfred Riedl ini bukannya berbenah dan memperbaiki lini pertahanan malah semakin kehilangan fokus. Selang 4 menit kemudian, gol kedua Malaysia yang disebabkan terbukanya ruang dikotak penalti menjadi bukti. Tak ayal, teriakan suporter Malaysia pun menggema ke seantero stadion termegah di Asia Tenggara itu membungkam suara Garuda di Dadaku. </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Pesta ternyata belum usai hingga Safee menutupnya dengan kembali menjebol gawang Markus di menit 71. Tuntas sudah pembalasan dendam Malaysia dari kekalahan </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">5<span lang="EN-US">-</span>1<span lang="EN-US"> atas Indonesia saat babak penyisihan grup di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) beberapa waktu lalu. Ekspresi puas sontak ditebar para pemain Malaysia di hadapan 80 ribu lebih pendukungnya. Malaysia larut dalam gegap gempita kemenangan sedangkan Indonesia pulang membawa sejumlah pekerjaan rumah yang mesti segera diselesaikan.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Meski peluang masih terbuka lebar pada pertandingan leg kedua di Stadion Gelora Bung Karno 29 Desember nanti, hasil ini cukup memperberat langkah timnas Indonesia menjuarai Piala AFF untuk pertama kalinya. Mau tidak mau pasukan Garuda wajib melesakkan minimal 4 gol tanpa balas agar bisa keluar sebagai pemenang. Sungguh tidak mudah. </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6pJ5_AicmSyrJXYDJRaYgQ-joBehNZRqleRlsIngFdTUzbytML03JwzgetxSI1C9b6mcnZYgvIDoceusRd-KQHkWxpEHhLaAu_4Q4Tdprz7NFz0f5vHgWvsh5WtwpAbv72YGAxABaYKb1/s1600/Gaya+Unik+Suporter+Timnas+Merah+Putih.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6pJ5_AicmSyrJXYDJRaYgQ-joBehNZRqleRlsIngFdTUzbytML03JwzgetxSI1C9b6mcnZYgvIDoceusRd-KQHkWxpEHhLaAu_4Q4Tdprz7NFz0f5vHgWvsh5WtwpAbv72YGAxABaYKb1/s320/Gaya+Unik+Suporter+Timnas+Merah+Putih.jpg" width="320" /></a></div><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Tak hanya itu, kekecewaan berjuta rakyat pendukung timnas Indonesia juga mustahil ditutupi. Namanya juga pendukung, tentu berharap tim favoritnya memenangi pertandingan. " Emang sih kita belum sepenuhnya kalah karena masih ada satu kali laga lagi di Indonesia,kita tetap dukung dan optimis tapi soal kecewa itu pasti " tutur Niko, salah satu suporter asal Jakarta yang bekerja di Selangor,Malaysia.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Kecewa lantaran kalah dari Malaysia mungkin tidak lebih menyakitkan daripada kecewa karena perlakuan manajemen sepak bola di negeri sendiri. Calon suporter tuan rumah harus menelan dua kali pil pahit sebagai akibat dari tidak profesionalnya PSSI mengatur sistem pembelian tiket. Antrian panjang berjam-jam dari Subuh hingga Subuh lagi itu sudah jadi hal biasa yang dimaklumi para suporter tapi jika loket antrian tidak kunjung dibuka pada waktu yang telah dijanjikan,apalagi mendekati hari H pertandingan, haruskah mereka menganggapnya wajar?Belum lagi harga tiket yang melambung tinggi dengan alasan mencegah terjadinya penumpukan penonton (udah kaya mudik lebaran aja) di Stadion GBK. Padahal, bisa jadi itu hanya alasan kamuflase semata</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;"> demi keuntungan bisnis<span lang="EN-US">.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Buktinya, ribuan calon suporter yang datang dari seluruh penjuru Indonesia tetap <i>keukeuh</i> ingin membelinya. Bahkan, jumlahnya membludak drastis.Berapapun harga tiketnya, mereka rela antri untuk bisa membeli. Tak peduli panas dan hujan, dengan sabar mereka masuk dalam antrian. Tak ada alasan apapun kecuali hanya ingin duduk di tribun stadion mendukung timnas Indonesia,ikut memerahkan Gelora Bung Karno, menunjukkan nasionalismenya. Hanya itu.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">" Saya kesini jauh-jauh dari Makassar bersama keluarga dan teman-teman khusus untuk mendukung timnas Indonesia tapi kok begitu sampai Jakarta, kami malah kesulitan mendapat tiket, tidak cuma tersiksa antrian panjang saja tapi juga loketnya terlambat dibuka sampai sore " ungkap Andi Raharja, salah seorang suporter yang akhirnya tidak kebagian tiket kategori III.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Senada dengan Andi, Asep, suporter asal Bandung ini juga mengeluhkan rumitnya proses penjualan tiket yang dinilainya tidak efisien. " Kalau tiket final ini beda dengan babak sebelumnya, jauh lebih ribet. Kita nggak hanya antri aja untuk beli tapi juga mesti menukarkan voucher segala di H-1. Jadi, setelah bayar, kita baru dapat voucher yang nanti bakal ditukar dengan yang asli. Antrinya jadi dobel kan? " katanya kesal.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Entah apa maksudnya manajemen PSSI mempersulit suporter yang berniat membeli tiket resmi hingga berbuntut kericuhan Sabtu (25/12) lalu. Yang jelas, kekalahan 3-0 dari Malaysia di Stadion Bukit Jalil menunjukkan bahwa kehadiran mereka memiliki pengaruh besar dalam menguatkan mental pemain. Malah ada yang sampai menahbiskan mereka sebagai pemain ke - 12 dibelakang kiper. </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkjqx0B04he5lSSAcT_98YtO2GJeQ9v9upkuBYNloTS5_4LdrbwyeV9hshEvavTtp87o8VDzlFHjxekfn_TvquqZe78ALSdWOwvsz8KAOjh1Btva3U-T61gu0lW3ZvC214aUPlr81hjAU5/s1600/suporter+timnas+indonesia.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkjqx0B04he5lSSAcT_98YtO2GJeQ9v9upkuBYNloTS5_4LdrbwyeV9hshEvavTtp87o8VDzlFHjxekfn_TvquqZe78ALSdWOwvsz8KAOjh1Btva3U-T61gu0lW3ZvC214aUPlr81hjAU5/s320/suporter+timnas+indonesia.JPG" width="320" /></a></div><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Memang tak berlebihan jika ada yang menyebut demikian. Pasalnya, dari 5 kali main di kandang sendiri, dengan dukungan penuh 88 ribu suporter fanatik, Indonesia selalu meraih poin penuh alias tidak pernah kalah. Kondisi sebaliknya justru terjadi di final leg pertama yang dihelat distadion lawan dimana tuan rumah hanya memberi jatah 15% kursi pendukung Indonesia. </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Imbasnya, n<span lang="EN-US">yawa merah putih seakan tenggelam dilautan biru kuning pendukung Malaysia. </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Kondisi pertama kalinya bermain tandang ini rupanya membuat para pemain didera nervous, apalagi ditambah dengan berbagai tekanan baik dari permainan lawan hingga ulah tidak sportif suporter tuan rumah. Mental mereka jatuh hingga menimbulkan kekacauan fokus yang berakibat sangat fatal, kecolongan 3 gol sekaligus.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Kekalahan ini seyogyanya menjadi pelajaran berharga khususnya bagi manajemen PSSI yang sering meremehkan suporter dengan minimnya bentuk pelayanan serta carut marutnya sistem yang berlaku selama ini. Buka mata anda saat Garuda diterkam habis Harimau Malaya. Lihat..mereka tak berdaya tanpa puluhan ribu suporter yang biasanya memerahkan GBK dan menyanyikan lagu Garuda di Dadaku. Dan lihat..betapa kehadiran suporter lawan mampu memberikan tekanan hingga sang harimau mengganas melukai sayap garuda dan membuatnya tersungkur. </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Jika tak ingin menyebut faktor suporter yang jadi biang kekalahan, maka mental pemainlah yang jadi kunci kemenangan. Tanpa mental juara, sampai kapanpun timnas Indonesia akan gagal meraih sukses.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;"> Dan s<span lang="EN-US">elama mental juara ini belum dimiliki, wajar rasanya jika jutaan pendukung Indonesia ditempatkan sebagai motivator utama bagi para pemain yang tidak sekedar berteriak INDONESIA atau bernyanyi Garuda di Dadaku saja tapi juga membakar semangat merah putih dalam jiwa mereka.</span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Lupakan kekalahan pahit kemarin lusa. Tak usah lagi saling hujat ini dan itu. Tak perlu membalas ulah suporter Malaysia yang tidak sportif. Kini saatnya bangkit dan berbenah diri. Harapan itu masih ada, gelar juara pun didepan mata. Hanya perlu 4 gol tanpa balas untuk mewujudkan mimpi kita semua, menjadi yang terbaik se-Asia Tenggara. Khusus bagi PSSI, hentikan segala arogansi anda terhadap para suporter sebab tanpa teriakan, nyanyian, yel-yel, juga seragam merah putih mereka, Garuda Indonesia tak bisa kepakkan sayapnya jauh lebih tinggi. </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;">Sedangkan bagi kami semua suporter timnas Indonesia<span lang="EN-US">,</span><span lang="EN-US"> </span><span lang="EN-US">Stadion Gelora Bung Karno akan jadi saksi bahwa garuda tetap di dadaku</span>, tak peduli menang atau kalah..<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: #cc0000;"> </span></span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
sumber foto : t<span lang="EN-US">eras-info.blogspot.com/2010/12/dukungan-fans-indonesia-menuai.html</span><br />
<div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span><a href="http://giealfonsin.blogspot.com/2010/12/foto-unik-suporter-timnas-indonesia.html">http://giealfonsin.blogspot.com/2010/12/foto-unik-suporter-timnas-indonesia.html</a><br />
<a href="http://www.inioke.com/konten/2812/timnas-indonesia-ungguli-maladewa.html">http://www.inioke.com/konten/2812/timnas-indonesia-ungguli-maladewa.html</a></div><div class="MsoNormal"><span lang="EN-US"> </span></div></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-48154300669286048572010-11-10T21:30:00.003+07:002010-11-10T22:12:03.297+07:00Obama : Ke Jakarta Aku Kan Kembalii..(membawa bukti)<div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span"></span></span></span></div><blockquote></blockquote><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Sudah sejak 2 hari ini (9-10 November 2010), Jakarta dibuat semakin sibuk dengan kedatangan Barrack Obama, Presiden Amerika Serikat ke-44 yang menghabiskan masa kecilnya di Menteng Dalam, Jakarta Pusat. Tak pelak, kemacetan berlipat ganda pun harus dialami warga ibukota akibat penutupan sementara beberapa ruas jalan yang dilewati oleh Obama beserta rombongan.Namanya juga tamu negara, tentunya wajib dihormati. Tamu negara yang satu ini sungguh unik karena merupakan Presiden Amerika Serikat pertama keturunan Afro-Amerika dan pernah tinggal serta menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Sangat istimewa, bukan? </span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;"><br />
</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Saking istimewanya, pemberitaan tentang bencana Wasior, Mentawai, dan Merapi yang akhir-akhir ini meramaikan headline media massa mendadak tenggelam digantikan dengan cerita kunjungan Obama ke negeri ini (padahal cuma 19 jam doang,<i>loh</i>). Pejabat-pejabat tinggi negara juga tak kalah heboh karena asyik menghadiri jamuan makan malam bersamanya. Bahkan, kayak kena amnesia sesaat terhadap ketiga bencana itu. Belum lagi aksinya Bu Mega yang secara tak terduga, hadir dalam acara jamuan makan malam tersebut. Si Ibu fans beratnya Obama, kali ya?Hehehe..</span></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;"><br />
</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Nah, dari sekian banyak cerita istimewa dibalik kedatangannya itu, ada satu sisi menarik (paling menarik menurutku) ketika beliau menyampaikan kuliah umum di Balairiung UI seusai mengunjungi Mesjid Istiqlal, pagi tadi.</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;"><br />
</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Obama memulai kuliah umum tepat pukul.09.30, lebih cepat 15 menit dari jadwal semula. Dia mengawalinya dengan senyum dan sapaan lewat bahasa Indonesia yang fasih, “ <i>Selamat Pagi. Assalamualaikum.Salam sejahtera.Pulang Kampung, nih</i> “ . Sontak saja seisi Balairiung UI yang dipenuhi sekitar 6.000 peserta itu riuh ramai dibuatnya. Belum selesai keriuhan mereda, ia kembali mengucapkan sebuah kalimat, “ <i>Indonesia bagian dari diri saya</i> “. Bisa anda bayangkan sendiri betapa bergemanya seisi Balairiung UI mendengar kalimatnya itu.</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;"><br />
</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Walaupun terdengar singkat, sebuah kedekatan personal mampu diciptakan Obama di hadapan jutaan pasang mata rakyat Indonesia yang menonton pidatonya. “ <i>Indonesia bagian dari diri saya</i> “ secara eksplisit bermakna bahwa nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan keberagaman yang ada di Indonesia sangat membekas dalam dirinya. Ia ada dan tumbuh bersama Indonesia, merangkul ratusan juta rakyat Indonesia untuk maju membangun Indonesia yang lebih baik. Sungguh kalimat yang menyejukkan hati dan manis dinikmati.Bangga sekali mendengarnya. Eh, tapi <i>ente</i> nggak lagi <i>nge</i>-gombal kan, Om Obama?</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;"><br />
</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Itu baru salam pembuka-nya saja. Masuk ke inti pidato, Obama semakin memukau dengan berkali-kali menyebut ‘Pancasila’ dan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ sebagai suatu landasan yang patut dicontoh oleh dunia. Dia menekankan betapa demokrasi mampu menyatukan keberagaman yang ada di Indonesia. Dia datang membawa harapan baru bagi Indonesia tentang pembangunan, perdamaian, persatuan, dan toleransi antar umat beragama. Secara garis besar, beginilah bunyi janjinya : mempererat hubungan diplomatis antar kedua negara dan memperkuat hubungan kemitraan antar keduanya dalam segala bidang. Janji itu disampaikan penuh semangat dan optimistis. </span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;"><br />
</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Wajar saja jika ribuan peserta yang hadir seakan tersihir oleh spirit Obama yang bak angin surga itu. Apalagi saat Obama melanggar aturan <i>Secret Service</i> (paspampres-nya Amerika) untuk turun panggung dan menyalami peserta yang ada di barisan depan. Dia semakin mencuri hati jutaan rakyat Indonesia yang terbengong-bengong menyaksikan aksi langka tersebut.Yah..sebelumnya di Indonesia mana ada <i>sih</i> Presiden Amerika yang mau repot-repot salaman selama 5 menit sama peserta kuliah umumnya, ya kan? Salut deh.</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;"><br />
</span></b></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><b><span class="Apple-style-span" style="color: #134f5c;">Kini, setelah Air Force One membawa Obama pergi meninggalkan Indonesia siang tadi, rakyat tinggal menunggu realisasi janji-janji Obama yang dituangkannya dalam ‘<i>comprehensive partnership</i>’. Tak perlu banyak memaknai kunjungannya ke Mesjid Istiqlal dan sikapnya saat memberikan kuliah umum di UI. Doakan saja semoga itu memang tulus dari hati seorang Obama, anak Menteng yang kembali ke Indonesia sebagai Presiden Amerika Serikat, negara adidaya yang kebijakan pemerintahannya, terutama terhadap negara-negara muslim Timur Tengah, kontroversial. Jangan banyak berprasangka buruk dulu gara-gara cuma sehari doang mampir kesini. Berbaik sangka-lah terhadapnya. Cobalah percaya “ <i>Indonesia bagian dari diri saya</i> “.Dia berhak menjadi kesan tersendiri di hati rakyat Indonesia yang tiba-tiba terkena virus Obamania. Dan virus ini tentu akan lebih ganas lagi jika ia datang kembali membawa bukti nyata, bukan janji-janji semata, apalagi angin surga belaka.Mari kita berdoa bersama. </span></b></span> </span></span></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-15772935490295005212010-10-21T13:47:00.000+07:002010-10-21T14:00:28.382+07:00Seksinya Si Mbak Piar..Aw..Aw..Aw<p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Minggu lalu aku kebagian jatah liputan di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Biasa, </span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >review</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > soal bar & resto. Aku cukup bersemangat hari itu (</span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >tumbeeennnn…</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >) karena tempat yang akan aku datangi, menurut referensi teman-teman sih, unik dan asik. Maka berangkatlah aku bersama fotografer, </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >namanya Satria</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >, kesana menggunakan</span></span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >fasilitas </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >mobil </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >kantor. </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" ><o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Sebenernya bukan letaknya yang sulit dijangkau (orang persis di depan </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >H</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >otel Grand Flora koq) tapi karena nggak ada papan nama atau plang yang menandakan bahwa itu adalah tempat yang kumaksud, jadilah agak ribet tanya sana-sini. Iyalah..meski aku tahu pasti alamatnya bener tapi kalo nggak ada plangnya, yaa..aku juga jadi ragu-ragu. Jadi, biar nggak salah dan malu-maluin, baiknya tanya dulu deh. </span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Setelah dapat dipastikan, aku pun memasuki tempat itu. Hmm…cukup kagum juga aku melihat setingan interior yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang. Bayangin aja, sempet-sempetnya gitu kepikiran untuk bikin kursi dari krat bekas minuman ringan, lampu dari bekas botol bir, atau asbak dari kaleng softdrink. Udah gitu, uniknya lagi, bangunannya nggak tersusun dari tembok atau batu bata melainkan dari bekas 4 buah kontainer dijadiin satu. Wajar dong kalo aku jadi norak bin kagum?hehehe..Secaraa yaa di </span></span></span><st1:place st="on"><st1:city st="on"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Jakarta</span></span></span></st1:city></st1:place><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > mana ada tempat kaya begini. </span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Singkat cerita, aku disuruh menunggu terlebih dahulu oleh </span></span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >waitress</span></span></span></i><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > disana sebelum bertemu dengan seseorang yang akan aku wawancarai (baca : </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Mbak </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Piar). Tak berapa lama muncul-lah seorang wanita berpenampilan seksi (teramat sangat :D), tak terlalu tinggi, dan berwajah cukup </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >cantik</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >.</span></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >” Hai, Mba Firda ya? “ sapanya ramah</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > bahkan teramat sangat ramah (hampir lebay ramahnya). </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Aku pun </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >hanya </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >membalas sapaannya</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > singkat </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > sambil tersenyum. “ Kita mulai aja yuk </span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >interview</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >-nya “ katanya </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >dengan nada centil.<o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Jadilah aku mulai cerewet tuh tanya segala macem tentang tempat ini. Nah, lagi asyik-asyiknya ngobrol, nggak sengaja aku melihat suatu pemandangan yang tidak lazim</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >. B</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >ra (sorry..) </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >S</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >i </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >M</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >bak Piar-nya tersingkap dibalik dress mini yang bagian atasnya terbuka sangat lebar. Opss..OMG!</span></span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Ga cuma kesingkap separuh aja tapi juga hampir semua bagian dadanya habis kebuka.</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > Kalo aku boleh nebak, ukuran bra-nya sekitar 36 B. Kebayang dong betapa </span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >somlehoy</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >-nya wanita ini. </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Ckckckck..</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" ><o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >A</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >ku, meskipun sesama wanita, tetep aja merasa risih dan salah tingkah berada didepannya. Mau negor, aku nggak enak karena dia semangat banget ceritain tempatnya, nggak negor juga gimana.</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Aku hanya bisa mengisyaratkan ekspresi wajahku yang bingung. </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Tapi, bukannya suudzon nih ya, masa sih dia nggak ngerasa kalo baju bagian atasnya terbuka sangat sangat lebar? Nggak berasa gitu ada angin semriwing masuk ke dadanya?Yaudahlah ya mungkin dia emang beneran nggak sadar. </span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Aku pun coba kembali fokus dengan pertanyaan-pertanyaanku, masih dengan perasaan yang teramat risihnya. Di tengah obrolan, </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Si M</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >bak-nya ijin mau kedalem dulu, mau ambil sesuatu katanya. Dia pun beranjak dari sofa dengan kondisi baju bagian atasnya terbuka dan super minim dibagian bawah. </span></span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Begitu dia pergi, </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Satria</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > menghampiriku dan berkata, </span></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >“ Fir, itu cewek seksi banget ya?Sadar nggak sih dia kalo buah dadanya lagi jadi pusat perhatian? ” tanyanya. </span></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Pikiran </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Satria</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > nggak jauh beda sama pikiranku. Ku jawab santai, “ Nggak tau juga ya dia sadar apa nggak, tanya aja langsung sama orangnya “ celetukku.</span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Selang beberapa waktu,</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > S</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >i </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >M</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >bak Piar kembali, kali ini dia agak merapihkan bajunya, yaa..mendingan sedikit deh, tapi giliran bagian bawahnya yang terangkat cukup ekstrim. Wah..wah..aku semakin tidak nyaman dengan itu, entah dengan </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Satria</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > yang duduk persis didepannya (posisiku bersebelahan dengan </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >M</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >bak Piar). Sejenak aku tetap berkonsentrasi dengan daftar pertanyaanku walau berasa risih banget. Kulirikkan mataku kearah </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Satria,</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > tampak ia sedang asyik membidik kamera sambil sesekali mengintip paha mulus </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >S</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >i Mbak Piar. </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" ><o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Saat sedang berapi-apinya ia menjelaskan keunggulan tempat, ehh..baju bagian atasnya terbuka lagi..kali ini lebih syurrr… </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Aku berusaha kasih isyarat ke dia kalau bajunya terbuka tapi rupanya ia tak sadar atau pura-pura tak sadar. </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Udah deh aku semakin nggak nyaman aja dibuatnya. Buru-burulah aku menyelesaikan wawancaraku dan bergegas pergi dari tempat itu. (Giliran </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Satria </span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >deh menggerutu, “ Huhh..ngapain sih buru-buru banget? </span></span></span><st1:place st="on"><st1:state st="on"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Kan</span></span></span></st1:state></st1:place><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > jarang-jarang tuh dapet pemandangan alamiah begitu!” umpatnya) He?Pemandangan alamiah?Iye enak di elo nggak enak di gue yeee secara gue juga cewek gitu..berasa malunyaaa, kataku dalam hati. </span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Dalam perjalanan pulang, </span></span></span></span><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Satria</span></span></span><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > kembali membahas soal kejadian tadi. </span></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >“ Fir, gila ya tu cewek, paraahhh abiss!Menurut lo dia ngerasa nggak sih kalo bra-nya nantangin? “ ujarnya. </span></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Aku rada-rada bingung juga mau jawab apa. Dibilang nyadar tapi koq ngebiarin, dibilang nggak sadar juga mustahil. </span></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span lang="EN-US"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >“ Nggak tau deh nyadar apa nggak, mungkin nggak sadar kali “ jawabku. </span></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" ><span lang="EN-US"></span>“ Masa nggak nyadar sih, ah..rata-rata yang namanya PR (humas) emang gitu sih, mesti keliatan menarik, tapi yang ini sih, terlalu menarik, semok, seksi, aduhai, gile bener “ timpal Satria.<o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Sejenak aku merenungi celotehan Satria tentang profesi si Mbaknya sebagai PR sebuah bar & lounge. Apa iya seorang PR perusahaan(khususnya resto, bar, dan lounge) harus berpenamilan segitu seksi bin menariknya untuk men-</span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >treat</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > tamu atau wartawan? Aku yang kebetulan kuliah di sekolahannya PR tentu saja mengelakkan pernyataanku sendiri. Tapi fakta di lapangan berkata lain. Sebagai seorang jurnalis, tentu saja aku selalu berhubungan dengan mereka berkaitan dengan berita yang mau aku tulis. Dan sebagian besar PR yang aku temui berpenampilan aduhai seksi </span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >somlehoy</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >. <o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Berdasarkan pengetahuan yang aku dapat waktu kuliah, seorang PR memang wajib menjaga penampilannya karena ia membawa citra perusahaan. Dia yang ada di garda depan sebuah perusahaan, terlebih bila perusahaan itu kena masalah. Tapi pertanyaannya adalah haruskah yang namanya menjaga penampilan itu tadi diwujudkan dalam cara berpakaian yang menurutku berlebihan? Persepsi ‘seksi’ tiap orang kan beda-beda. </span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Be sexy its ok</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > dan aku setuju jika setiap wanita ingin tampil seksi sekaligus cantik. Bagiku, </span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >sexy is not bitchy</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >.<o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Sebenernya nggak penting juga sih ngurusin Si Mbak-nya itu. Mau dia pake rok super mini atau baju yang cuma nyisain seperempat bagian buah dadanya juga terserah dia. Aku merasa kasihan aja sama Mbak-Mbak lainnya yang memiliki profesi serupa tapi menjaga penampilannya tetap sopan. Citra profesinya jadi tercemar cuma gara-gara satu atau beberapa orang PR yang nggak betah pake baju menutupi paha dan dada. Lihat aja gimana Satria berkomentar, profesi PR-nya kan yang dibawa-bawa?Aku tentu saja nggak mau menyalahkan Satria yang punya pendapat seperti itu, setiap orang kan berhak punya pendapat masing-masing. Mungkin juga dia (dan aku) udah terlalu sering menemukan PR yang modelnya begitu.<o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Selain kasihan sama citra profesi (harap maklum,lulusan almamater kampus PR terkenal), aku juga nggak kalah kasihan sama Si Mbak cantik itu. Tubuh mulusnya jadi komoditas pria-pria yang ia temui. Ya Satria, pegawai restonya, belum lagi kalau dia pergi ke tempat terbuka, wah..makin banyak aja deh yang menikmati keindahan tubuhnya.Hehe..</span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" ><br /></span></span></span></p><p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Mungkin dia merasa bangga bisa memamerkan </span></span></span><i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >body</span></span></span></i><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >-nya yang membuat para pria menelan ludah sambil melotot itu. Mungkin juga dia senang mendapat pujian, “ Wah..dahsyat benar ya payudaramu “ atau, “ Wow, pahamu mulus banget ya “. Hmm..eh, tapi kira-kira dia bakalan senang juga nggak ya kalau ada cowok iseng yang bilang, “ Colek dikit ah, neng “ sambil nyenggol payudaranya?Kalau seneng, yaahh..mungkin dia bakal bilang, “ Boleh bang asal cukup ongkosnya “ hehe..mungkin loh..baru mungkinn.Nah, kalau dia nggak seneng dan malah marah, siap-siap aja dapet celetukan, “ Lah, jangan salahin kite dong, kan situ yang ngasih liat “ hehehe..<o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >Yah..semoga Si Mbak Piar yang aku temui memang benar-benar tak menyadari kalau ‘aset’nya telah dikonsumsi setidaknya oleh 10 orang pria di dalam sana. Jika benar itu yang terjadi, maafkan aku juga ya Mbak karena isyarat mata dan ekspresi wajahku tidak mampu menyadarkanmu. Pun dengan bibirku yang tiba-tiba saja kelu disuguhi shock terapi macam itu. <o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" > </span></span></span></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" >“ Woiii Firr..udah nyampee..bengong aje lu! “ teriak Satria membuyarkan lamunanku. </span></span></span><o:p></o:p></p>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-63984776525966016722010-10-07T18:23:00.000+07:002010-10-07T18:31:40.318+07:00Kisah Tentang Kamera, Si Punux, dan Soto Kudus<p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Liputanku kali ini terbilang garing alias jayus abis. Tapi, meskipun garing, mudah-mudahan rasanya tetap enak dinikmati oleh anda yang membacanya. Begini ceritanya (kaya prolognya Kismis (Kisah Misteri), pernah noton acaranya kan?kalau nggak salah ditayanginnya di RCTI..hehe). Senin, 4 Oktober 2010, pukul 13.00, aku bergegas menuju Jalan Waluya 1 No.25, Kebayoran, Jakarta Selatan (alamat ini bukan palsu, hanya disamarkan.hehe)menumpang mobil kantor yang disopiri Pak Hamid. Sebelum kesana, aku mampir sebentar ke Grand Indonesia untuk mengembalikan buku sakti-nya sebuah brand pakaian ternama. Harusnya sih buku itu nggak boleh sampai ke pihak luar, terutama aku yang </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">notabene</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">-nya kerja di media massa. Berabe kan kalau bocor?Ahh..untungnya aku bukan tipe wartawan yang ember, bocor sana sini. Jadi, ‘rahasia’ perusahaan itu tetap aman ditanganku. Lagipula, aku hanya menjadikan buku itu sebagai referensi terpercaya (mirip </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">tagline</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">-nya koran rajawali biru..hehe) agar aku tidak salah menyampaikan informasi, bukan untuk disalahgunakan macam-macam. Kebetulannya lagi ( atau emang sengaja pengen narsis), justru si humasnya yang kasih pinjam buku itu, bukan aku yang memintanya. Nah, cerita tentang si humas nekat ini lain kali aku ceritakan. Sekarang aku lanjutkan dulu cerita liputanku ini. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Begitu selesai urusan di Grand Indonesia, aku siap meluncur ke tempat tujuan utamaku tadi. Belum lama aku masuk mobil, hape bututku berdering, tertera nama Ibon, fotografer kawakan koran rajawali biru. “ Fir, ke Jalan Waluya itu naik angkutan nomor berapa ya? “ tanyanya. “ Wah, aku juga nggak tahu naik apa makanya aku minta mobil kantor, Bang Ibon dimana nih? “ kataku balik bertanya. “ Aku lagi di bank dulu nih bayar utang, gimana nih ya? “ sahutnya makin bingung. Mendengar nada Bang Ibon yang tampak harap-harap cemas, segeralah aku berinisiatif untuk mengajaknya ikut bersama kami. “ Bang Ibon mau bareng aja nggak?Aku tunggu di HI ya “ ujarku. Dengan nada lega Bang Ibon pun mengiyakan tawaranku. Akhirnya kami sepakat janjian disekitar Bunderan HI, tempat tongkrongannya wartawan dan fotografer ibukota.</span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Meski aku dibekali kamera Nikon seri jadul yang dipinjami kantor, aku selalu mengajak fotografer hampir kemanapun aku bertugas. Tentu ada alasannya. Selain hasil jepretan mas-mas fotografer yang jauh lebih bagus (maklumlah,aku ini biasanya jadi model tok, ndak ngerti kamera.hehe), kehadiran mereka membuat keselamatan diriku agak terjamin (jaminan pasti kan cuma dateng dari Tuhan). Lho??Keselamatan terjamin?Yups. Gara-gara sebuah kamera, aku hampir saja celaka. Saat itu aku dituduh sebagai mata-mata polisi oleh seorang ‘buronan’ yang kebetulan sedang mengadakan lobi-lobi bawah tanah di sebuah restoran tempatku liputan. Cerita lengkapnya nanti saja ya. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Bicara soal teman-teman fotograferku, Bang Ibon termasuk yang paling senior (lagi-lagi) di koran rajawali biru tempatku bekerja. Tampilan luarnya ‘menyeramkan’. Rambut gondrong sebahu, sesekali diikat kuda, celana jins robek-robek, kulit hitam, lengkap dengan aksesori lainnya mcam gelang dan jam tangan. Gayanya </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">rock n roll</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">. Apalagi kalau dengar suaranya yang lantang, pastilah ia bertambah ‘seram’. Maklum saja, Bang Ibon berasal dari suku Batak yang terkenal dengan gaya bicara meledak-ledak bak petasan. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Aku dan Bang Ibon termasuk tim yang kompak, bisa saling mengisi dan mengerti. Memang udah seharusnya hubungan antara reporter dan fotografer terjalin harmonis. Pernah suatu kali terjadi kesalahpahaman antara aku dan dia. Dia marah besar (udah pernah liat orang Batak marah?mudah-mudahan jangan.Sereemm banget). Marahnya hanya sebentar tapi cukup membuat jantung mau copot, mungkin karena logat bicaranya yang udah dari sananya begitu. Lantas aku pun minta maaf padanya. Dia maafkan dan kami kembali akur. Begitulah sosok Bang Ibon. Meski gayanya cuek, dia seorang pemaaf dan dewasa. Sebagai rekan kerja, dia kawan yang baik dan dapat diandalkan. Bahkan, aku menganggapnya sebagai kakak. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Setelah hampir 45 menit menunggu, orang yang baru saja kuceritakan tadi muncul juga. Tak banyak basa-basi, Pak Hamid langsung tancap gas menuju Kebayoran. “ Kita mau ke tempat apa sih, Fir? “ tanya Bang Ibon membuka percakapan. “ Aku juga belum tahu pasti Bang, yang jelas ada </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">dining-nya, lounge, dan bar</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> “ jawabku singkat. “ Wah, berarti makan-makan dong, ya? “ tanyanya lagi. “ Hmm..yaa begitulah “. “ Kebetulan nih aku laper banget belum makan daritadi “ katanya. Aku pun mengamini pernyataan Bang Ibon itu. Nasib kami sama, sama-sama belum makan dan berekspektasi tinggi bisa liputan sambil makan siang. Pak Hamid yang mendengar obrolan kami hanya senyum-senyum saja sambil sesekali berkomentar tentang kepadatan lalu lintas ibukota yang semakin parah. “ Jakarta makin parah aja ya, Mba?Oiya, ngomong-ngomong enaknya kita lewat mana ya? “ ujarnya. Karena aku juga nggak tahu persisnya Jalan Waluya itu dimana maka aku lemparkan pertanyaan itu ke Bang Ibon, mungkin dia tahu. “ Lewat SCBD aja, Pak, tembus Senopati, lebih deket kayanya “ jawab Ayah satu orang anak ini. “ Oke Bang Ibon “ sahut Pak Hamid. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Mobil pun melaju melewati kawasan SCBD. Agak tersendat tapi tak begitu parah. Selang 30 menit kemudian, kami sudah memasuki daerah Jalan Waluya. Namun, gara-gara Bang Ibon yang sok tahu, jadilah kami sempat berputar-putar akibat salah arah. “ Nah, ini baru bener nih arahnya “ kata Pak Hamid. “ Iya Pak, sorry tadi salah liat “ timpal Bang Ibon. Arah yang dituju sudah benar kini tinggal mencari letak persisnya yakni tempat, rumah, atau gedung nomor 25. Aku celingak celinguk ke kiri dan kanan tapi tak kunjung menemukan tempat yang dimaksud. “ Wah, koq nomor 25-nya nggak ada ya? “ kataku ketika kami sudah hampir diujung perempatan lampu merah arah Mampang. “ Iya nih, kita coba muter lagi ya kayaknya sih kelewat“ ujar Pak Hamid berusaha menenangkanku. Akhirnya setelah dicari sampe muter-muter segala, kami sampai juga di tempat tujuan dengan selamat (pfiuuhhh..). </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Aku memastikan kembali alamatnya.Yup benar disini, Jalan Waluya 1 No.25.Eh, tapi koq dari luar kelihatan sepi-sepi aja padahal setahuku (berdasarkan informasi dari mbah gugel), tempat ini menyediakan fasilitas </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">dining, lounge</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">, dan lain-lain yang mestinya sih, ramai mobil parkir di pelatarannya. “ Fir, bener nih tempatnya disini?Koq sepi banget ya, apa yang mau dipotret nih? “ tanya Bang Ibon kebingungan. Aku yang ditanya juga sama bingungnya. Lah koq sepi-sepi aja nih tempat. Apalagi ditambah dengan adanya papan kecil bertuliskan TUTUP, aku jadi makin bingung. Daripada kelamaan bingung, aku pun segera mengeluarkan hape bututku dan menekan nomornya Mbak Tini (nama samaran, red), si humasnya Punux (sebut saja nama tempat ini begitu, maaf lagi-lagi samaran nih.hehe). “ Halo Mbak Tini, aku udah didepan nih, tapi koq tutup ya, mba ? “ tanyaku polos. “ Oh iya, mbak memang baru buka jam 5, yaudah nggak apa-apa langsung masuk aja, tadi aku udah </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">notify</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> koq sama orang di depan“ jawab Mbak Tini santai. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Hah?Baru buka jam 5 sore? Aku melihat jam tanganku, baru menunjukkan pukul 14.45. Jam 5 sore aja baru buka, berarti rame orangnya sekitar abis Maghrib dong? Pikirku. Jujur aja, aku nggak enak sama Bang Ibon karena nggak mungkin motret suasana di keadaan tempat yang belum buka. Sementara kalau untuk nunggu sampai rame, wasting time juga. Belum lagi kalau Bang Ibon dapat telpon dadakan dari kantor untuk mengejar liputan lainnya. Meminjam judul lagunya Bondan feat Fade 2 Black, aku bergumam dalam hati, ya sudahlah. Terlanjur basah (kali ini lagunya Alm.Meggy Z) udah nyampe disini, yaa..hadapi sajalah.</span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">“ Baru buka jam 5 sore bang ternyata “ kataku memecah keheningan. “ Hah?terus gimana?apa yang difoto nih? “ tanya bang Ibon. “ Udah liat nanti aja di dalam, paling foto makanan sama </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">setting</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> aja “ jawabku. Aku dan Bang Ibon turun dari mobil. Di halaman tempat itu tidak ada siapa-siapa kecuali seorang lelaki setengah baya yang sedang membersihkan dedaunan. Segera aku sapa. “ Pak, maaf permisi, saya mau ketemu dengan Mbak Tini, tadi udah janji, kami dari koran rajawali biru, Pak “ “ Oh, kalau gitu masuk dari pintu samping aja, mari saya tunjukkan “ katanya ramah. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Kami berdua mengikuti si Bapak dari belakang. Yang tampak hanya ruangan kosong berukuran cukup luas. Dekorasinya mewah sih dengan mengaplikasikan gaya Victorian yang klasik dan elegan tapi karena keadannya kosong melompong, rasanya jadi aneh aja berada di tempat itu. Ruangan luas itu terbagi lagi ke beberapa ruang lainnya, semacam ruang meeting.Kami dipersilakan menunggu di salah satu ruangan. Dilihat dari jumlah kursinya, ruangan ini bisa menampung sekitar 6 – 8 orang. Lengkap dengan kamar mandi dan pendingin ruangan yang saat aku berkunjung kesana sama sekali tidak terasa semriwing dinginnya (gara-gara baru buka jam 5 kali ya). Alhasil meski ruangan itu terkesan mewah serta artistik, aku agak pengap dan kegerahan juga. Untung saja ada sebuah kaca Victoria berukuran besar yang terpasang di salah satu sisinya sehingga memberi kesan yang lebih lega.</span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Tak beberapa lama menunggu, seorang wanita menemui kami. Dialah Mbak Tini yang tadi ku telepon. “ Hai, apa kabar? Aku Tini “ sapanya ramah. Kami pun membalasnya singkat. “ Gimana tadi sempat nyasar nggak ? “ tanyanya basa basi. “ Iya, Mbak. Tadi sempat muter-muter. Emang banyak yang nyasar ya kalau mau kesini ? “ sindirku. Dengan nada bangga, Mbak Tini pun berujar, “ Oh,iya banyak juga yang nyasar, Mbak. Mungkin karena letaknya agak terpencil kali ya, eksklusif, jadi suka nggak kelihatan dari luar. Biasanya sih kalau malam dipasang semacam lampu natal jadi orang ngeh “ katanya. Wew..sebenernya sih tempat ini letaknya di pinggir jalan raya yang gampang banget dijangkau tapi sayangnya papan nama Punux ditaruh membelakangi mobil-mobil yang jalan searah jalur dengannya. Ditambah lagi, warna dari papan tersebut juga tidak eye catching sehingga wajarlah banyak orang yang nyasar dulu sebelum sampai kesini (kecuali yang sering nongkrong disini loh ya). </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Selesai dengan obrolan basa-basi itu, aku pun mulai mewawancarai Mbak Tini. Sementara Bang Ibon hanya nimbrung saja tanpa melakukan tugasnya sebagai fotografer, tepatnya lebih banyak diam bak patung. Suaranya mulai terdengar kembali saat aku bertanya soal harga paket </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">photo shot</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> disini. Mbak Tini mengatakan harga sewa tempat untuk </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">pre wedding photo shot</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> misalnya, per jam dikenakan biaya Rp.1 juta. “ Hah?Disini 1 juta Mbak per jamnya? “ tanya Bang Ibon setengah kaget. “ Iya sudah termasuk ruang ganti “ jawab Mbak Tini. Bang Ibon hanya senyum-senyum saja, tapi senyumnya menyiratkan sesuatu, yah apalagi kalau bukan harga sewanya yang kemahalan (untuk ukuran tempat yang nggak gitu bagus kaya gini). </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Aku lantas melanjutkan wawancaraku. Dari wawancara itu aku baru tahu bahwa tempat ini dulunya adalah bekas </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">klub & lounge</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> yang cukup terkenal dikalangan </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">dugemers</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> (sebutanku untuk mereka yang doyan dugem.hehehe). “ </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Owner</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">-nya sama tapi konsep tempatnya aja yang agak berubah, lebih elegan dan klasik “ kata Mbak Tini menjelaskan. Apa sih konsep barunya? “ Kalau sekarang lebih pada </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">venue, lounge, and dining</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">. Jadi, kami menyewakan tempat yang bisa digunakan untuk segala </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">occasion</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">, kebanyakan sih </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">private party</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> “ lanjut wanita berbulu tangan lebat ini. </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Private party</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> ini emang lagi </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">happening</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> banget terutama di kalangan artis dan pejabat. Nggak heran deh kalau akhirnya sekarang banyak bermunculan tempat-tempat kaya gini. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Mbak Tini kemudian menjawab panjang lebar pertanyaan-pertanyaanku tentang si Punux. Nah, ada yang menarik ketika aku tanyakan soal waktu operasional. Begini jawabannya, “ Kami buka hanya 4 hari dalam seminggu dari hari Rabu hingga Sabtu, dari jam 5 sore sampai jam 1 pagi, kalau weekend ya bisa lebih dari itu tutupnya “ tutur Mbak Tini. Mendengar jawaban itu, lagi-lagi Bang Ibon buka suara. “ Sekarang hari Senin berarti tempat ini tutup dong ya, Mbak? “ tanyanya lugas. “ Iya kalau sekarang tutup, cuma </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">office</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">-nya aja yang masuk “ kata Mbak Tini polos. Aku lebih shock lagi. Duh, bisa-bisanya ketemu humas model begini yang nggak ngerti kebutuhan liputan media. Gimana aku bisa wawancara pengunjungnya kalau tempatnya tutup? Gimana aku bisa lihat </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">crowd</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">-nya? Terlebih aku juga semakin nggak enak ngajak Bang Ibon karena percuma aja, ngga ada momen atau aktivitas yang bisa dijepret. Akhirnya, mungkin karena Bang Ibon emosi, dia langsung minta dokumentasi dari sang humas. “ Mba, kalau gini ceritanya, aku minta dokumentasi dari sini aja bisa, nggak? Soalnya percuma, nggak ada aktivitas disini, gambarya bakal mati “ terang Bang Ibon. “ Hmm..gimana ya, dokumentasinya semua ada di bosku, sekarang beliau masih di Hongkong, apa nggak diambil aja gambarnya sekalian? “ ujar Mbak Tini setengah memaksa. Pfiuuhh..karena ‘dipaksa’, Bang Ibon pun jadi terpaksa menjepret seadanya saja, yahh..paling cocok untuk rubrik interior. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Menghadapi kenyataan itu (halaahh..lebay nih bahasanya..hehe), aku jadi kepikiran juga dengan halamanku. Gimana nih kalau nggak ada foto yang bagus?Wah, bisa abis diomelin redaktur deh (di koran rajawali biru, khususnya rubrik yang aku pegang, visualisasi berupa foto merupakan hal yang sangat penting untuk menarik pembaca dan tentu saja, pengiklan). Mereka nggak pegang langsung dokumentasi lagi. Gimana ya? Sedangkan untuk me-</span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">rescheduled</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> liputan ini lagi, aku, terlebih Bang Ibon, sudah sangat malas. Aku kemudian coba merayu-rayu agar bisa mendapatkan dokumentasi darinya. Di tengah rayuan gombalku, si Mbak Tini iseng nanya, “ Kira-kira dimuatnya berapa halaman ya liputan ini? “, Bang Ibon spontan jawab, “ Wah, bisa 1 halaman, Mbak. Malah bisa jadi 2 halaman juga, yaa..paling dikitnya, tiga perempat halaman, ya kan, Fir ? “ Aku yang merasa ‘tertodong’ hanya bisa mesam mesem dan berkata, “ Iya “. Eh, tak disangka respon Mbak Tini sungguh mengejutkan. “ Wah, bener nih?Kalau gitu, aku ada koq foto-fotonya, nanti aku kirim “ katanya berapi-api. Kontan saja aku dan Bang Ibon bengong. Lah, tadi katanya dokumentasi semuanya ada di Pak Bos yang lagi ke Hongkong, giliran dikasih tau bisa dimuat minimal ¾ halaman, jawabannya berubah drastis. Hadeuhh..ini orang udah berapa lama jadi humas sih?eror bener. Benarlah pernyataan seorang kawan bahwa publikasi media dengan tujuan narsis menjadi hal prestis dan bombastis. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Well, nggak lama-lama lagi, kami berdua langsung pamit. Selain dilanda lapar yang teramat sangat, kami juga udah kehilangan </span></span></span><em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">mood</span></span></span></em><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"> di tempat ini. “ Kacau deh tu humas. Kamu gimana sih janjiannya pas tempat tutup ? “ cetus Bang Ibon ketika kami kembali ke mobil. “ Aku juga nggak tahu kalau bukanya cuma 4 hari doang, lagian dia yang janjiin buat liputan hari ini, sorry deh Bang “ jawabku cuek. “ Yowislah sekarang kita cabut aja, Pak “ kata Bang Ibon pada Pak Hamid. “ Kita langsung balik kantor atau gimana ? “ tanya Pak Hamid. “ Kita balik kantor sekalian kalau nemu warung makan, kita makanlah. Aku lapar nih pengen makan “ ucap Bang Ibon. </span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Pak Hamid langsung mengarahkan laju mobil ke arah kantor di bilangan Kebon Sirih. Di tengah perjalanan, tak jauh dari Punux, kami mampir ke restoran Soto Kudus Blok M. Aku pesan seporsi soto kudus daging ayam + nasi putih, minumnya air putih dan segelas jus alpukat. Hmm..terasa nikmat sekali (mungkin gara-gara kelaparan akut yang melanda). Lebih nikmat lagi, aku tak membayar sepeserpun alias gratis. Pasalnya, sudah ada Bang Ibon yang traktir..hehe..</span></span></span></p><p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;">Total semuanya hampir seratus ribu rupiah. Aku jadi mikir, kalau harga 3 porsi soto kudus plus minumnya aja mencapai seratus ribu, apalagi menu makanan yang tersedia di tempat macam Punux ya, pasti mahal banget. Mungkin, gara-gara mahalnya itu tadi, si humas berbulu tangan lebat itu memilih jadwal liputan saat tempatnya tutup. Khawatir ‘rugi bandar’ jika harus ‘menjamu’ kami. Hehehe..Iyalah, prinsip ekonomi itu mesti ditegakkan bila ingin bisnisnya sukses dan tampaknya prinsip itu sudah diterapkan di Punux. Tinggal satu aja sih harapanku, semoga benar-benar sukses deh..amin..</span></span></span><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span></p><span style="font-family:trebuchet ms;"><span style="font-size:100%;"><span style="color:#330000;"><br /></span></span></span>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-42029110409234841582010-06-22T12:33:00.000+07:002010-06-22T12:45:16.787+07:00Gli Azzurri & Mitos Keberuntungan..<div align="justify"><span style="color:#663366;"><span style="font-family:verdana;">Emosiku seketika meledak saat menyaksikan babak penyisihan Piala Dunia 2010 Afrika Selatan di Grup F antara Italia melawan Selandia Baru, kemarin malam (20/6). Betapa tidak, pertandingan baru beberapa menit dimulai Italia –juara dunia 4 kali- sudah kecolongan gol akibat tendangan <em>striker</em> Selandia Baru, Shane Smeltz ke gawang yang dijaga kiper pemula Federico Marchetti. Huuuuuhhhhh..sebagai <em>tiffosi</em> setia aku cukup kesal sekaligus mengamini keraguan banyak orang terhadap performa juara dunia tahun 2006 itu. Italia tak lagi solid sebagai tim yang menganut tradisi sepak bola bertahan alias <em>catenaccio</em>, lansir beberapa media olahraga asing. <br /><br />Bersamaan dengan itu, <em>handphone</em>-ku kebanjiran SMS berisi ejekan terhadap <em>Gli Azzurri</em>, pun hal-nya dengan halaman <em>Facebook</em>-ku yang juga kebanjiran ejekan dari postingan komentar teman-teman. Yaa..aku tak peduli. Bagiku, Italia tetap nomor satu di hati. (ceileeee…). Sedang asyiknya aku me-<em>reply comment</em>, tiba-tiba aku dikejutkan dengan aksi Tommy Smith yang menjatuhkan Danielle de Rossi di area terlarang sehingga menyebabkan wasit Carlos Batres (asal Guatemala) menghadiahkan penalti bagi Italia. Vincenzo Iaquinta yang mendapat tugas tersebut pun berhasil mengecoh kiper nomor 1 Selandia Baru, Mark Paston dan kedudukan imbang 1-1. Lewat penalti inilah, kepercayaan diri Fabio Cannavaro dkk mulai bangkit kembali dengan menggencarkan serangan ke gawang Selandia Baru. Aku sebagai penonton juga ikut bersemangat, optimis bahwa Italia pasti mampu. <br /><br />Memasuki babak kedua, sang <em>allenatore</em> Marcello Lippi merombak susunan pemain terutama di lini tengah dengan memasukkan Mauro Camoranessi dan Antonio di Natale menggantikan Simone Pepe dan Alberto Gilardino yang tidak bisa menjalankan perannya dengan baik. Masuknya 2 pemain senior ini cukup memberi warna pada ritme permainan Italia yang membosankan di babak pertama. Bersama Riccardo Montolivo, duo <em>playmaker</em> ini berkali-kali mengancam gawang lawan. Namun, apa daya..skor tidak berubah hingga akhir pertandingan. <br /><br />Hasil imbang ini sekaligus membuat sang juara bertahan berada diujung tanduk. Mau tidak mau, di laga pamungkas melawan Slovakia, Italia harus meraih poin penuh jika ingin terus melaju ke babak 16 besar. Sebenarnya ada apa denganmu, <em>gli azzurri</em>? Menilik dari pertandingan tadi malam, (meski aku bukan seorang pakar, -hanya pecinta bola-) aku mencatat beberapa poin penting. Pertama, <em>skuad</em> Italia yang dibawa Lippi pada Piala Dunia kali ini berbeda dengan 2006 lalu di Jerman dimana saat itu Italia diperkuat bintang-bintang jaminan juara seperti Francesco Totti, Andrea Pirlo, Alessandro del Piero, Filippo Inzaghi, Alessandro Nesta, Marco Materazzi, Genarro Gattuso, dan lain-lain. Sungguh jauh berbeda dengan sekarang yang lebih banyak diisi pemain-pemain muda minim pengalaman di kancah internasional. <br /><br />Masalah kedua yang dihadapi Italia adalah tidak maksimalnya penampilan Buffon akibat cedera punggung yang dideritanya. Pada pertandingan penyisihan pertama Grup F melawan Paraguay, Buffon masih berada di bawah mistar gawang hingga hampir babak kedua usai sebelum akhirnya tumbang dan tidak kuat lagi bermain. Alhasil, Buffon harus menjalani pemulihan selama kurun waktu yang tidak ditentukan dan hampir bisa dipastikan absen pada sisa pertandingan piala dunia. Sebenarnya, jika Lippi masih memiliki cadangan kiper sekelas Buffon, tentu cederanya kiper terbaik dunia versi federasi internasional sejarah dan statistik sepak bola (IFFHS) ini tidak akan menjadi masalah besar dikubu Italia. <br /><br />Problem yang dihadapi negeri pizza ini semakin pelik dengan mandulnya barisan depan yang diisi pemain-pemain muda seperti Antonio Di Natale, Alberto Gilardino, Vincenzo Iaquinta, Giampaolo Pazzini, dan Fabio Quagliarella. Kualitas mereka belum bisa menyamai seniornya sekelas Alessandro del Piero, Filippo Inzaghi, dan Franscesco Totti. Demikian hal-nya di sektor gelandang. Meski Montolivo digadang sebagai titisan Pirlo, kelasnya masih jauh dibawah pendahulunya itu. <br /><br />Wajar saja jika pada akhirnya Italia mendapat cibiran, ejekan, maupun kecaman dari seluruh dunia. “ Masa juara dunia cuma bisa <em>dapet</em> hasil seri <em>sih</em>, di babak penyisihan lagi, dengan lawan tim-tim non unggulan pula “ ujar seorang teman. <em>Emang</em> susah ya menjaga nama besar dan reputasi?Hehehe..Nggak sadar juga kali tuh yang ngomong kalau bola itu bundar, kalau dalam sebuah pertandingan harus ada yang menang dan kalah, kalau dalam sebuah turnamen itu apa aja bisa terjadi?Semua menginginkan proses dan hasil yang sempurna bagi sang juara padahal <em>kan</em>, <em>nggak</em> melulu juara tetap jadi juara dan pecundang tak bisa jadi juara, <em>ya kan</em>?Italia kini disebut sebagai tim pecundang yang mengemis pada wasit gara-gara penalti di laga melawan anak-anak asuhan Rikky Herbert itu. Italia dikecam karena hanya bisa mencetak gol lewat penalti. <em>Italia become a loser, </em>umpat banyak orang.<br /><br />Sebagai pecinta sepakbola Italy, aku cukup ‘panas’ mendengar kalimat itu. Terserah jika pemikiranku ini diartikan sebagai ‘pembelaan’ tapi bagiku, Italia adalah sebuah tim yang dinaugi banyak sekali keberuntungan. Mau orang lain memandang sebelah mata soal ‘faktor x’ yang satu ini?Aku tak ambil pusing. Nyatanya, mitos ‘keberuntungan’ atau ‘keajaiban’ atau apapunlah sebutan sejenis lainnya, terkadang menjadi suatu kunci kesuksesan sebuah tim menjadi juara. Lihat saja bagaimana Spanyol dan Jerman, 2 tim favorit juara, dikalahkan oleh tim-tim sekelas Swiss dan Serbia yang notabene-nya bukan lawan sepadan pada kualifikasi piala dunia tahun ini. Baik diatas kertas maupun kualitas pemain serta permainan, Spanyol dan Jerman memang layak diunggulkan. Tapi apa yang terjadi?Secara mengejutkan mereka dikalahkan lawan yang dianggap ‘tidak sepadan’ itu. Contoh lain ketika Lukas Podolski, bintang asal Jerman itu, tidak bisa menahan imbang Serbia karena gagal menyelesaikan hadiah penalti ke gawang yang dijaga Vladimir Stojkovic. Kenapa hanya Italia yang dicaci?Hmm..Mungkin karena banyak yang iri atas keberuntungan yang dimilikinya..hehehe..bisa jadi kan?. Italia tentu tidak lebih baik dari Jerman atau Spanyol tapi unggul dalam ‘<em>the lucky factor</em>’, setidaknya ia belum pernah kalah dibabak penyisihan. <br /><br />Terlepas dari semua problem yang dihadapi Italia di musim piala dunia kali ini, <em>kayaknya</em> yang namanya ‘<em>the lucky factor</em>’ mengambil peran cukup penting dalam sebuah pertandingan. <em>Emang sih</em>, untuk jadi juara Italia <em>nggak</em> bisa hanya mengandalkan si <em>lucky</em> itu tadi, mereka harus berbenah memperbaiki kualitas permainan. Nah, pembuktiannya ada pada laga pamungkas melawan Slovakia, 24 Juni mendatang. Jika Italia menang, apakah itu murni karena hadiah penalti (lagi) atau memang menunjukkan kualitasnya sebagai juara bertahan?Jika kalah, yaa..sekali lagi..tinggal tunggu keajaiban dari partai Paraguay kontra Selandia Baru tentunya.Apapun hasilnya, <em>I still love you</em>, <em>gli azzurri</em>..<br /><br /></span></span><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-77365713335476636802010-06-21T15:52:00.001+07:002010-06-21T15:54:52.203+07:00Pondok Baronang : Seafood For All!<div align="justify"><span style="color:#cc33cc;"><span style="font-family:arial;"><span style="font-size:100%;">Bagi anda penggemar seafood tak lengkap rasanya jika belum datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta. Disana, ada sebuah restoran seafood yang bakal membuat anda ketagihan. Penasaran ? <br /><br />Sekilas tak ada yang menarik saat melihat restoran ini dari luar. Bisa dibilang hampir tak ada yang istimewa dari segi desain bangunannya. Hanya ada seekor burung beo dalam sangkar didepan bangunan ber-cat kuning itu. Mungkin kehadiran burung inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Pondok Baronang-nama restoran ini- dibandingkan restoran lain di sekitarnya. Sang empunya, Rusli Pattaraja, memang membuat konsep restorannya se-simpel mungkin, terutama soal desain interiornya. <br /><br />“ Saya memang tidak ingin menghiasi bangunan ini dengan gaya yang macam-macam karena yang saya jual disini adalah cita rasa dan kualitas pelayannan. Yang penting semuanya bersih, higienis, dan orang merasa nyaman datang kesini “ ujar pria yang akrab disapa Daeng Rusli ini. <br /><br />Kesederhanaan interior, lanjut Daeng Rusli, justru dijadikan keunggulan bagi Pondok Baronang karena dari situ orang menjadi penasaran ingin mencoba. “ Orang-orang tentu penasaran, koq tempatnya begini tapi banyak yang datang, disitulah saya coba tarik hikmah positif saja “ ungkapnya. Menurutnya, bisnis restoran intinya adalah soal rasa bukan interior atau penampilan semata. Meski demikian, ia pun tetap memerhatikan kebersihan dan kenyamanan tempatnya. <br /><br />Ucapan Daeng Rusli soal kekuatan cita rasa memang dapat dibuktikan. Sederet menu hidangan laut spesial bisa anda pilih diantaranya Udang Gala Bakar, Ikan Baronang Bakar, Ikan Bawal Goreng, Cumi Goreng, Kerang Ijo Bumbu Saos Padang, Cumi Telur Bakar, dan Kepiting Saos Padang. Baik udang, ikan, kepiting, cumi, maupun kerang, semuanya hasil tangkapan yang masih segar. “ Paling lama disimpan 3 hari, itupun untuk jenis ikan tertentu, lewat dari itu tidak bisa kami pakai karena kami ingin semuanya masih segar ketika diolah “ kata Daeng Rusli yang mengaku bisa menghabiskan 1 kwintal lebih bahan laut dalam sehari. Pemilihan bahan tersebut juga sangat diperhatikan olehnya, terlebih bagi jenis udang dan kepiting. “ Seperti misalnya untuk udang gala, yang bagus itu yang berwarna kehijauan dan isi kepalanya penuh “ tuturnya. Cara pengolahannya pun tak boleh asal-asalan karena sangat berpengaruh terhadap cita rasa yang dihasilkan. <br /><br />Seperti Udang Gala Bakar contohnya. Berbeda dari biasanya, udang gala dibakar tidak mengenai arang secara langsung melainkan dilapisi oleh daun pisang sambil diolesi bumbu spesial racikan Daeng Rusli. “ Daun pisangnya ini yang membuat aroma serta bumbu cepat meresap “ ucap pria yang pernah 10 tahun bekerja sebagai koki ini. Kepala udangnya juga tidak serta merta ia buang karena ternyata udang memiliki telur dibagian kepalanya yang sangat nikmat bila disantap. “ Bagian ini yang paling dicari “ kata Daeng Rusli sembari menunjuk isi kepala udang tersebut. Bagaimana rasanya? Hmm..luarbiasa lezat dan gurih. Kelezatannya masih ditambah lagi dengan sambal pelengkap yang disebut sambal acar. Sambal acar terbuat dari campuran sambal terasi, mangga, irisan cabe merah, bawang, dan tomat. Sensasi antara rasa asam mangga dengan pedasnya sambal terasi membuat lidah ini rasanya tak mau berhenti bergoyang. Sambal acar juga cocok menemani menu utama lainnya seperti ikan, cumi, kerang, dan kepiting. <br /><br />Menu bakaran lain yang tak kalah menggoda adalah Cumi Telur Bakar. Cumi dipilih yang mempunyai telur agar rasanya semakin gurih. Tapi yang paling istimewa adalah racikan bumbunya. Bumbu cumi ini dimasak menggunakan madu sehingga rasanya benar-benar lain daripada yang lain. Aditya Rama, 35, salah satu pengunjung mengakui kelezatannya. “ Rasanya mantab banget, nggak ada deh yang rasanya seenak ini “ akunya. Dari semua restoran <em>seafood</em> yang pernah ia datangi, Pondok Baronang-lah yang dipilihnya sebagai jawara. “ Meski tempatnya biasa aja tapi rasanya itu luar biasa “ puji pria yang akrab disapa Adit ini. <br /><br />Sajian lain yang juga menarik adalah Ikan Bawal Goreng dan Cumi Goreng. Tak seperti ikan goreng kebanyakan, Ikan Bawal Goreng ini terasa renyah hingga ke tulangnya. “ Semua bagian ikan, bahkan tulangnya sekalipun, semuanya bisa dimakan sampai habis “ kata Daeng Rusli.Begitu juga dengan Cumi Gorengnya, terasa lembut dan gurih. Tenang saja, minyak yang digunakan bukan minyak jelantah atau minyak bekas pakai sehingga aman bagi kesehatan. “ Disini tidak ada yang seperti itu, semuanya fresh dan sehat “ lanjut Daeng Rusli. <br /><br />Bosan dengan hidangan bakar dan goreng?Cobalah menu Kepiting dan Kerang Ijo Saos Padang. Kepiting yang digunakan merupakan kepiting premium kelas satu yang memiliki kualitas terbaik. Salah satu ciri kepiting yang baik terlihat dari permukaan badannya yang tidak lembek dan berwarna kemerahan. Sedangkan kerang ijo-nya juga memiliki mutu yang prima. “ Semuanya didatangkan langsung dari perairan luar Jawa dan harus kualitas nomor satu “ tandas Daeng Rusli. Saos Padang-nya sendiri dibuat dari campuran rempah-rempah seperti bawang bombay, tomat, bawang, cabe, dan beberapa resep khusus asli buatan sang pemilik. Untuk minumannya, anda bisa coba Es Jeruk dan Es Teh Manis ala Pondok Baronang. Es Jeruk-nya terasa seperti minuman hotel bintang lima sedangkan rasa manis dari Es Teh Manis-nya kental dengan aroma buah melon. Sebagai teman bersantap, kedua jenis minuman ini layak dipilih. <br /><br />Meski menggunakan kualitas bahan nomor satu, harga makanannya tergolong murah. Sajian ikan misalnya, dibanderol antara Rp.28.000 – Rp.48.000/porsi, kepiting di kisaran Rp.60 ribuan/porsi, dan menu paling mahalnya yakni udang gala seharga Rp.75.000/ porsi. “ Soal harga, kami cukup bersaing, bahkan sedikit lebih murah “ ucap Daeng Rusli. Lantaran inilah, Pondok Baronang menjadi salah satu restoran favorit selebritis ternama. Sebut saja Mandala A.Shoji, Poppy Bunga, Surya Saputra, Yadi Sembako, dan sejumlah artis lainnya pernah mampir kesini. “ Mereka tadinya mampir lalu lama-lama jadi pelanggan “ katanya. Tak ayal, usaha yang sudah digeluti Daeng Rusli selama hampir 10 tahun ini terus menunjukkan perkembangan signifikan dengan rencana membuka cabang baru di Cisarua, Bogor. “ Doakan saja akhir tahun sudah jadi “ tandasnya. Pondok baronang buka setiap hari dari pukul 09.30 – 21.30 WIB.</span></span></span><br /><br /><em>Dimuat juga di Harian Seputar Indonesia, Juni 2010</em><br /></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-14995946071961499642010-06-21T15:45:00.000+07:002010-06-21T15:48:50.704+07:00Kapan Yaaa...????Hmmm....<div align="justify"><span style="color:#009900;">Hari ini,13 Juni 2010,salah satu temanku,Novi,menikah.Aku mengingatnya sebagai teman kecilku yang baik,lucu,dan selalu tampil apa adanya.Bersama Icha,kami bertiga bak satu paket yang tidak bisa dipisahkan.Teringat beribu kisahku dengannya. Indah.Sangat indah. </span><span style="color:#009900;">Aku ingat saat bulan puasa tiba,10 tahun lalu.Novi,yang saat itu sudah punya pacar,selalu mengajakku berkeliling naik sepeda hanya untuk melihat rumah pacarnya sehabis sahur.Hampir setiap hari,semasa liburan,kami main bersama dari pagi hingga magrib menjelang.Segala cerita suka dan duka pernah kami lalui bersama, terbingkai dalam satu potret kenangan manis.Tapi,hanya sebentar. <br /><br />Waktu terus berputar membawa kami ke masa depan dan perlahan kebersamaan kami kian pudar.Mungkin karena kami terlalu sibuk dengan urusan masing-masing atau begitu banyak peristiwa terjadi.Entah aku yang menjauh dari mereka atau mereka yang menjauhiku atau memang sikonlah yang pisahkan kami.Yang jelas,jadilah kami tak pernah lagi saling sua,khususnya aku dan Novi (karena aku masih tetap dekat dengan Icha).Dimataku,Novi sudah berubah sangat berbeda.Ia memang masih dengan sifatnya yang 'cablak' tapi gaya hidupnya sangat bertolak belakang denganku. Novi kecil bercita-cita menjadi artis dan kini,ia hampir meraihnya.Ditunjang dengan paras cantik tentu saja ia mampu mewujudkan keinginannya itu. Tak hanya itu, dia juga sukses mendapatkan jodoh yang pas dengan impiannya,seorang pria kaya raya berhati baik dan sabar.Semua tentangnya terlihat begitu sempurna dan aku bahagia karenanya.Meski ia seakan 'melupakan' aku dan Icha sebagai sahabat yang pernah begitu dekat dengannya, aku tetap menaruh rasa kagum serta bahagia. <br /><br />Novi sudah resmi menjadi seorang istri siang ini.Pun halnya dengan Nita awal bulan lalu dan Cici pertengahan bulan Juli nanti. Oh ya, Nita dan Cici, meski tidak begitu karib dengan Icha dan Novi, pernah menjadi sahabat kental semasa remajaku, terlebih Cici. Ya, karena kami satu sekolah, jadilah kami selalu pergi dan pulang sekolah bersama selama hampir 2 tahun lebih.Tak ubahnya dengan Novi, persahabatan aku dan Cici juga sungguh berkesan.Hingga akhirnya Cici harus pindah ke Bandung, barulah kami benar-benar 'berjarak'. <br /><br />Aku kembali bertemu dengannya lewat situs jejaring sosial Facebook beberapa waktu lalu. Di media itulah,Cici bercerita bahwa ia akan menikah bulan depan sehingga total 3 dari 4 sahabat kecilku menikah di waktu yang berdekatan.Sekali lagi,tentu aku merasa begitu bahagia sekaligus 'terkejut'. Terkejut karena ternyata sang waktu berjalan sangat cepat dan telah membawaku pada suatu masa dimana pernikahan adalah sesuatu yang sudah boleh aku wujudkan.Sudah boleh?Ya,sudah boleh menurut prinsipku sendiri yang ingin menikah ketika aku berhasil jadi sarjana dan meraih cita-citaku sebagai reporter. <br /><br />Icha?Bagaimana nasib sahabatku yang satu itu?Apakah dia juga akan menikah dalam waktu dekat?Sepertinya belum.Meski kini kami jarang bersua karena kesibukan masing-masing, aku tahu betul siapa Icha, bagaimana kisah cintanya, siapa pacarnya sekarang,dan lain-lain. Boleh dibilang, Icha adalah salah seorang dari sedikitnya orang yang aku percayai sebagai ' sahabat '. <br /><br />Kisah tragis perjalanan cintanya hampir mirip dengan kisahku walau harus kuakui kisahnya jauh lebih menyakitkan.Berkali-kali dikhianati membuatnya jatuh dalam keterpurukan. Parahnya, ia hampir tak ingin lagi jatuh cinta alias mati rasa. Pertama kali aku melihatnya frustasi dan menangis sejadi-jadinya ketika ia ditinggal menikah oleh sang kekasih. Ia tiba-tiba mendatangiku sambil memeluk dan menangis histeris. Aku tak lagi melihat keceriaannya selama beberapa waktu setelah kejadian itu. Yah..ternyata cinta memang begitu dahsyat.Bisa melambungkan angan seseorang setinggi langit sekaligus menjatuhkannya ke dasar perut bumi. <br /><br />Aku dan Icha merasa begitu senasib. Kami memiliki rasa yang sama akibat trauma menyakitkan yang pernah kami alami. Alhasil, kami jadi sering bersama. Kemana-mana pergi berdua, malam minggu pun kami jalan-jalan menggunakan vespa berdua. Tak peduli apa kata orang tentang kami, yang jelas cinta begitu menyakitkan bagi kami, saat itu. Icha-lah sahabat yang paling mampu memahamiku baik dikala aku sedang senang, sedih, marah, ataupun takut. <em>Chemistry</em> antara aku dan dia sangat kuat sehingga,tak perlu kami sering bertemu seperti dulu pun, kami tetap merasa dekat. <br /><br />Icha sekarang baru menjalin kasih lagi dengan seorang pria asal Tangerang. Aku tidak perlu tahu bagaimana detailnya tapi yang aku tahu dia bahagia.Dia, begitu pula aku, tak akan lagi ulangi kesalahan yang sama. Maka wajarlah jika dia sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menikah. " Aduh da..ntar deh kalau gue udah bener-bener yakin baru gue mau nikah. Sekarang gue masih trauma gara-gara dikasih harapan nikah eh..taunya gagal " kata Icha kala itu. Icha hanya tidak ingin kembali terpuruk dengan harapannya sendiri. Itu aja. <br /><br />Lantas bagaimana dengan diriku sendiri?Kapan aku akan menikah?Hmm..pertanyaan yang sulit sekali kujawab. Perkara menikah sejatinya sudah ketentuan Allah yang kuasa. Aku hanya tinggal berikhtiar dan berdoa. Dulu, aku sama sekali tidak memikirkan hal yang satu ini karena kupikir masih terlalu jauh untuk berpikir kesana. Tapi setelah sang waktu membawaku jauh ke depan dengan segala realitas yang ada, aku mulai terbersit untuk mewujudkannya.Ahh..semua orang pasti akan kaget mendengar ucapanku ini "aku mau nikah secepatnya ".Hehehe..siapapun yang mengenalku tentu terheran-heran mendengarnya karena aku,dimata teman-temanku,adalah seorang wanita aneh yang menempatkan menikah sebagai prioritas kesekian jauh dibawah karier. <br /><br />Satu hal yang membuatku berubah pikiran untuk menikah muda -selain pengaruh lingkungan- adalah kehadiran pria yang sudah dekat denganku hampir 1,5 tahun terakhir. Aku benar-benar menyerah pada cintanya. <em>He's like a gift from God</em>.Dan aku rela dipersunting olehnya. Entah bagaimana caranya, aku hanya meyakini satu hal : Allah akan beri aku waktu yang tepat untuk bisa menikah. Karena pengetahuanku amat minim maka kuserahkan saja semua kepada Dia Yang Maha Tahu segalanya. Yang jelas, aku juga ingin segera menikah untuk menyempurnakan agamaku. Tuhanku, kabulkanlah lagi 1 pintaku itu. <em>Please.</em>. (mupeng.com juga ceritanyaaa..hehe..)<br /><br /><br /></span></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-69643471986438240942009-07-24T14:41:00.000+07:002009-07-24T14:53:03.404+07:00I Just Wanna Be Happy With Him, Enough..<div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(153, 51, 0);"><span style="font-size:100%;">Hampir setahun berlalu saat-saat dimana aku berjuang keras merampungkan skripsiku. Masih terekam dalam ingatanku bagaimana aku harus datang jam 7 malam hanya untuk minta tanda tangan dosen pembimbing. Ketika itu hujan turun cukup deras.Payung, alat yang harusnya jadi pelindungku, selalu luput dari perhatianku manakala aku sangat sadar bahwa awan mendung bergelayut tepat diatas kepalaku.<br /><br />Bodoh memang. Yaa, dan karena kebodohanku itu, aku harus jalan kaki ujan-ujanan dari kolong Karet hingga Sudirman Park. Kebetulan juga kondisi jalanan macet total gara-gara banjir. Tak mungkin aku memaksa naek angkot, bemo, atau ojek saat jarum jam menunjukkan pukul 18.45 dan keadaan lalu lintas lagi kacau-kacaunya. Dosenku super sibuk dan beliau tak suka mahasiswa bimbingannya datang terlambat karena (katanya) menunggu adalah pembuangan waktu secara sia-sia. Alhasil, aku andalkan saja dua kaki ciptaanNya yang maha sempurna ini untuk sampai di tujuan dengan selamat dan tepat waktu. Hupff.. ternyata lumayan juga pegelnya.<br /><br />Kebayang dong tampilanku waktu itu, persis kaya tikus kecebur got. Bodo amat deh. Demi skripsi, pikirku. Tapi apa yang terjadi ketika aku baru bisa melihat handphone-ku dan ada 1 SMS masuk. Dosenku. "Firda, maaf ya sepertinya saya tidak bisa datang ke LSPR malam ini karena terjebak macet di warung buncit.Mengenai tanda tangan saya, kamu bisa ketemu saya besok di UI dari jam 10 pagi.trims." DAMNED!!!!!!!!Ga jadi datengg????Macet di Warung Buncit?????Ke UI???Besok???Jam 10????Hhhhhh..ampuuunnnnnnn.....<br /><br />Jadi, pengorbananku sia-sia gituu??Bela-belain jalan kaki biar gak telat ternyata ga jadi aja ketemuannya?Dan ironisnya hanya untuk minta tanda tangan???Oh, My God!!Hh..campur aduk tuh rasanya pas tahu kenyataan yang terjadi. Ya kesel, marah, dongkol, bete. Pengen nangis banget tapi gak ada siapa-siapa didekatku, gak ada yang minjemin bahunya, gak asik ah. Aku berusaha menenangkan emosi jiwaku.<br /><br />Hal pertama yang aku lakukan, minum sebotol air putih. Pengennya sih segalon aja biar sekalian kembung dan kemarahan mereda. Tapi apa daya, galonnya tak tersedia jika hanya akan diminum satu orang mungil sepertiku.<br /><br />Perlahan aku coba mengatur nafas dan memutuskan apa yang selanjutnya aku lakukan, langsung pulang-kah ditengah gerimis mengundang dan jalanan sedang macet-macetnya?Atau tetap di sofa kantin sambil menunggu jalanan kembali lancar?Atau bagaimana?Aku mengamati sekeliling dan pandanganku lalu tertuju pada gedung menjulang didepan jendela. Di luar sana tertulis sebuah nama. Bisnis Indonesia.<br /><br />Ya, disana, tepat 8 bulan lalu, aku memulai begitu banyak cerita. Berawal dari tugas mata kuliah Internship, aku terdampar di lantai 7 perusahaan media milik Soebronto Laras itu. Ketika itu, Rahmayulis Saleh, atau kerap disapa Bunda, menjadi atasanku. Dan aku resmi menjadi mahasiswa magang di bagian sekretariat Redaksi. Tapi, lebih dari itu, aku merasa menjadi seorang pecundang.Keberadaanku disana selain karena andil besar ayahku dan juga keterpaksaan, kreativitasku sebagai mahasiswa jurnalistik hampir dimatikan oleh segudang tugas-tugas administrasi yang jauh dari ilmu yang kudapat.<br /><br />Idealisme-ku kala itu masih berada di angka 9 dalam diriku. I like writing and i wanna be a journalist. Itu kemauanku, itu pilihanku. Aku berada pada sebuah perusahaan media massa tapi aku ada didalamnya bukan untuk belajar bagaimana menjadi jurnalis melainkan hanya mengerjakan tugas administrasi ringan dan belajar teknik fotokopi. Its very sad to me.<br /><br />Hmm..tapi rupanya aku diberikan kecerdasan yang lain. Bukan maksud buat narsis, tapi aku yakin, setiap orang yang perfeksionis sekaligus idealis seperti diriku tak akan mudah menerima suatu hal diluar batas 'sempurna' dan 'ideal'itu sendiri, dan aku mampu. Dari sisi nalar religiusku, aku bisa berkata bahwa 'apapun bentuknya, sempurna atau tidak, ideal atau tidak, semua yang aku alami adalah baik menurutNya".<br /><br />Sempurna buatku tentu lain buatNya. Ideal menurutku pasti berbeda dengan ideal menurutNya. Maka, pantaslah aku untuk berkaca pada diriku, mengakui bahwa aku memang jauh dari sempurna. Kayanya kok aku malu sendiri, masa aku yang jauh dari sempurna ini belagu bener kepengen dapetin segala sesuatu yang sempurna. Dari situ, aku yang tadinya bertekad bulat mengundurkan diri di hari ke-3 akhirnya berubah pikiran dan mulai menjalani hari-hariku di lantai 7 dengan semangat 'ketidaksempurnaan' yang aku bawa.<br /><br />Eehh..manjur juga ternyata strategi perombakan cara pandang yang aku lakukan sampai-sampai aku seolah tak rela meninggalkan tempat itu ketika masa internship-ku habis. Semua seakan berbalik. Aku yang tadinya merasa terpaksa berubah jadi aku ingin tetap ada disana. "it would be different without you" begitu kata seorang teman. Dan, tentu..i feel the same with you. It would be different.But life must go on. Aku harus meninggalkan rutinitasku disana. Akan ada rindu dan selalu ada rindu di hatiku untuk Bisnis Indonesia.<br /><br />Ah..kenapa aku jadi melow sih?Cepat sekali rasa dalam hatiku berubah, dari marah jadi melow, udah kaya channel TV aja yang bisa setiap saat di-switch. Tapi, bagus juga rasa kesalku jadi hilang seketika dan aku bisa kembali berpikir dengan jernih bak sebotol air putih yang baru saja kuteguk. Aku melirik jarum jam ditanganku. 20.15. Wah, sudah cukup larut. Dan itu artinya aku harus segera kembali ke rumah. Aku bergegas menuju jalan raya. Wow, masih saja macet. Otakku berpikir, jika aku paksakan pulang naik bis, bisa-bisa sampai dirumah lebih dari jam 10 malam.<br /><br />Aku harus cari akal. Ahaa..tiba-tiba aku teringat seorang temanku di Bisnis dulu. Harry namanya. Aku merencanakan sesuatu. NEBENG. Yups..karena kebetulan rumahku dan rumahnya berada di kawasan yang sama. Dia pasti tak akan tega membiarkan cewek imut ini pulang sendirian bermacet-macet ria dalam bis. Aku menghubunginya dan ia berkata, "Ya udah, ya udah gue jemput sekarang, lo tunggu aja di depan". Tuh kan kubilang juga apa, ia tak akan tega. Hehehhe..<br /><br />Jadilah aku pulang bersama beruangmadu - nickname Harry di ruang chat -. Diatas motor kami saling berbagi cerita. Sudah pasti aku bercerita tentang kejadian yang baru 2 jam kualami tadi. Sedangkan Harry bercerita tentang cewek baru kecengannya. Ditengah-tengah obrolan, Harry melontarkan candaan, " Fir, lo tuh maunya cowok yang berprofesi apa sih?Market analis yang kece ini ditolak, wartawan kaya mas Bambang juga sama aja, mahasiswa apalagi, jadi yang macam mana??Cari pacar sono biar ada yang nganterin!" Spontan kubalas ledekan Harry tadi, "Yee..bukan masalah profesi har, masalah hati nih.Ribet jadinya. Tapi kalo lo tanya soal profesi yang kaya gimana, i think journalist sexier than others",<br /><br />"Lah, itu mas Bambang??", "Kan gw bilang, ini urusan hati, gak bisa ditebak maunya. Gw suka mas Bambang secara personal dan profesional, but no chemistry with him, so??" "Ah, bilang aja lo kebanyakan maunya, jangan gitu loh nanti ga laku-laku!" "Bukan banyak maunya, gue gak bisa maen-maen soal beginian, jadi mendingan nunggu daripada salah lagi" Eh, Harry malah ketawaketiwi aja tuh denger jawabanku, dia menganggap aku nggak bisa santai menjalani hidup, terlalu banyak mikir padahal didepan mata banyak yang sayang padaku, tinggal pilih salah satu aja susah banget.<br /><br />"Wartawan Bisnis yang laen kan masih banyak tu stoknya, screening aja dulu" Jiahh..SCREENING??Hahahhaa..dikira ujian kali pake dibegituin. "Ogah ah, wartawan Bisnis potongannya sama semua" kataku dengan cueknya. "wah..jangan disamain dong, ntar kecantol salah satunya baru deh lo tau rasa!hahahhaha"balas Harry menutup obrolan kami malam itu.<br /><br />Pertemuanku kini dengan seorang wartawan Bisnis Indonesia yang kemudian menjadi kekasihku mengingatkan aku pada candaan Harry menjelang pertengahan tahun 2008 lalu itu."Kecantol salah satunya". Aku tak percaya tentang adanya mitos kebetulan atau apa yang disebut "kemakan omongan", tapi aku percaya itulah jalan yang memang sudah direncanakanNya, ia dihadirkan pada saat yang pas juga dengan cara yang tepat.<br /><br />Pada akhirnya aku memang bisa melepas jubah kesempurnaan itu dan mendapatkan sosok yang aku cari. Tentunya, aku tak lagi mencari sempurna, tapi aku mencari bahagia. Kutemukan itu saat bersamanya. Dan, jika kala itu aku mampu berjalan kaki ujan-ujanan dari Karet ke Sudirman Park hanya untuk sebuah tanda tangan dosenku, maka kini aku pasti mampu berjuang untuk sesuatu yang aku yakini, berjuang untuk cinta yang memang sudah sepantasnya diperjuangkan.<br /><br />Wah, bener juga tuh kuis di Facebook tadi, dari ke sembilan tipe Enneagram manusia, katanya aku termasuk ke dalam tipe pejuang. Wah..wah..cocok dikirim ke Palestina nih..Tapi nggak ah, cukuplah bagiku dikirim ke hati seseorang untuk jadi pejuang cintanya.Once more, i just wanna be happy with him, enough..<br /></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-18405597267476667042009-01-30T13:22:00.000+07:002009-01-30T13:36:23.832+07:00Balada Si Fresh Graduate<div style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);font-family:trebuchet ms;">Waktu menunjukkan pukul satu lebih dua puluh menit dini hari. Harusnya aku udah tidur di jam segitu. Tapi karena aku sedang merindukan seseorang, maka jadilah aku mengaktifkan ebuddy, software messenger untuk HP, dan berselancar ria di dunia chatting. Tiba-tiba ada teks masuk dari seseorang. Iya' namanya.<br /><br />Nama lengkapnya Eimiria Tamsyarina, cukup panggil aja dengan Iya'. Menurutku, dia orang yang setipe denganku untuk beberapa hal tertentu, salah satunya soal mengejar mimpi dan cita-cita. Kami sama-sama punya mimpi besar dan ambisi yang kuat. Bedanya, dia jauh lebih keras dan niatnya kenceng banget. Gak heran, akhirnya dia menjadi lulusan terbaik The London School of Public Relations-Jakarta tahun 2008 dengan predikat summa cum laude. Wow.. keren sekali.<br /><br />Perasaan bangga jelas aja muncul karena walaupun kami tak sedekat lem dan prangko, Iya' ini salah satu teman yang sering sharing denganku, dan aku tahu hasil itu adalah buah dari kerja kerasnya selama ini hidup di kota besar seperti Jakarta. Yaa..maklumlah dia ini asli daerah yang merantau ke ibukota. Anaknya sangat aktif dan gak bisa diem. Selalu haus pengetahuan dan tomboi abis. Yang menonjol dari ciri fisiknya adalah kulitnya yang putih banget bagai lobak dan rambutnya yang kriting kaya mi goreng. Gak pernah sedih, selalu ceria,selalu optimis dan bersemangat. Makanya aku kaget membaca teksnya malam itu.<br /><br />Awalnya dia menggempurku dengan emoticon 'crying'. Ku tanya, 'Iya knapa?', dia hanya menjawab singkat, 'firda, iya sedihhh'.'Loh?Iya bisa juga sedih??!' candaku. 'beneran fir..lagi sedih..'. Ok, melihat reply darinya, aku mulai menata settingan diri dan mengaktifkan 'serius' mode di otakku. Aku tanya lagi,'sedih kenapa?mau cerita?'. Setelah menunggu beberapa saat Iya membalasnya.'Iya juga gak tau fir sedih kenapa. Iya cuma pengen nangis tanpa tau apa sebab yang pastinya'. Waduh..piye toh anak ini, sedih kok gak ada sebabnya. Hmm..tapi aku juga pernah sih mengalaminya, saat aku gundah menjadi pengangguran.Ahaa..pengangguran. Mungkin ini juga yang sedang dialami Iya berkaitan dengan perasaannya kala itu.<br /><br />'Iya sedih tanpa sebab??gara-gara kerjaan-kah?' tanyaku spontan. 'Hmm..iya fir salah satunya itu. Iya bingung..harus gimana?Masa harus terus nganggur?'. Ups..tebakanku jitu juga. Perasaan yang wajar menurutku apalagi Iya' merupakan lulusan terbaik. Dengan segala kemampuanku, aku berusaha menyemangatinya. 'Iya..tenang aja..lulusan terbaik pasti bisa dapet kerja.Gw aja yang IPK-nya ngepas hampir dibawah standar bisa dapet kerja.Allah tuh cuma lagi ngatur schdule yang pas aja buat lo..nanti kalo dah fixed, baru deh Dia akan umumkan' begitu kata-kata bijakku. 'Kaya gini ya nasib fresh graduate?' katanya pesimis. Sembari bercanda aku berseloroh, 'Hehehehe..mungkin Iya sedang terkena sindrom fresh graduate blues..ga papa, gue juga pernah ngalamin, tapi santai aja, badai pasti berlalu kok, ini kan hanya bagian dari proses hidup'.Melihat jawabanku yang lagi-lagi bijak, Iya langsung mengirimiku emoticon tepuk tangan. 'Wahh..miss secara..bijaksana banget sih'. 'Miss secara' merupakan panggilan favoritnya yang ditujukan untukku, entahlah tapi Iya' seneng banget manggil aku dengan sebutan itu.<br /><br />Hehehe..jadi ketawa sendiri membaca kata-kata Iya. Bijaksana. Kadang-kadang aja sih munculnya kalo otakku ini lagi pas settingannya. 'Trus waktu lo kaya gue, lo ngapain?'Iya kembali bertanya. ' Tetep berusaha tersenyum walau pahit rasanya. Yang penting berdoa sebanyak-banyaknya dan tetap berusaha!!Chayo!!!' jawabku.'Pengen deh bisa kaya firda..'.'Iya juga bisa..pasti bisa!Kerjaan itu cuma soal rejeki aja, kan lo tau rejeki dah ada yang atur, tinggal kita usaha terus' 'iya juga ya.Hmm..thanks banget ya fir..Iya jadi dapet suntikan semangat baru' begitu katanya menutup chat kami.<br /><br />Aku menghela nafas panjang, lagi dan lagi aku mendapati cerita ini.Yups, curhatan Iya' tentang keluhannya adalah yang kesekian kali terdengar di telingaku. Ada banyak teman-temanku yang merasakan pahitnya menjadi pengangguran terdidik. Dan, masing-masing di kondisi yang sama, baru lulus kuliah alias fresh graduate. Aku pernah merasakan hal serupa bahkan deritaku lebih lengkap saat pekerjaan yang sudah ada didepan mata tiba-tiba lenyap. Gak karuan kondisi hati waktu itu.Tapi..yaa..mau gimana lagi..life must go on, dan aku gak boleh terus-terusan meratapi nasib, apa kata dunia kalo tiba-tiba senyum manisku lenyap digantikan airmata kesedihan??hehehe..<br /><br />Jumlah pengangguran di negara ini katanya bakal meningkat tajam seiring krisis ekonomi global yang melanda dunia. Bayangan masa depan yang suram tentu akan bahkan sudah menghantui mereka yang sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan. Termasuk mereka, sahabat-sahabatku. Kalo kata aku, mereka bukannya gak punya kualitas dan kelayakan bekerja, tapi murni karena emang belum rejekinya. Salah gak sih pendapatku itu ditengah kondisi negara yang udah carut marut kaya gini?Mau dibilang lapangan kerjanya yang sempit??Menurutku nggak tuh..karena nyatanya apapun yang kita kerjakan berpeluang menghasilkan uangkaya jagain toilet misalnya, tinggal duduk aja liatin orang keluar masuk,bisa dapet duit. Mau dibilang SDM-nya sendiri yang belagu, maunya macem-macem, maunya dapet kerja yang sesuai? Menurutku juga sah-sah aja, wajar donk kalo kita punya mimpi, cita-cita, dan ambisi sekalipun judulnya fresh graduate. Gini nih emang gak enaknya jadi fresh from the oven..eh..fresh graduate maksudnya, sering diremehin mereka-mereka yang katanya 'berpengalaman'. Padahal mereka yang 'berpengalaman' pun belum tentu punya kualitas yang lebih bagus.<br /><br />Balik lagi ke kisah sahabat-sahabatku, aku jadi berkaca pada diri sendiri yang sering banget mengeluhkan pekerjaanku saat ini. Hmm..ternyata aku bodoh yaa.. udah dikasih banyak nikmat yang gak semua orang miliki, eh..malah kufur. janji deh, aku bakal terus memperbaiki diri. Paling nggak, curhatan mereka udah menyentil hati kecilku untuk berhenti mengeluh. Inget kata Papaku, ' biarpun tempat kerjamu itu kecil, dan gajimu juga gak seberapa, yang penting kamu harus bersyukur bahwa kamu, dengan terbatasnya gajimu, masih bisa berbagi dengan banyak orang. Liat teman-temanmu yang masih menganggur, liat orang-orang di jalanan sana, kamu lebih baik dari mereka'. Iya ya, Papa bener juga.<br /><br />Gak peduli aku ini cuma fresh graduate yang kerja di perusahaan kecil dan gaji yang gak besar, yang penting saat ini aku bisa jadi berguna buat banyak orang. Aku yakin bahwa aku bisa mengejar impian besarku menjadi seorang produser dari sebuah program TV yang dicintai masyarakat asal jangan cengeng dan pantang menyerah. Tapi yang paling paling penting dari semuanya : terus berdoa dengan ikhlas. Hmm..nih aku punya kata-kata bagus buat Iya' dan juga yang senasib dengannya, yang aku ambil dari fesbuknya ustad Ahmad Alhabsyi tadi pagi,'<span style="font-weight: bold;">Boleh </span><br /><span style="font-weight: bold;">jadi Allah mengabulkan harapan kita dengan tidak memberi apa yang kita inginkan, karena Dia Maha Tahu bahaya apa yang akan menimpa dibalik keinginan kita'</span>. Buat Iya' sahabatku, kita punya mimpi yang besar..mimpi besar itu gak bisa diraih dengan hati dan jiwa yang kecil, jadi, untuk bisa menggapainya, kita mesti punya hati dan jiwa yang juga besar..jangan nyerah Ya'..liat kawanmu ini, semaksimal mungkin senyum selalu!hehehe..<br /><br /></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-23042622104816376652009-01-20T17:09:00.000+07:002009-01-20T17:30:17.661+07:00..Aku Bersyukur Punya Papa Seperti Papaku..<div style="text-align: justify; font-family: georgia; color: rgb(153, 51, 153);">Pagi itu aku duduk di bangku nomor 2 dari depan patas AC 17, seperti biasa. Sepi banget. Paling cuma ada 10 orang didalamnya termasuk aku. Aku sibuk dengan handphone Nokia 6600 bekas adikku.Ya..hanya melihat-lihat saja teman-temanku di fesbuk. Tak berapa lama sms masuk. Kulihat siapa pengirimnya. Papa. "kamu dah nyampe mana?dah dapet bis?". Segera ku balas bahwa aku sudah aman di dalam bis dan baru mau akan melewati perempatan bulak kapal.<br /><br />Setelah aku selesai dengan handphone-ku, aku kembali duduk manis dan menikmati perjalanan. Sekilas aku mendengar percakapan antara supir dan kernetnya. " AC-nya mati nih" kata si supir. "Yang didepan juga mati?" tanya sang kernet."Iya..gimana nih?mau balik tapi belom dapet setoran, diterusin..AC mati" Dalam hati aku bertanya-tanya, ada apa dengan bis yang kunaiki?benarkah AC-nya mati?.Kemudian aku memeriksa AC yang ada tepat diatas kepalaku. Yup, supir itu benar. AC-nya mati.<br /><br />Belum sempat aku berpikir lebih jauh, aku lihat banyak penumpang turun karena menyadari bahwa AC dalam bis mati. Yang tersisa hanya tinggal berempat. Aku menunggu keputusan dari supir dan kernet bis itu. Karena secara pribadi, aku tak masalah dengan kondisi bis yang tanpa AC. Beberapa saat kemudian si kernet terlihat sibuk menenangkan penumpang yang juga akan ikut turun dan tiba-tiba si supir berteriak, 'Bayarnya cukup 5 ribu aja sama kaya non AC, nggak apa2, 5 ribu aja'. Spontan ada rasa miris hadir dalam hatiku. Mendapat potongan seribu mungkin tak berpengaruh bagi para penumpang, tapi uang seribu rupiah dikalikan jumlah penumpang itu sangat berarti bagi sang supir. Dan, jelas..potongan itu merugikan sang supir, ku tegaskan MERUGIKAN SUPIR, bukan perusahaaannya.<br /><br />Aku hampir menitikkan air mata melihat usaha yang dilakukan supir dan kernetnya agar mereka bisa mendapatkan setoran dikondisi bis yang tanpa AC. Dengan susah payah Mereka meyakinkan penumpang untuk tidak turun berganti bis seraya berdoa agar bis itu juga tidak mogok dijalanan. Untunglah para penumpang rupanya masih memiliki kebaikan hati untuk tetap ada dalam bis.<br /><br />Dari tempat dudukku, aku melihat wajah supir itu. Wajah yang renta dan mulai rapuh. Melihatnya, aku teringat papaku. Aku teringat bagaimana ia bekerja keras menghidupi kami. Aku teringat bagaimana ia sekuat tenaga membiayai aku hingga kini aku jadi sarjana. Dan..aku ingat betapa aku sering sekali berdebat dan melawannya. Aku bersyukur..karena aku tidak jadi turun dari bis yang AC-nya mati itu, aku bersyukur karena aku diberikan hati yang sensitif dan cengeng sehingga aku bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, satu hal yang terpenting.. walaupun papaku keras dalam mendidikku, aku bersyukur punya papa seperti papaku..jika boleh aku ungkapkan isi hatiku, "Pah..nda sayang sama papa,luv u so much.."</div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-25572983804537620512009-01-05T16:56:00.000+07:002009-01-05T17:03:10.583+07:00..Gue Pengen Kerja Dari Hati..<div style="text-align: justify; font-family: trebuchet ms; color: rgb(153, 51, 153);">Hari ini adalah hari pertama gw masuk kerja lagi setelah libur tahun baru yang lumayan lama. Cuaca pagi ini cerah banget, sinar mataharinya terang dan menghangatkan. Harusnya sih gw bisa bersemangat memulai hari pertama kerja di tahun yang baru. Tapi entah kenapa gw menyikapinya dengan biasa-biasa aja, cenderung malas bahkan. Apa sebabnya ya? Pertanyaan itulah yang akhirnya muncul juga di otak gw dan sampe sekarang gw masih mereka-reka jawabannya.<br /><br />Hmm..ketidaknyamanan yang mungkin sedang melanda diri gw dan menjadi sebab 'tidak bersemangat'nya pagi ini. Gw lagi merasa ga nyaman dengan pekerjaan yang sedang gw jalani saat ini. Apakah ini tandanya gw kufur nikmat ya??Hmm..kalo memang iya..y Allah, ampunilah aku.Satu lagi pertanyaan, apakah kenyamanan itu sama dengan syukur?Karena kata orang bijak,'ketika anda bisa bersyukur, maka otomatis anda akan merasa nyaman'.Hh..gw sedang dan selalu berusaha untuk tetap bersyukur pada apapun yang Allah berikan dalam hidup gw, termasuk takdir gw harus kerja di tempat ini. Tapi koq ya gw masih tetep berasa ga nyaman..<br /><br />Letak persoalan yang sebenarnya bukan ada pada perusahaan atau jobdesk gw, tapi lebih ke faktor personalnya. Yang bikin bahaya, sampe detik ini gw belom menemukan apa sih yang sebenernya gw cari, apa sih yang membuat gw bahagia??Gw belum menemukan jati diri gw yang sesungguhnya, khususnya dalam menentukan karir.<br /><br />Gw pernah punya impian masa kecil untuk keliling dunia beli boneka Barbie dan nampaknya dengan menjadi wartawan, gw bisa meraihnya. Maka, jadilah gw isi 'wartawan' di setiap kolom yang menanyakan tentang cita-cita. Semakin yakin pula gw dengan pilihan itu yang kemudian mengantarkan gw kuliah di fakultas ilmu komunikasi sekaligus berhasil jadi sarjana ilmu komunikasi. Harusnya sedikit lagi gw bisa mencapai cita-cita gw sebagai wartawan dan memang hampir terwujud dengan pekerjaan yang gw jalani saat ini. Tapi..semakin kesini, gw bukannya bersemangat, malah ragu. Apakah jalan yang gw pilih untuk jadi wartawan itu tepat??<br /><br />Keraguan yang gw rasakan bukan muncul secara tiba2 melainkan dengan proses. Sebelum gw dinyatakan lulus sidang skripsi Agustus lalu, gw sudah melewati tahap terakhir rekrutmen pegawai di KanalOne, sebuah anak perusahaan Bakrie, dan dinyatakan lolos. Gak kebayang betapa senangnya hati gw saat itu,di bulan kelahiran gw, gw udah dapet kerja, yang bikin bangga lagi adalah sebelum gw lulus, gw dah dapet kerjaan. Tapi semuanya tiba-tiba berubah saat pihak KanalOne menunda tanda tangan kontrak dengan gw, alasan yang mereka kemukakan adalah renovasi kantor, dan lain sebagainya. Mereka menjanjikan waktu 2 minggu untuk memberi kabar lagi ke gw. Fine..ga masalah, gw bisa nunggu, lagipula gak cuma gw doank yang mengalami hal serupa, semua calon pegawainya pun merasakan. 2 minggu dari waktu yang dijanjikan, kabar itu belum juga muncul, sebulan kemudian juga tak ada tanda-tanda kepastian, lama-lama, gw mulai hopeless dan melepas harapan gw ke KanalOne yang sekarang berganti nama jadi Vivanews.<br /><br />Gw mulai lagi dari awal untuk ngelamar kerjaan yang lain, ada kali selama sebulan sepi telepon dari perusahaan. Gw semakin hopeless tapi juga menikmati keadaan gw yang pengangguran, toh saat itu gw juga kan belom diwisuda. Gw bener2 jadi menikmati hidup sebagai jobseeker sekaligus pengangguran (kata orang), karena buat gw, gw bukanlah pengangguran, gw melakukan sesuatu bagi diri gw sendiri dan bisa jadi manfaat bagi orang lain, terutama nyokap gw. Ya iyalah, tiap hari kerjaan gw bantuin beliau jemur baju, nyapu, ngepel, nyetrika, dan cuci piring. Meskipun banyak orang bilang pekerjaan rumah tangga itu sepele, tapi bagi gw, yang terpenting adalah gw tetep bisa melakukan sesuatu dan apa yang gw kerjakan bisa ada manfaatnya. Sampe pada suatu hari Media Indonesia ngundang gw untuk ikutan tes calon reporter alias carep, ga diduga gw berhasil diterima disana.<br /><br />Siapa sih yang nggak bangga bisa masuk ke perusahaan punyanya Surya Paloh itu??gw pun bangga pada awalnya meskipun status gw masih freelance. Hari itu hari pertama dan terakhir gw ada di Media Indonesia. Yah, semua orang pasti akan terkaget-kaget dengan keputusan gw yang dinilai terlalu cepat. Semua orang bingung dengan jalan pikiran gw. Tapi apa mau dikata keputusan itu sudah keluar. Konsekuensinya jelas gede, selain gw merusak nama almamater gw disana, gw juga terancam dimurkai Allah karena telah menyia-nyiakan rezeki yang udah dikasih. Gw juga bingung kalo ditanya kenapa gw bisa mengambil keputusan tersebut, mungkin kata hati gw yang menuntun seperti itu. Atau mungkin karena satu alasan ketidaknyamanan, gw juga nggak tahu pasti.<br /><br />Sejak saat itu gw mulai galau dengan cita-cita gw. Gw mulai goyah dalam berpendirian. Dan menghasilkan satu pemikiran yang lain. Gw ga mau terlalu berambisi untuk jadi wartawan. Ya udahlah kerjaan apapun yang bikin gw nyaman akan gw terima. Masalahnya,kadang kenyamanan sering ga sejalan dengan kenyataan dan kondisi kehidupan. Gw pengen bekerja dari dan dengan hati tapi nanti jatuhnya gw jadi idealis dan itu terkadang berbenturan dengan kenyataan hidup dimana gw adalah harapan bagi orangtua gw meningkatkan kesejahteraan keluarga.<br /><br />Sekarang coba gw jawab arti kenyamanan bagi diri gw sendiri. Menurut gw, kenyamanan itu ga selalu harus ada di perusahaan besar dengan gaji besar dan dikuasai orang-orang besar, meski idealnya demikian. Nyaman adalah ketika gw bisa bekerja dengan keikhlasan dan sepenuh hati. Nyaman adalah ketika gw mendapatkan suntikan motivasi dari orang-orang disekitar lingkungan kerja gw. Dan nyaman adalah ketika gw mendapatkan gaji yang layak, yang bisa gw pergunakan tidak hanya bagi diri gw sendiri, tapi juga bagi orang-orang di sekitar gw. Nyaman adalah ketika gw bisa bersemangat pergi ke kantor. Nyaman adalah ketika gw bahagia dengan apa yang gw kerjakan. Itulah nyaman.<br /><br />Gw terima tawaran kerja ditempat ini murni karena gw takut Allah marah ma gw. Ga ada alasan apapun selain karena Allah. Gw bener-bener mencoba bersyukur dengan rutinitas baru gw yang tiap pagi berangkat kerja dan ketemu macet. Susssaahh bgt ternyata. Susah untuk meredam idealisme gw sendiri. Dan sangat sulit buat gw menemukan kenyamanan di tempat ini. Buat gw bekerja disini memang lebih membuat gw bisa 'memaksakan' kenyamanan ketimbang di Media Indonesia.<br /><br />Disana, meskipun perusahaan itu besar, dikuasai orang besar, tapi gw sangat terganggu dengan jarak tempuhnya yang jauh banget dari rumah gw. Ngekos??bisa memang tapi itu juga mengandung konsekuensi, yakni gw ga bisa merhatiin kucing-kucing gw. Gw pun ga suka dengan peraturan yang mewajibkan gw pake kostum item putih ditengah karyawan lain yang pake kemeja biru bertulisakan 'MetroTV' atau 'Media Indonesia'. Perbedaan status antara karyawan tetap dan karyawan kontrak tuh ketara banget. Padahal baik yang freelance ataupun tetap, kita sama-sama kerja buat Media Indonesia. Sampe detik ini gw bener-bener nggak bisa ngerti kenapa ada pembedaan kostum kaya gitu di sebuah perusahaan.<br /><br />Nggak taulah gw ini sebenernya mau jadi apa. Mungkin iya gw terlalu idealis. Satu-satunya cara ampuh yang sedang gw lakukan untuk meredam semua ini adalah terus berdoa dan meminta agar gw bener-bener termasuk ke dalam golongannya orang-orang yang bersyukur. Semoga suatu hari nanti, kenyamanan itu akan gw temukan.Aminn...<br /><br /></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-74291898707877732192008-12-31T15:36:00.000+07:002008-12-31T15:46:25.417+07:00Tulisan Firda Di Penghujung 2008..<div style="text-align: justify; color: rgb(102, 0, 204); font-family: trebuchet ms;">Jalanan Jakarta pagi tadi terasa sangat lengang. Mobil-mobil masih cukup banyak berseliweran tapi tak sepadat hari biasanya. Tak ada macet, tak ada pula kesibukan berarti.Cuacanya pun teduh, berbeda dari hari-hari kemarin. Cukup dimaklumi memang karena hari ini adalah hari terakhir di penghujung tahun 2008.<br /><br />Di dalam bis kota, aku memandang ke luar jendela. Sepi, lega, dan mobil melaju tanpa tersendat sedikitpun.Seorang seniman jalanan menambah teduh suasana dengan lagu 'alhamdulillah' nya Opick. Pikiranku kemudian menerawang ke belakang. Teringat berbagai peristiwa selama satu tahun ini dimana segala suka dan duka selalu berbaur jadi satu cerita.<br /><br />Dimulai dari kisah cintaku yang tak begitu mujur tahun ini.Putus cinta memang tak membuat aku hancur tapi menyisakan trauma yang cukup lumayan. Orang-orang baru datang dan pergi silih berganti mencoba meluluhkan kerasnya hatiku. Namun sayang, belum ada yang berhasil. Ada yang hampir berhasil tapi gagal juga.Bukan karena mereka tak baik tapi karena memang hati ini saja yang belum terketuk. Entah sampai kapan aku berjalan sendiri, yang pasti aku tetap bisa menikmatinya.<br /><br />Lalu ingatanku tertuju pada masa kuliahku di semester-semester terakhir. Betapa kagetnya aku ketika tertulis di papan pengumuman nama dosen yang akan membimbing skripsiku. Dra.Sri Fatmawati Mashoedi. APAA???si 'Sari Whiteshoes' itu??Whiteshoes adalah grup band indie yang mengusung penampilan dan tema lagu era 80an, nah, potongan rambut Bu Sri itu juga era tahun 80an, jadilah kusebut ia demikian. Beliau adalah dosen psikologi komunikasi saat aku berada di semester 3. Gaya berbusananya yang jadul selalu jadi bahan ejekan di kelasku. Apalagi caranya mengajar juga bisa terbilang kolot dan termasuk ke dalam daftar dosen 'killer'. Banyak yang anti dan berdoa agar beliau bukanlah dosen pembimbing mereka, termasuk aku. Tapi apa mau dikata ketika kenyataan justru berkata sebaliknya. Aku berada di bawah bimbingannya.<br /><br />Saat pertama kali brainstorming dengannya, jujur aku sangat ngeri dan takut karena selain disiplin, beliau tipikal doesn yang perfeksionis.Untunglah, 3 judul yang kuajukan, salah satunya membuatnya tertarik dan tanpa banyak kesulitan, beliau langsung memberikan tanda tangan persetujuan judul.Lama kelamaan aku mulai dekat dengannya dan ternyata penilaianku terhadapnya selama ini salah. Beliau tak seperti yang terlihat diluarnya.<br /><br />Bu Sri itu baik dan sangat keibuan. Sangat sabar dalam memberikan bimbingan dan benar-benar demokratis, beliau mau menerima argumenku. Alhasil, penyusunan skripsiku menjadi sangat cepat meski sempat menemui berbagai kesulitan. Bu Sri adalah salah satu orang yang mengantarkan perjuanganku meraih titel Sarjana Ilmu Komunikasi tepat pada waktunya. Dan kini, aku merindukannya.<br /><br />Airmataku perlahan jatuh saat cerita ini melintas dalam memoriku. Satu cerita dimana aku harus kehilangan nenekku untuk selamanya. Aku pernah berjanji dalam hati, kelak jika aku sudah punya gaji, aku akan membelikan apapun yang beliau minta. Tapi, sayang..belum sampai niat itu terwujud, ia sudah pergi. Terbersit penyesalan di hati namun sudahlah mungkin ini yang terbaik.Pengalamanku mendampingi beliau dari awal sakit hingga kematiannya merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam hidupku. Untuk pertama kalinya, semangatku untuk jadi jurnalis terbakar ketika aku mendapati perlakuan sebuah rumah sakit umum di kota Cirebon yang sangat tidak menyenangkan. Bagaimana bisa orang-orang di rumah sakit itu tega menelantarkan nenekku yang sedang sekarat hanya karena beliau dianggap miskin dengan menggunakan askes???Dimana sisi kemanusiaan merekaa??Hampir kalap aku saat itu kalau saja sepupu-sepupuku tidak datang menenangkanku. Walaupun pada akhirnya beliau harus pergi, aku bersyukur, derita itu akhirnya lepas sudah.<br /><br />Perjalananku selama satu tahun ini ditutup dengan pengesahan gelar sarjanaku 2 minggu lalu. Tak terlukiskan betapa bangganya aku bisa menyelesaikan kuliahku yang 4 tahun itu. Begitu mengharukan sekaligus memberikan pengharapan yang baru. Sekali lagi aku tersenyum. Kali ini, khusus kutujukan padaNya. 'Alhamdullillah' yang dinyanyikan seniman itu menggugah hatiku untuk tetap bersemangat melanjutkan hidup di tahun baru yang beberapa jam lagi akan dimulai. Satu resolusi yang ada dalam hatiku adalah semoga aku menjadi lebih baik dan mendapatkan segala yang terbaik dalam hidup..amin..<br /><br /></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-19759498773486007502008-12-30T14:04:00.000+07:002008-12-30T14:05:48.636+07:00Yang Tak Tergantikan<div style="text-align: justify; color: rgb(102, 0, 204); font-family: trebuchet ms;">Rintik hujan malam ini sungguh terasa berbeda dari sebelumnya.4 Desember 2008,hari ini, genap 3 tahun ia meninggalkanku. Sosok yang aku sayangi telah pergi dan tak akan pernah kembali lagi disisiku. Entah bagaimana aku harus ungkap perasaanku, yang pasti hingga kini aku belum menemukan penggantinya.<br /><br />Teringat dengan jelas caranya menunjukkan cinta. Bagi sebagian orang mungkin terlihat kaku, tapi bagiku sungguh berkesan. Ia yang tak banyak bilang cinta, selalu tenang dan setia disampingku benar-benar membuat aku hampir gila karena pesonanya. Tak banyak yang sepertinya dan karena itu pula dia tak tergantikan.<br /><br />Kini, aku berjalan sendirian.Bagai memiliki sayap-sayap patah, jalanku menjadi tak seimbang. Aku terus mencoba bangkit dan menatap ke depan. Entah sampai kapan aku akan terus mencoba, tapi sepertinya tetap sama, aku masih mencintainya, kemarin, hari ini, ataupun nanti. Walaupun ku tahu, dia sudah tenang ada disana.<br /></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-25618210558664007612008-12-25T10:36:00.000+07:002008-12-25T10:46:25.921+07:00Lentera Jiwa by Andy F.Noya<div align="justify"><span style="color:#cc33cc;">Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena pecah kongsi dengan Surya Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan power yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita, tiba-tiba saya mengundurkan diri.<br /><br />Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Metro TV.<br /><br />Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa mengapa saya keluar dari Metro TV. Andy ibarat ikan di dalam kolam. Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.<br /><br />Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.Bagi Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.<br /><br />Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama.<br /><br />Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.<br /><br />Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari keju itu sudah tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya. Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.<br /><br />Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang. Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing, mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lentera jiwanya ada di ajang pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia tidak bahagia.<br /><br />Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.<br /><br />Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008), kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini memiliki restoran sendiri. Saya sangat bahagia dengan apa yang saya kerjakan saat ini, ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.<br /><br />Juga ada Wahyu Adit ya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi. Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.Simak juga bagaimana Gde Prama memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai public speaker.<br /><br />Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mencapainya.<br /><br />Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu gembira dalam menikmati hidup. Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi. Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar Yon Koeswoyo, salah satu personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone. Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. Semua karena saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya. Hidup saya, katanya.<br /><br />Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah menemukan lentera jiwa mereka. </span></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-17420011103724111332008-12-19T09:49:00.000+07:002008-12-19T09:52:09.895+07:00Satu Cerita Di Hari Senin, 15 Desember 2008Pagi ini, 15 Desember 2008. Lima belas menit lagi, acara paling bersejarah itu akan dimulai. Aku mulai bersiap – siap merapikan kebaya dan togaku untuk masuk ke dalam Grand Ballroom Hotel The Ritz Carlton Jakarta. Suasana lobby tampak ramai dipadati beberapa orang memakai jas dan kebaya. Aku terus berjalan memasuki ruangan dan disana aku menjumpai semua teman-temanku lengkap mengenakan kostum yang sama denganku. Di sisi kanan barisan kursi kami, tampak seluruh orangtua hadir menyaksikan perhelatan akbar itu. Senyum- senyum ceria mereka mengeluarkan auranya. Dalam hati, mereka pasti bangga kepada kami. Yap, hari ini adalah hari dimana kami, mahasiswa-mahasiswa The London School of Public Relations- Jakarta akan di sahkan sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi. <br /><br /> <br />Aku menduduki sebuah kursi yang di bagian belakangnya tertera tulisan 095.Firda Puri Agustine, S.Si. Melihat gelar dibelakang nama lengkapku, aku jadi teringat akan perjuanganku untuk mendapatkannya. Terekam pula berbagai kenangan manis didalamnya. Aku ingat ketika 4 tahun lalu datang ke Wisma Dharmala Sakti untuk membeli formulir pendaftaran seharga 200.000 Rupiah dan mengikuti beberapa rangkaian tesnya sampai akhirnya aku tercatat sebagai mahasiswi disana, kampus yang sering dianggap kampusnya artis dan orang-orang borjuis. Mendengar anggapan itu, toh aku tak peduli karena dulu aku memang merasa layak ada disana dengan latar belakang keluargaku yang bisa dibilang sangat lebih dari cukup, selain karena cita-citaku yang ingin berkarier di bidang komunikasi. <br /><br /><br />Tahun pertama aku menjadi mahasiswi, ku jalani dengan sangat menyenangkan. Terlebih karena letak kampusnya yang jauh dari rumah, aku jadi bisa bergerak bebas lepas dari aturan orangtuaku yang saat itu aku anggap mengekang. Aku bisa pergi kemanapun yang aku suka bersama teman-teman baruku. Ku akui, gaya hidup teman-temanku terbilang cukup mewah dan aku pun sempat terpengaruh. Bagiku tak masalah membeli sepatu seharga 300 ribu agar tak kalah dengan teman-temanku. Meskipun demikian, aku tak sampai kelewatan batas karena aku masih menggunakan transportasi umum untuk sampai ke kampus, tidak memilih menggunakan mobil pribadi yang sebenarnya bisa saja digunakan beserta supirnya. <br /><br /><br />Di awal – awal masa kuliah itu, aku banyak melakukan penyesuaian diri. Mulai dari rutinitas macet yang setiap pagi tak pernah absen ku temui sampai gaya hidup anak-anak kampus metropolitan yang hobi hang-out sana sini. Mulanya aku terus mengeluh karena setiap pagi jalanan selalu padat, tapi lama-lama aku jadi terbiasa..’yah, mau gimana lagi, dah harusnya kaya gini’ begitu pikirku. Kehidupanku juga semakin berwarna dengan hadirnya pacarku yang kini sudah almarhum. Aku pun jadi tau tempat-tempat di Jakarta karenanya. Satu tahun itu aku tempuh untuk mulai menghadapi kerasnya Jakarta.<br /><br /><br />Masuk tahun kedua, aku sudah jauh lebih menguasai medan. Aku mulai berkenalan dengan jenis transportasi kereta api karena kampusku berpindah tempat di kawasan Kebon Sirih yang jika aku tetap menggunakan bus, aku akan menghabiskan waktu hampir 2 jam lebih di jalan. Di tahun kedua ini, aku menjumpai teman-teman baru yang berbeda dari sebelumnya, dan teman-teman baruku inilah yang nantinya akan terus bersama sampai akhir perjalananku di LS. <br /><br /><br />Saat itu, kampusku terletak di gedung Dewan Pers sebelum akhirnya pindah ke gedung annexe Bimantara untuk kemudian menetap di Sudirman Park. Setiap selesai jam kuliah, aku dan teman-temanku selalu menyempatkan diri makan di warung ayam bakar belakang kampus. Dari kebersamaan makan siang itulah aku menemukan kawan senasib dari Bekasi bernama Feli. Akhirnya, aku, Feli, dan beberapa teman lain, janjian di Stasiun Bekasi untuk pergi kuliah bersama. Begitu terus setiap pagi bahkan sampai tahun-tahun terakhir aku kuliah disana, Feli selalu bersamaku tiap pulang dan pergi kuliah, bahkan banyak yang bilang kami kembar..hehehehe…<br /><br /><br />Di semester 3, satu kejadian pahit harus kuterima dengan kepergian pacarku menghadap keharibaanNya. Sedih itu pasti tapi aku tidak lantas terpuruk. Sehari setelah ia pergi, aku bahkan masih sempat jalan-jalan ke Blok M Plaza bersama teman-temanku. Hidupku pelan tapi pasti mengalami perubahan sejak peristiwa itu. Aku jadi banyak merenung dan hasil perenungan itu aku larutkan dalam sujud-sujud panjangku kepadaNya. Aku semakin mendekatiNya dan berubah menjadi sosok yang lebih arif memandang hidup. <br /><br /><br />3 bulan setelah ia pergi, ada tugas dari mata kuliah Dramatic Literature dimana masing-masing kelas membuat pertunjukan drama yang nantinya diperlombakan. Judul drama kelasku diangkat dari dilm Broadway berjudul Fame of The Musical. Di event itu, aku mengambil peran sebagai Head of Coordinator Backdrop and Properties yang bertanggung jawab atas desain panggung dan segala hal yang berhubungan dengannya. Walaupun aku tak bisa menggambar, tapi tugas itu ku jalankan dengan sebaik mungkin. Dibantu seorang calon arsitek dari Trisakti, setiap hari aku mengerjakan tugas gambar backdrop dan menyiapkan segala properti hingga ke Pasar Tanah Abang. Begitu banyak cerita tentang event ini yang diwarnai dengan insiden pencurian yang dilakukan teman kami sendiri. <br /><br /><br />Masuk semester 6 , kami semua pindah ke kampus baru di Sudirman Park. Di waktu itu, kami ditugaskan untuk magang di perusahaan dan membuat laporan setelah selesai melewati masa kontraknya dan wajib mengambil jam kuliah malam. Aku yang tadinya sangat idealis tak ingin masuk ke Bisnis Indonesia, -sebuah kantor dimana papaku dulu bekerja – akhirnya menyerah dengan keadaan dan menjalani hari-hari magangku selama 3 bulan disana. Tak pernah kusangka, jodohku di Bisnis Indonesia justru mengundang berbagai hikmah yang luar biasa hingga aku mengenal banyak orang penting dan bertemu satu sosok yang menggetarkan hatiku. <br /><br /><br />Tepat pada hari ini, 1 tahun yang lalu di seminar Commusication – sebuah event terakhir yang kami buat bersama sebelum skripsi-, sosok itu hadir dan menyadarkanku akan arti ketulusan. Dia, yang begitu kontroversial dan dibenci banyak orang, datang membawa sejuta warna dalam hidupku Sayang, kini ketika hari ini aku berdiri tegak dengan mengemban sebuah tanggungjawab baru, ia menghilang entah kemana. Tapi yah itulah hidup, harus terus berjalan kedepan..<br /><br /><br /><br />Ah,mari kita kembali ke hari ini. Tiba-tiba aku koq jadi sangat ingin menangis begitu namaku dipanggil maju ke atas podium. Ada rasa haru juga bangga melihat bahwa seluruh perjuanganku selama ini termasuk perjuangan menyelesaikan skripsi yang tidak mudah akhirnya tak sia-sia. Aku mampu buktikan pada kedua orangtuaku, aku bisa memberi mereka kebanggaan. Sekali lagi yang harus aku buktikan setelah gelar S.Si ada melengkapi namaku adalah kemampuanku untuk meraih impianku menjadi berguna bagi banyak orang dengan menjadi seorang jurnalis sejati..yaa..semogaa…<br /></span>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-57617740785892677662008-12-02T10:14:00.000+07:002008-12-02T10:16:23.957+07:00Kisah Cintaku Dengan Seekor Kucing Bernama Michi<div align="justify"> <span style="color:#cc33cc;">Pagi itu, 06 Agustus 2006, seperti biasanya aku keluar teras menghirup udara pagi seraya menyapa kucingku, Dora. Namun, ada yang tak biasa, karena aku tak melihat Dora di atas akuarium, tempat favoritnya menghabiskan malam. Aku mencarinya tapi tak juga kutemukan, ku panggil namanya, tetap ia tak kunjung muncul. Aku mulai panik dan khawatir mengingat ia sudah kuanggap sebagai sahabat terbaikku. Tiba-tiba aku teringat sesuatu, Dora sedang hamil. Yaa..mungkin ia sedang melahirkan di suatu tempat, pikirku. Aku lantas berlari menuju gang samping rumahku karena seingatku, aku pernah menunjukkan tempat ini pada Dora. Benar saja, kulihat Dora ada disana, menyempil diantara kardus bekas dan tumpukan karung beras. Wajahnya menatap ke arahku seolah ingin menyapa. Aku belai bulu halusnya dan seketika dari bawah perutnya, perlahan nampak 2 makhluk kecil tertidur pulas. Ternyata benar dugaanku, Dora kini punya 2 bayi lucu. Salah satu warna bayinya adalah putih kombinasi hitam, sementara satunya berwarna hitam kombinasi kuning. Langsung saja kuberi nama, yang putih adalah Michi dan yang hitam adalah Lili.<br /><br /> Aku sempat khawatir dengan mata kedua bayi kucing itu mengingat salah satu mata Dora cacat. Aku khawatir cacat itu akan turun pada bayinya, tapi syukurlah itu tak terjadi. Dora adalah satu-satunya kucingku yang mengalami cacat pada matanya. Salah satu matanya hilang atau banyak orang bilang ‘pice’ , seringkali aku disuruh membuang kucing yang banyak dianggap jelek oleh teman-teman dan orangtuaku ini, tapi aku tak mau karena aku sangat menyayanginya. Binatang ini adalah sahabat yang selalu setia menemani dan menghiburku kala aku sedih. Mungkin hal ini terdengar aneh dan ‘lebai’ bagi sebagian orang dimana aku bisa begitu sayangnya pada mereka dan bahkan memperlakukan mereka layaknya manusia, tapi itulah aku, sang pecinta binatang (khususnya kucing), yang perasaanku hanya bisa dimengerti oleh mereka yang juga pecinta binatang.<br /><br /> Michi dan Lili terlahir sempurna, bahkan sangat manis wajahnya. Meskipun hanya kucing kampung, bulunya begitu indah dan lebat. Keduanya memiliki jenis kelamin dan karakter yang berbeda. Lili betina, Michi seekor jantan. Lili, walaupun betina, ia sangat pemberani dan tak canggung bermain dengan manusia. Hal sebaliknya justru terjadi pada Michi yang berjenis kelamin jantan. Ia sangat penakut dan selalu menghindar jika ada yang ingin menyentuhnya. Sifatnya ini sangat merepotkanku terutama saat banjir besar di akhir tahun 2006 melanda komplek perumahanku. Tindakan pertama yang kulakukan kala air sudah mulai masuk teras rumahku adalah menyelamatkan ketiga kucingku dengan membawa mereka ke lantai 2 rumahku. Aku tidak kesulitan saat harus menggendong Dora dan Lili, tapi aku sangat kewalahan menghadapi Michi yang sangat ketakutan melihat air. Alhasil, aku harus bersabar dan menggunakan cara lain untuk menangkapnya, dan syukurlah, Michi bisa kuselamatkan.<br /><br /> Lama kelamaan, Michi dan Lili tumbuh menjadi kucing-kucing dewasa. Mereka sudah bisa mencari makan sendiri kala Dora tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Anehnya, jika Lili biasa berkeliling dan jalan-jalan, Michi sangat betah di teras rumah. Dia sangat jarang keliling-keliling keluar rumah dan selalu menungguku untuk memberinya makan. Pernah suatu kali, Michi tidak ada di sekitar teras rumahku, aku sangat cemas karena ia tak kunjung kembali hingga sore hari. Aku menangis karena kupikir Michi telah hilang. Aku sedih mengingat kebersamaanku, dia, dan juga Lili. Aku sudah kehilangan Dora dan aku tak ingin itu terjadi pada Michi. Aku terus berdoa agar Michi kembali, tiba-tiba saja pas Magrib menjelang, Michi mengeluarkan suaranya, aku menghambur keluar dan menangis dihadapannya. Sejak kejadian itu, Michi semakin betah di teras rumah, tak pernah keluar kemana-mana kecuali jika pagi ia ingin menjemur bulunya.<br /><br /> Michi menjelma menjadi seekor kucing yang mengesankan hatiku, apalagi setelah Lili mati. Ia menjadi binatang yang selalu aku ajak bermain dan bercanda saat aku merasa kesepian. Tingkahnya selalu saja membuatku tersenyum. Ia seolah mengerti apa yang aku ucap dan rasakan. Bahkan, ia menjadi salah satu motivasiku dalam mencari kerja. Aku ingin bisa memberinya makanan enak setiap hari, ingin selalu memberi makanan favoritnya (mi goreng) dan juga baju khusus kucing. Jika aku sedang berada di luar kota, aku pun selalu mengingatkan orang rumah umtuk memperhatikannya. Tak luput, ia beserta kucing-kucing yang pernah kumiliki, hadir di setiap doaku, aku ingin, mereka tetap menjadi sahabatku di akhirat nanti. Amin..</span></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-65700077275115379532008-11-27T12:56:00.000+07:002008-11-27T13:06:22.724+07:00Di Suatu Malam, Yang Sekali Lagi Harus Ku Alami<div align="justify"><span style="color:#cc33cc;">Tadi malam (26/11), adikku mendapat kecelakaan motor. Ini bukan kali pertama ia mengalaminya. Meskipun lebih parah dari sebelumnya, namun aku dan keluargaku tetap bersyukur karena nyawanya masih bisa terselamatkan. Ketika kabar itu datang langsung dari adikku, jantungku berdebar tak karuan, kaki tanganku pun mendadak lemas membayangkan apa yang terjadi. Pun demikian dengan Ibuku, beliau langsung menangis di pelukanku. Aku sebagai anak pertama di keluargaku dituntut harus bisa menjadi pemimpin dan teladan bagi adik-adikku. Aku anak perempuan satu-satunya tapi aku harus lebih kuat dan tegar dibanding kedua adik laki-lakiku.<br /><br />Suasana tadi malam sungguh mencekam dan mengharu biru. Bagaimana tidak, disaat aku cemas melihat kondisi adikku yang terluka parah, aku juga harus mampu menenangkan Ibu dan meredam kemarahan Papa. Sungguh tidak enaknya posisiku ini, aku harus tetap tegar di tengah segala ketakutan yang mendera. Tapi, kejadian ini bukan pengalamanku yang pertama, setidaknya ada 3 peristiwa pahit sebelumnya yang menguji ketahanan mentalku, juga pada suatu malam.<br /><br />Kejadian pertama menimpa adik bungsuku yang mengalami kecelakaan terkena pecahan beling dirumahku. Aku didera perasaan sedih dan gundah luar biasa mengingat ayah ibuku sedang menunaikan ibadah haji ketika itu terjadi. Ahh.. tak terbayangkan bagaimana perasaan hatiku kala adik bungsuku harus menjalani 2 kali operasi besar guna menyambungkan kembali urat tangannya yang terputus. Dokter pun sempat menyatakan bahwa tangan adikku terancam cacat. Aku yang kala itu masih berumur 18 tahun jatuh dalam pergulatan batin yang luar biasa. Untunglah, Allah memudahkan segala urusan kami, dan tangan adikku dinyatakan bisa kembali berfungsi seperti sedia kala.<br /><br />Hanya berselang 9 bulan dari kejadian tersebut, aku kembali diguncang peristiwa pahit dimana kekasihku pergi untuk selama-lamanya. Inilah titik balik perjalanan hidupku saat kematian akhirnya mampu merubah hidupku menjadi lebih baik. Aku mulai menyadari bahwa hidup ini pasti ada akhirnya. Dan inilah yang selalu menjadi peganganku dalam melakukan apapun. Aku tak ingin menyia-nyiakan hidup yang hanya sebentar ini. Maka, dimulailah kehidupan Firda yang baru, dimana kematian selalu menjadi alarm di setiap hari-harinya. Bukan menjadikan kematian itu sebagai 1 hal menakutkan, tapi menjadikan ia sebagai sesuatu yang wajib diingat agar aku bisa lebih berpikir seribu kali untuk berbuat keburukan.<br /><br />Terakhir, Oktober lalu nenekku yang mendapat giliran untuk menghadap-Nya. Perasaan sedih luar biasa hinggap di hatiku karena aku tak diberi kesempatan untuk memberikan gaji pertamaku untuknya, mengingat aku masih menjadi pengangguran. Teringat bagaimana beliau menderita dalam sakitnya, terselip pula rasa syukur saat ajal itu datang sebagai satu bentuk kebaikan yang digariskan Allah padanya. Yaa..,meski sedih dan sesal itu masih terus terasa, aku mencoba tetap bersyukur dan berdoa untuknya.<br /><br />Malam bagiku memberi kesan tersendiri karena ia selalu menjadi saksi dari airmata yang jatuh di pipiku. Ia yang akan tetap memberikan harapan karena mentari selalu hadir setelahnya. Kedatangannya tetap aku tunggu karena ia akan terus memberikan aku kesempatan untuk jauh lebih dekat dengan-Nya, ia juga yang akan menemani tidurku dengan mimpi-mimpi akan hidup dan kematian.<br /></span></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-19981209450069511342008-11-27T12:55:00.000+07:002008-11-27T12:56:55.688+07:00Hanya Kisah Manusia Biasa<div align="justify">Ahmad Sofa. Itulah nama seseorang yang akhir-akhir ini membuat handphone-ku tak lagi bisu. Entah bagaimana aku bisa kenal dan kemudian bersahabat dekat dengannya, yang pasti ada warna baru dalam kehidupanku setelah dia ada. Awalnya, dia terlihat sama saja dengan teman-temanku yang lain, hang-out sana sini, dugem, dan bergaul dengan siapapun. Tak ada yang menarik saat itu karena bagiku dia tetap potret anak muda jaman sekarang. Namun, perlahan tapi pasti dia menunjukkan jati dirinya, dia mulai berkisah tentang pengalaman hidupnya, cerita cinta dan kehidupan kesehariannya. Dia yang hidupnya seperti kelelawar sampai hal-hal gila yang dia lakukan bersama teman-temannya membuatku sedikit demi sedikit belajar tentang arti manusia sesungguhnya.</div><div align="justify"><br />Ya..betapa tidak..kebebasan yang dia anut sebagai anak muda yang jauh dari orang tua tidak membuat dia melupakan tujuan hidup dia sebenarnya. Kesenangan yang dia dapatkan ketika berkumpul dengan teman-temannya tidak membuat dia lupa akan tanggung jawabnya sebagai anak, teman, dan sahabat. Aku beberapa kali dibuat terkejut oleh sikap dan cara yang dia lakukan dalam menjalani hidup. Bayangkan saja, setiap harinya dia tak pernah tidur di malam hari sebagaimana umumnya, bukan untuk melakukan ibadah shalat malam, tapi hanya untuk nongkrong bareng bersama teman-temannya, have fun, bahkan hura-hura. Dia jalani semua itu seolah tanpa beban. Hidupnya benar-benar bebas tanpa batas tapi ternyata dia tetap manusia biasa, yang pernah merasa terkurung juga. Dasar anak muda, apalagi sebabnya jika bukan karena cinta.</div><div align="justify"><br />Cinta membuat segalanya berubah, cinta pula yang menyebabkan orang se-bebas dia merasa terkurung dan tak berdaya. Sahabatku ini pernah merasakan hampanya kehidupan saat ditinggalkan kekasih tercinta menikah. Rasa cinta yang begitu besar mengurung dia dalam kenyataan pahit yang harus ia terima. Tak mudah untuk bisa kembali menjadi dirinya, tapi waktu menjawab bahwa ia mampu. Sama ketika aku pun pernah merasakan pahitnya ditinggalkan, tak mudah keluar dari belenggu perasaan yang menyiksa dan terus terkurung dalam trauma yang tak berkesudahan. Cukup lama aku menjadi orang lain setelah kejadian itu, cukup lama juga aku membohongi dan menahan diriku dari cinta lain yang kemudian hadir. Aku berpura-pura bahagia didepan banyak orang dan aku pun berpura-pura tampil se-sempurna mungkin di hadapan mereka. Tapi, apa yang terjadi? aku malah semakin larut dalam perasaanku sendiri dan terus jatuh dalam kesedihan. </div><div align="justify"><br />Pada akhirnya aku mencoba bangkit dan berhasil menata kembali perasaanku sembari terus berjalan berdampingan dengan kenyataan yang ada. Beruntung aku bisa mengenalnya karena aku mampu menyadari bahwa aku tidak berjalan sendirian. Menjadi diri sendiri agaknya memang kunci yang tepat menjalani kehidupan dan mendapatkan kenyamanan didalamnya. Sofa tidak malu mengakui bahwa dia seorang bajingan, dia juga kerap melontarkan kata-kata yang polos, candaan yang mengalir begitu saja, selalu bersyukur menjadi manusia yang tak sempurna, dan tetap menjalani hidup ini sebagaimana mestinya tanpa harus dijadikan beban. Darinya, aku memang belajar banyak hal.</div><div align="justify"><br />Ternyata, apapun yang sudah, sedang, dan akan terjadi dalam hidup kita hanyalah sepenggal kisah dari seorang manusia biasa yang mencintai kebebasan, yang tidak statis berada dalam suatu keadaan, yang pasti pernah jatuh dalam keterpurukan, yang mampu merasa sedih dan bahagia, yang selalu tertawa dan menangis bergantian, dan pasti memiliki segala ketidaksempurnaan yang wajar adanya. Seseorang yang bersikap apa adanya dan mengakui bahwa hidupnya memang tak sempurna selalu terlihat istimewa, justru itulah yang membuatnya tampak sempurna. Dan, atas setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, tak perlu disikapi secara berlebihan, hadapi dan jalani saja apa adanya, tak ada guna dijadikan beban, toh..pada saatnya badai pasti berlalu, dan disaat yang sudah ditentukan, kebahagiaan pasti datang tanpa terlambat. </div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-48432135557014698352008-11-27T12:53:00.000+07:002008-11-27T12:55:15.091+07:00Teori EfekAda 3 efek efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930 – an, yakni efek tak terbatas (<em>unlimited effect</em>), diikuti efek terbatas (<em>limited effect</em>), kemudian efek moderat (gabungan antara keduanya/<em>not so limited effect</em>) (Keith R.Stamm dan John E.Bowes, 1990).<br />Teori Efek Moderat (1970 – 1980-an)<br /><br /> Pendapat terakhir actual tentang efek komunikasi massa adalah efek moderat. Dua efek sebelumnya dianggap terlalu berat sebelah. Meskipun diakui bahwa munculnya kedua efek itu Karen atuntutan jamannya. Ketika jaman terus berubah dan peran komunikasi massa sedemikian berkembang pesat dibarengi oleh peningkatan pendidikan masyarakat, efek komunikasi massa pun ikut berubah pula.<br /><br /> Ada beberapa hal yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan pada seseorang, misalnya selective exposure. Selective exposure sebenarnya adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model efek terbatas, tetapi bukti yang ada di lapangan justru sering bertolak belakang.<br /><br /> Model efek moderat ini sebenarnya mempunyai implikasi positif bagi pengembangan studi media massa. Bagi para praktisi komunikasi, akan menggugah kesadaran baru bahwa sebelum sebuah pesan disiarkan perlu direncanakan dan diformat secara matang dan lebih baik. Sebab bagaimanapun, pesan tetap mempunyai dampak. Akan tetapi, pesan juga tidak serta – merta diterima audience secara membabi buta. Artinya, ada banyak variabel yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan. Ini artinya efek dimiliki media massa, tetapi penerimaan efek itu juga dipengaruhi factor lain (tingkat pendidikan, lingkungan social, kebutuhan, dan system nilai yang dianutnya). Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang berasal dari media massa. Dalam efek moderat, terjadi pengaruh, tetapi tidak terlalu besar.<br /><br /><strong>Teori Efek Tidak Terbatas (1930 – 1950 )</strong><br /><br /> Efek tidak terbatas ini didasarkan pada teori atau model peluru (bullet) atau jarum hipodermik ( hypodermic needle). Jadi, media massa diibaratkan peluru. Jika peluru itu ditembakkan ke sasaran, sasaran tidak akan bias menghindar. Analogi ini menunjukkan bahwa peluru mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam usaha “mempengaruhi” sasaran. Menurut asumsi efek ini, media massa mempunyai kekuatan yang luar biasa ( all powerful). Hal inilah yang mendasari bahwa media massa mempunyai efek tidak terbatas. Efek ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :<br />Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang ditimbulkan.<br />Penerima pesan tidak mempunyai sumber social dan psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.<br />Asumsi mengapa efek tidak terbatas ini muncul bias dikaji dari perspektif psikologi dan sosiologi. Ilmu psikologi memandang bahwa individu merupakan makhluk yang tidak rasional dan dalam perilakunya secara luas dikontrol oleh instingnya. Sementara itu, menurut Ilmu sosiologi , masyarakat pasca-industri atau yang sering disebut “masyarakat massa” (mass society) dianggap tidak melakukan hubungan antar persona. Dalam masyarakat itu, satu sama lain saling meninggalkan atau saling mengisolasi diri. Akibatnya, individu tersebut mudah terpengaruh oleh efek media massa.<br />Meskipun banyak yang mengkritik, efek tidak terbatas ini masih diyakini memiliki pengaruh yang kuat dalam “membentuk” benak audience. Paling tidak, ada beberapa hal berikut yang bisa dijadikan sebagai alas an, yaitu ebagai berikut :<br /><br />a. Pengulangan ( <em>Redundancy</em> )<br />Ada kalanya sebuah pesan yang disiarkan tidak menimbulkan efek seperti yang diharapkan oleh komunikator. Hal ini disebabkan proses penerimaan pesan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.<br />Agar pesan yang disiarkan bisa mengubah perilaku komunikan, perlu diadakan pengulangan ( redundancy). Pengulangan dilakukan agar terjadi efek yang nyata pada diri komunikan. Hal itu pulalah mengapa media massa mempunyai efek kuat pada diri komunikannya, sebab media massa melakukan pengulangan-pengulangan pada program acara atau iklan yang disiarkan. Pengulangan di satu sisi menjadi bukti nyata bahwa komunikan tidak memiliki kekuatan untuk menolak pesan media massa, sementara di sisi lain media massa memiliki kekuatan yang luar biasa. Jadi, jika dipertanyakan mengapa efek tidak terbatas bisa terjadi, jawabannya adalah karena terjadi pengulangan dalam pesan-pesan yang disebarkannya.<br />b. Mengidentifikasi dan memfokuskan pada audience tertentu yang ditargetkan.<br />Cara lain yang bisa dijadikan alasan munculnya efek tidak terbatas adalah jika suatu media ditujukan pada sasaran tertentu. Pihak yang dijadikan sasaran akan merasa bahwa program yang disiarkan itu mewakili dirinya sehingga perlu ditiru. Program atau pesan yang ditujukan pada sasaran tertentu akan mempunyai efek yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak ditujukan pada sasaran tertentu atau bersifat umum. Target khusus tersebut akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat.FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-74283346180468070682008-11-27T12:46:00.000+07:002008-11-27T12:53:06.645+07:00Materi Kuliah : Pengertian Pers dan Ciri-Ciri PersIstilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).<br /><br />Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.<br /><br />Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium komunikasi yang tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga masyarakat lainnya<br /><br /><br /><strong>Pers sebagai Medium Komunikasi<br /><br /></strong>Ditinjau dari kerangka proses komunikasi, pers tidak lain adalah medium (perantara) atau saluran (channel) bagi pernyataan-pernyataan yang oleh penyampainya ditujukan kepada penerima yaitu khalayak. Dalam proses komunikasi melalui media terdapat 5 unsur atau komponen yang terlibat, yaitu (1) penyampai, (2) pesan, (3) saluran, (4) penerima, (5) efek. Pers hanya sebagai saluran bagi pernyataan umum. Yang bertindak sebagai penyampai bukan individu biasa seperti yang terdapat dalam komunikasi tatap muka, melainkan individu yang bekerja pada surat kabar, majalah, studio radio, televisi, dan sebagainya. Dalam penyampaian pernyataan tersebut ia tidak bertindak sebagai individu biasa, melainkan sebagai bagian atau mewakili media massa. Jadi ia sendiri tidak menampilkan atau mencantumkan namanya, seperti lazimnya dalam media massa. Ia adalah orang yang anonim.<br /><br />Wilbur Schramm menyebutnya sebagai institutionalized person. Sekalipun harus diakui bahwa tidak semua individu bekerja secara anonim, sebab ada juga orang yang bekerja pada persuratkabaran secara terang-terangan, misalnya seorang kolumnis. Ia adalah orang yang secara periodik dengan menyebutkan atau menuliskan namanya dalam penyelenggaraan suatu rubrik tertentu. Seorang kolumnis dapat juga digolongkan sebagai opinion leader atau pembentuk pendapat umum. Karena namanya sudah merupakan jaminan bagi mutu tulisannya, dan tulisan itu dijadikan pedoman bagi pembaca-pembacanya yang setia. Bahkan pengaruh seorang kolumnis kadang-kadang sampai sedemikian besarnya, sehingga sebagai perseorangan ia mampu mempengaruhi kebijaksanaan politik pemerintahnya.<br /><br /><br /><strong>Pers sebagai Lembaga Masyarakat<br /><br /></strong>Pers sebagai subsistem dari sistem sosial selalu tergantung dan berkaitan erat dengan masyarakat dimana ia berada. Kenyataan ini mempunyai arti bahwa di manapun pers itu berada, membutuhkan masyarakat sebagai sasaran penyebaran informasi atau pemberitaannya. Pers lahir untuk memenuhi keperluan masyarakat akan informasi secara terus menerus mengenai kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa besar atau kecil yang terjadi di dalam masyarakat.<br /><br /><br />Peranan dan fungsi pers selain melakukan pemberitaan yang obyektif kepada masyarakat, juga berperan dalam pembentukan pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat dan dalam menegakkan disiplin nasional. Peranan pers dan media massa lainnya yang paling pokok dalam pembangunan adalah sebagai agen perubahan. Letak peranannya adalah dalam membantu mempercepat proses peralihan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.<br /><br /><br /><strong>Fungsi Pers:<br /><br /></strong>1. <strong>Fungsi menyiarkan informasi (<em>to inform</em>)<br /></strong> Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan oleh orang lain, apa yang dikatakan orang lain, dan sebagainya.<br /><br />2. <strong>Fungsi mendidik (<em>to educate</em>)<br /></strong> Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.<br /><br />3. <strong>Fungsi menghibur (<em>to entertain</em>)</strong><br /> Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita yang mengandung minat insani (human interest), dan kadang-kadang tajuk rencana. Meskipun pemuatan isi mengandung hiburan, itu semata-mata untuk melemaskan ketegangan oikiran setelah para pembaca dihidangi berita dan artikel yang berat.<br /><br />4. <strong>Fungsi mempengaruhi (<em>to influence</em>)<br /></strong> Fungsi mempengaruhi ini yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Napoleon pada masa jayanya pernah berkata bahwa ia lebih takut kepada empat surat kabar daripada serangan serdadu dengan senapan bersangkur terhunus. Sudah tentu surat kabar yang ditakuti ini ialah surat kabar yang independent, yang bebas menyatakan pendapat, bebas melakukan social control, bukan surat kabar yang membawakan ”his masteries voiceI”. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar, secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.<br /><br /><br /><strong>SISTEM PERS: POLA HUBUNGAN PERS DAN PEMERINTAHAN</strong><br /><br />1. <strong>Teori Pers Otoriter (<em>Authoritarian</em>)<br /><br /></strong>Lahir pada abad ke-15 sampai ke-16 pada masa bentuk pemerintahan bersifat otoriter (kerajaan absolut). Teori ini hampir secara otomatis dipakai di semua negara ketika masyarakat mulai mengenal surat kabar sebagai wahana komunikasi.<br /><br />Dalam teori ini, media massa berfungsi menunjang negara (kerajaan) dan pemerintah dengan kekuasaan untuk memajukan rakyat sebagai tujuan utama. Oleh karena itu pemerintah langsung menguasai dan mengawasi kegiatan media massa. Akibatnya sistem media massa sepenuhnya berada di bawah pengawasan pemerintah. Kebebasan pers sangat tergantung pada kekuasaan raja yang mempunyai kekuasaan mutlak.<br /><br />4 asumsi dasar falsafah tentang hubungan antara manusia, masyarakat, dan negara:<br /><br />a) Hakikat Manusia: manusia dapat mencapai potensi sepenuhnya hanya apabila manusia itu menjadi anggota masyarakat. Manusia sebagai individu bidang kegiatannya terbatas.<br /><br />(b) Hakikat Masyarakat: manusia sebagai anggota masyarakat atau kelompok yang terorganisasi akan mampu mencapai tujuan hidupnya bahkan tak terukur. Dengan asumsi ini maka kelompok lebih penting daripada perseorangan karena hanya melalui kelompoklah tujuan perseorangan dapat tercapai.<br /><br />(c) Hakikat Negara: bahwa negara adalah ekspresi tertinggi dari organisasi kelompok manusia, mengungguli perseorangan dalam segala skala nilai. Tanpa negara orang perseorangan tidak sanggup mengembangkan atribut-atribut manusia yang berbudaya. Ketergantungan perseorangan terhadap negara dalam mencapai dan mengembangkan peradaban muncul sebagai formula umum dari semua sistem otoriter.<br /><br />(d) Hakikat Kebenaran dan Pengetahuan: pengetahuan dapat ditemukan melalui usaha mental. Kemampuan dalam menggunakan proses mental dalam mendorong munculnya proses itu sangat berbeda. Karena adanya perbedaan itu maka manusia juga harus dibedakan tempatnya dalam struktur masyarakat. Orang-orang bijaksana yang mempunyai kesanggupan menganalisis dan menyimpulkan masalah harus menjadi pemimpin dalam suatu masyarakat yang terorganisasi. Atau, apabila tidak menjadi seorang pemimpin maka setidaknya harus menjadi penasihat bagi pemimpin-pemimpin masyarakat. Pengetahuan yang tidak diilhami tuntutan Ketuhanan didapat melalui usaha-usaha manusia yang sebaiknya disalurkan melalui negara untuk kebaikan semua orang. Dengan demikian maka pengetahuan yang diperoleh dapat dikembangkan dan dapat dijadikan panutan semua anggota masyarakat yang memubutuhkan rumusan absolut.<br /><br />Kekuasaan yang ada pada tangan pemerinah, pada mulanya ada di tangan gereja. Mereka menganggap dirinya mendapat wahyu dari Yesus Kristus untuk membimbing masyarakat agar tidak menyimpang. Akhirnya pemikiran-pemikiran yang dibenarkan gereja menjadi keharusan. Tokoh-tokoh ini adalah Plato, Machiavelli, Hobbes, Hegel, serta Trotsky.<br /><br />Prinsip utama:<br />- Media seyogyanya tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak wewenang yang ada.<br />- Media selamanya (akhirnya) harus tunduk pada penguasa yang ada.<br />- Media seyogyanya menghindari perbuatan yang menentang nilai-nilai moral dan politik atau dominan mayoritas.<br />- Penyensoran dapat dibenarkan untuk menerapkan prinsip-prinsip ini.<br />- Kecaman yang tidak dapat diterima terhadap penguasa, penyimpangan dari kebijaksanaan resmi, atau perbuatan yang menentang kode moral dipandang sebagai perbuatan pidana.<br />- Wartawan atau ahli media lainnya tidak memiliki kebebasan di dalam organisasi medianya.<br />Para Tokoh Pemikir<br /><br />a. Plato<br />Bentuk pemerintahan yang ideal adalah pemerintahan aristokrat atau kebangsawanan. Sifat dasar manusia termasuk keinginan-keinginan materialnya dan perasaan mementingkan diri sendiri cenderung merendahkan derajat pemerintahan. Plato beranggapan bahwa negara akan selamat hanya apabila dipegang oleh orang-orang bijak, misalnya pada magistrat yang memerintah yang memerintah denga otoritas moral dan menggunakan otoritas tersebut untuk menjaga agar elemen masyarakat yang paling dasar tetap pada garisnya. Plato yakin bahwa masyarakat yang ideal adalah masyarakat di mana negara membentuk dan memaksakan tujuan-tujuan politik dan budayanya. Pandangan demikian berarti bahwa ada pengendalian ketat terhadap terjadinya opini dan diskusi dalam masyarakat.<br /><br />b. Machiavelli<br />Machiavelli tidak mempersoalkan tujuan dan arah negara. Yang dipermasalahkan adalah cara untuk mendapatkan dan agar tetap memegang kekuasaan politik. Keamanan negara harus dapat dicapai dengan kebijakan penguasa yang realistis dan nonmoralis. Dibawah doktrin seperti itu diskusi dalam masyarakat harus dibatasi apabila penguasa menganggap bahwa diskusi itu mengancam kedudukannya.<br /><br />c. Thomas Hobbes<br />Berdasarkan dua keinginan dasar manusia, yaitu bebas dari penderitaan dan ingin berkuasa, Hobbes mengembangkan suatu sistem filsafat politik yang lengkap dimana kekuasaan mengawasi kegiatan tiap orang demi kepentingan banyak orang ialah yang terpenting. Kekuasaan untuk menjaga ketertiban dan kedamaian merupakan hal yang utama.<br /><br />d. George Hegel<br />Ahli filsafat dari Jerman ini dijuluki sebagai pencetus cikal bakal komunisme dan fasisme. Kebebasan perseorangan menurut Hegel untuk mengetahui bahwa orang tersebut tidak bebas, tetapi tindakannya ditentukan oleh sejarah, masyarakat, terutama ide absolut yang terwujud dalam negara.<br /><br />· Kaum Tudor di Inggris pada abad 16 memberikan hak-hak paten yang sifatnya eksklusif kepada orang-orang pilihan yang memonopoli bidang penerbitan dan mengeruk keuntungan sepanjang mereka tidak berusaha menggoncangkan pemerintahan<br />· Jurnal-jurnal resmi yang mewakili pemerintah diterbitkan di semua negara Barat. Jurnal-jurnal ini diberi tugas untuk memberikan gambaran yang tepat dan cermat tentang kegiatan pemerintah agar disiarkan kepada masyarakat. Juga membuat tindakan balasan untuk menghapus kesan yang salah akibat tulisan yang karena suatu dan lain hal tidak terjangkau oleh pengawasan pemerintah.<br />· Dikeluarkan sistem lisensi atau perizinan untuk karya perseorangan, terutama dalam masalah agama dan politik. Mereka harus menyerahkan hasil karya kepada wakil pemerintah yang dianggap tahu mengenai tujuan pemerintah.<br />· Cara lain dalam mengawasi pers ialah pendakwaan melalui pengadilan atas pelanggaran peraturan yang telah diterima oleh umum. Dalam semua tindakan hukum tuduhan pengkhianatan merupakan tindakan kriminal terhadap masyarakat.<br />· Ada tiga kategori tindakan yang dapat digolongkan sebagai pengkhianatan, yaitu (1) usaha menggulingkan negara, (2) terlibat dalam kegiatan yang dapat mengarah pada penggulingan negara, dan (3) mendukung dan menganjurkan kebijaksanaan yang dapat mengarahkan pada penggulingan negara. Hukuman bagi pengkhianatan biasanya ialah hukuman mati sebagai senjata ampuh untuk membungkam pendapat yang menyerang pemerintah.<br />· Yang diijinkan ialah semua hal yang mendukung dan mengembangkan tujuan dan kebijakan negara. Sebaliknya, hal yang bersifat mengkritik para pemimpin politik beserta proyek-proyeknya dilarang.<br /><br /><br />2. <strong>Teori Pers Liberal (<em>Libertarian</em>)<br /></strong><br />Sistem pers liberal ini berkembang pada abad ke 17 dan 18 sebagai akibat timbulnya Revolusi Industri dan perubahan besar di dalam pemikiran-pemikiran masyarakat di Barat pada waktu itu yang lebih dikenal sebagai abad aufklarung (abad pencerahan). Lahirnya prinsip liberal yang mendasari pelbagai lembaga sosial politik terutama pers disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya (1) penemuan geografis menghasilkan perluasan pemikiran manusia terutama penemuan-penemuan ilmiah, seperti Newton, Copernicus, dan Keppler yang memperlihatkan adanya nilai-nilai baru. (2) kehadiran kelas menengah dalam masyarakat terutama di Eropa di mana kepentingan kelas komersial sedang berkembang dan menuntut agar pertikaian agama dihentikan. Sementara itu, hak khusus bangsawan dibatasi. Di Inggris terjadi pergeseran dengan keunggulan parlemen atau wakil rakyat atas kekuasaan raja, terjadi pembentukan partai dan menghasilkan pembenaran hak untuk mengadakan revolusi.<br /><br />Menurut teori ini, manusia pada dasarnya mempunyai hak-haknya secara alamiah untuk mengejar kebenaran dan mengembangkan potensinya apabila diberikan iklim kebebasan menyatakan pendapat.<br /><br />Prinsip Dasar:<br />(a) Manusia pada hakikatnya dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan oleh ratio atau akalnya.<br />(b) Kebahagiaan dan kesejahteraan individu merupakan tujuan dari manusia, masyarakat, dan negara. Manusia sebagai makhluk yang menggunakan akalnya mempunyai kemampuan untuk mengatur dunia sekelilingnya dan dapat mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan kepentingannya.<br />(c) Negara merupakan alat yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan. Negara menyediakan lingkungan bagi masyarakat dan perseorangan sehingga mereka dapat menggunakan kemampuannya sendiri untuk mencapai tujuan. Apabila negara gagal dalam mencapai tujuan tersebut maka dianggap sebagai penghalang dan boleh diubah.<br />(d) Kemampuan berpikir manusia adalah pemberian Tuhan yang sama halnya dengan pemberian kejahatan dan kebaikan. Dengan kemampuan tersebut manusia dapat memecahkan permasalahan sehingga makna pemberian Tuhan memudar dan kemampuan manusia memecahkan persoalan menjadi lebih menonjol.<br /><br />Mengenai kebebasan pers, teori libertarian beranggapan bahwa pers harus mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk membantu manusia dalam usahanya mencari kebenaran. Untuk mencari kebenaran, manusia memerlukan kebebasan untuk memperoleh informasi dan pikiran-pikiran yang hanya dapat secara efektif diterima ketika itu, apabila disampaikan melalui pers. Dengan demikian jelas bahwa dalam masyarakat liberal, kebebasan pers merupakan hal yang sangat pokok, karena dari kebebasan pers ini akan dapat dilihat esensialita dari kebebasan manusia. Atau dengan kata lain, kebebasan pers dapat menjadi ukuran atas kebebasan yang dimiliki oleh setiap manusia.<br /><br /><br /><strong>Sistem Pers Komunis<br /><br /></strong>Teori ini berkembang pada awal abad ke20 sebagai akibat dari sistem komunis di Uni Soviet. Dalam teori komunis ini, media massa merupakan alat pemerintah (partai) dan bagian integral dari negara. Ini berarti bahwa media massa harus tunduk pada perintah dan kontrol dari pemerintah atau partai. Tunduknya media massa pada partai komunis membawa arti yang lebih dalam, yaitu sebagai alat dari partai komunis yang berkuasa. Kritik diizinkan dalam media massa, tetapi kritik terhadap dasar ideologi dilarang. Media massa melakukan yang terbaik menurut pemimpin elit negara dan partai, dan apa yang terbaik menurut pemimpin elit negara dan partai. Yang dilakukan media massa untuk mendukung komunis dan negara sosialis merupakan perbuatan moral, sedangkan perbuatan yang membahayakan atau merintangi pertumbuhan komunis adalah perbuatan imoral.<br /><br />Lenin mempunyai keyakinan bahwa pers harus selalu melayani kelas yang dominan dalam masyarakat, yaitu kaum proletar. Oleh karena itu pers harus melayani kepentingan partai komunis, sebagai satu-satunya partai yang mewakili kaum proletar dan sekaligus bertindak sebagai pemimpinnya. Fungsi pers komunis ditetapkan sebagai alat untuk melakukan ”indoktrinasi massa” atau ”pendidikan massa/bimbingan massa” yang dilancarkan oleh partai. Bimbingan dan pendidikan massa ini dilakukan melalui ”propaganda” dan ”agitasi” yang merupakan salah satu aspek terpenting dari fungsi partai dan kegiatan-kegiatan formal negara.<br /><br />Tunduknya pers secara total kepada partai Komunis ini membawa konsekuensi bahwa kebebasannya dibatasi untuk menerbitkan berita-berita atau pandangan-pandangan sendiri, demikian juga usahanya memanfaatkan kebebasan untuk sedapat mungkin melayani kepentingan atau pendapat para pembacanya.<br /><br />Prinsip dari teori Pers Komunis:<br />- Media seyogyanya melayani kepentingan dari dan berada di bawah pengendalian kelas pekerja<br />- Media seyogyanya tidak dimiliki secara pribadi<br />- Media harus melakukan fungsi positif bagi masyarakat dengan: sosialisasi terhadap norma yang diinginkan; pendidikan; informasi; motivasi; mobilisasi<br />- Di dalam tugas menyeluruhnya bagi masyarakat, media seyogyganya tanggap terhadap keinginan dan kebutuhan audiensnya<br />- Masyarakat berhak melakukan sensor dan tindakan hukum lainnya untuk mencegah, atau menghukum setelah terjadinya peristiwa, publikasi anti masyarakat<br />- Media perlu menyediakan pandangan yang purna (complete) dan objektif tentang masyarakat dan dunia, dalam batas-batas prinsip marxisme-leninisme<br />- Wartawan adalah ahli yang bertanggung jawab yang tujuan dan cita-citanya seyogyanya serupa dengan kepentingan terbaik masyarakat<br />- Media hendaknya mendukung gerakan progresif di dalam dan di luar negeri<br /><br /><strong>Perbedaan dengan Teori Pers Otoriter<br /><br /></strong>Teori Pers Otoriter<br />Teori Pers Komunis<br />Pers adalah alat penguasa<br />Pers bagian dari partai yang berkuasa dan merupakan milik negara<br />Media pers memperoleh imbalan baik berupa fasilitas maupun keuntungan<br />Ditiadakan<br />Pers tidak diizinkan mengkritik kelemahan penguasa<br />Bebas mengundang kritik dari penguasa dalam batas meningkatkan program dan efisiensi kerja sebagai alat partai<br />Mempertahankan kekuasaan yang berkuasa<br />Menggulingkan kapitalisme dan borjuis untuk mencapai tujuan masyarakat tanpa kelas<br />Mempertahankan kelas feodal<br />Menciptakan masyarakat tanpa kelas<br />Sedikit terintegrasi dalam kegiatan dengan pemerintahan<br />Secara menyeluruh terintegrasi<br /><br /><br /><br /><strong>Teori Tanggung Jawab Sosial (<em>Social Responsibility</em>)<br /><br /></strong>Muncul pada permulaan abad ke20 sebagai protes terhadap kebebasan yang mutlak dari teori libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral pada masyarakat. Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers harus disertai tanggung jawab kepada masyarakat.<br /><br />Teori tanggung jawab sosial berasal dari inisiatif orang Amerika – Komisi Kebebasan Pers atau the Commission on Freedom of the Press. Pendorongnya yang utama adalah tumbuhnya kesadaran bahwa dalam hal-hal tertentu yang penting, pasar bebas telah gagal untuk memenuhi janji akan kebebasan pers dan untuk menyampaikan maslahat yang diharapkan bagi masyarakat. Secara khusus, perkembangan tenologi dan perdagangan pers dikatakan telah menyebabkan kurangnya kesempatan akses bagi orang-orang dan berbagai kelompok serta rendahnya standar prestasi dalam upaya memenuhi kebutuhan kelompok serta rendahnya standar prestasi dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi, sosial dan moral dari masyarakat. Hal itu juga dipandang telah meningkatkan kekuasaan kelas tertentu. Pada saat yang sama, munculnya media radio dan film yang baru dan tampaknya sangat berpengaruh telah menunjukkan adanya kebutuhan akan jenis pengendalian publik tertentu dan sarana yang sesuai bagi media cetak yang telah lama mapan dan terorganisasi secara profesional.<br />Teori ini merupakan hasil pemikiran para ahli pikir ketika itu yang merasa bahwa teori libertarian murni dan tradisional sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan zaman dan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Pada ahli pikir ini berpendapat bahwa terhadap kebebasan yang telah dinikmati oleh pers Amerika Serikat selama dua abad lebih haruslah diadakan pembatasan-pembatasan atas dasar moral dan etika. Pers harus bertindak dan melakukan tugasnya sesuai dengan standar-standar hukum tertentu.<br /><br />Teori tanggung jawab sosial ini, seperti yang diuraikan oleh Theodore Peterson, mendasarkan pandangannya kepada suatu prinsip bahwa ”kebebasan pers harus disertai dengan kewajiban-kewajiban, dan pers mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat guna melaksanakan tugas-tugas pokok yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam masyarakat modern seperti sekarang ini”.<br /><br />Uraian Peterson ini mengandung makna bahwa dalam teori tanggung jawab sosial, prinsip ”kebebasan pers” masih dipertahankan dengan penambahan tugas dan beban, bahwa kebebasan yang mereka miliki itu haruslah disertai dengan kewajiban-kewajiban bertanggung jawab.<br /><br />Teori ini cenderung berorientasi kepada mementingkan kepentingan umum, baik secara individual maupun kelompok; misalnya pengertian mengenai siapa yang berhak menggunakan media, oleh teori tanggung jawab sosial, dianggapnya bahwa setiap orang mempunyai sesuatu untuk dikatakan. Dan hak kontrol dari media yang diberikan kepada kelompok-kelompok sebagai pendapat masyarakat, tindakan-tindakan konsumen, dan nilai-nilai profesi. Ini berarti bahwa tugas pers harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, dan masyarakat harus bisa melihat dan menilai tugas tanggung jawab sosial ini secara nyata. Maka dapat dikatakan bahwa kebebasan yang dianut oleh teori tanggung jawab sosial ini sangat berbeda dengan pengertian kebebasan mutlak yang dianut oleh teori libertarian. Kebebasan menurut teori tanggung jawab sosial harus pula melihat kepentingan umum atau masyarakat lingkungannya di mana pers itu berada.<br /><br />Teori tanggung jawab sosial menyarankan suatu petunjuk, di mana pemikiran mengenai kebebasan pers diarahkan. Beberapa aspek dari teori ini telah dijalankan seperti di Amerika Serikat. Sejumlah penerbit surat kabar merasakan adanya tanggung jawab terhadap masyarakat yang mereka layani. Sebagai realisasi, industri-industri film membentuk peraturan sendiri (intern) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Orang-orang Amerika mulai menuntut adanya standar tertentu bagi penampilan pers, adanya ketetapan dalam undang-undang. Mereka membuat kode etik dan mengelola media dengan pertimbangan kebaikan bagi masyarakat.<br /><br />Prinsip utama teori tanggung jawab sosial:<br />- Media seyogyanya meneriman dan memenuhi kewajiban tertentu kepada masyarakat<br />- Kewajiban tersebut terutama dipenuhi dengan menetapkan standar yang tinggi atau profesional tentang keinformasian, kebenaran, ketepatan, obyektivitas, dan keseimbangan<br />- Dalam menerima dan menerapkan kewajiban tersebut, media seyogyanya dapat mengatur diri sendiri di dalam kerangka hukum dan lembaga yang ada<br />- Media seyogyanya menghidari segala sesuatu yang mungkin menimbulkan kejahatan, kerusakan atau ketidaktertiban umum atau penghinaan terhadap minoritas etnik atau agama<br />- Media secara keseluruhan hendaknya bersifat pluralis dan mencerminkan kebhinekaan masyarakatnya, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk mengungkapkan berbagai sudut pandang dan hak untuk menjawab<br />- Masyarakat dan publik, berdasarkan prinsip yang disebut pertama, memiliki hak untuk mengharapkan standar prestasi yang tinggi dan intervensi dapat dibenarkan untuk mengamankan kepentingan umum<br />- Wartawan dan media profesional seyogyanya bertanggung jawab terhadap masyarakat dan juga kepada majikan serta pasar.FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-6650288118987299042008-11-27T12:41:00.000+07:002008-11-27T13:01:39.178+07:00Pengen Punya Bentuk Badan Ideal?! Gampang koq..<div align="justify">Punya bentuk badan yang ideal adalah impian semua orang tapi gimana dong kalo bentuk badan kita ga kaya yang kita harepin, kegemukan atau terlampau kurus misalnya?haruskah kita pasrah gitu aja terima nasib??apa harus putus asa coz usaha kita gagal terus??jangan dong guys!!Emang sih bentuk badan berkaitan ma bakat alias gen keturunan dari bokap or nyokap tapi kita bisa koq dapetin bentuk badan yang kita mau dengan cara yang gampang bgt dibawah ini, </div><div align="justify"><br />Buat lo yang pengen kurus atau ngalamin problem kegemukan:</div><ol><li><span style="color:#33cc00;">Minum campuran jus apel dan tomat 1 gelas tiap lo baru bgn tidur</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Sempetin jogging tiap hari minimal 15 menit aja</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Pilih cemilan yang terbuat dari gandum atau ubi – ubian</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Kurangin makanan berminyak</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Latihan angkat barbell dan skipping setiap pagi dan sore minimal 15 menitan</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Lakuin puasa minimal seminggu 2 kali</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Perbanyak aktivitas dan istirahat yang cukup</span></li></ol><p><span style="color:#33cc00;"><br /></span>Buat lo yang pengen gemuk atau badan lo terlampau kurus :</p><ol><li><span style="color:#33cc00;">Minum susu 2 gelas sehari tiap baru bangun dan mau tidur</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Pilih cemilan yang mengandung susu</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Konsumsi alpukat 1 buah sehari</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Banyak minum air putih</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Minum madu sekali sehari</span></li><li><span style="color:#33cc00;">Lakuin olahraga ringan tiap sore min 20 menitan </span></li><li><span style="color:#33cc00;">Jauhin stress dan istirahat yang cukup</span></li></ol><p align="justify"><br />Gimana? Cara – cara diatas cukup mudah dan simple kan…kalo lo rutin ngikutin tips diatas, gue yakin lo bisa dapetin bentuk tubuh yang lo mau. Yang paling penting adalah lo mesti jaga pola makan dan gaya hidup supaya tetep sehat dan bugar. Ga usah ngurangin atau nambahin frekuensi makan lo tiap hari secara berlebihan karena itu ga akan bagus buat badan lo. Ok guys, selamat mencoba ya!! </p>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-35040016597014439412008-11-27T12:39:00.000+07:002008-11-27T12:41:50.809+07:00Kesempurnaan Yang Tidak Sempurna<div align="justify"><span style="font-family:lucida grande;color:#ff6666;">Banyak orang yang menafsirkan arti kata “sempurna” adalah tanpa cacat, tanpa salah, tanpa noda, dan tanpa tanpa lainnya, padahal secara logika kita hidup di dunia yang jelas-jelas tidak sempurna. Kenapa?karena dunia ini bukanlah suatu tempat kesempurnaan. Saya sering bertemu dengan teman-teman saya yang bisa dikatakan perfeksionis dalam segala hal, mulai dari urusan kuliah sampai urusan perlengkapan mandi. Kadang juga ada perasaan lelah berada ditengah-tengah mereka karena yang ada di pikiran mereka adalah bagaimana caranya mereka bisa tampil sempurna.Everyday, I must perfect, mungkin itulah prinsip mereka. Dengan cara berpikir demikian, akhirnya jadilah mereka yang tampil tanpa cacat, wajah mereka cantik dan ganteng, tidak hanya wajahnya enak dilihat saja, tapi juga mulus bak porselen, luar biasa…saya sendiri bingung sekaligus kagum melihatnya. Pakaian yang mereka kenakan juga bergaya ala trend masa kini, ditambah dengan wewangian dari brand-brand ternama, sebutlah Bvlgari, Issey Miyaki, J-lo, Hugo Boss,dsb, yang sering dijadikan identitas bagi mereka. Tidak hanya sebatas fisik saja, dari segi finansial,mereka adalah orang-orang yang terbilang mampu bahkan sangat mampu untuk membeli apapun yang mereka inginkan.Ini terlihat dari gaya hidup mereka yang super wah..,mobil-mobil berkelas,seperti Mercy, BMW, atau Jaguar dipakai mengantar kemanapun mereka pergi, undangan pesta sering mereka datangi, makan pun ditempat-tempat mewah,ya..semua serba mewah.Cck..cck...semua orang, termasuk saya pasti akan berkata bahwa mereka itu sempurna, tidak ada yang kurang dalam diri mereka dan mereka hidup dalam keberuntungan.<br /><br />Tapi tidak semua orang yang seperti itu mengakui kalau mereka sempurna meskipun opini dan persepsi orang lain terhadapnya mengatakan bahwa ia sempurna. Bahkan, mereka malah merasa tidak sempurna. Kenyataan inilah yang membuktikan, kesempurnaan itu hanya terlihat dari luar dan sangat bersifat duniawi. Orang-orang yang cenderung bersifat perfeksionis malah akan merasa bahwa apapun yang dilakukannya masih kurang atau belum sempurna kendati usaha mereka sudah maksimal dan orang lain menilai itu sempurna. Merasa “kurang” adalah satu cerminan dari berbagai tekanan dan doktrin dalam diri yang berkata “saya harus sempurna”. Kebanyakan, mereka yang perfeksionis “hanya” menginginkan kesempurnaan yang bersifat fana alias duniawi. Penampilan fisik, harta, gaya hidup, kekuasaan, jabatan, dsb menjadi tujuan kesempurnaan bagi mereka. Oleh sebab itu, perasaan “masih kurang”, “belum sempurna”, dan “tidak sempurna” kerap mengahantui si perfeksionis. Tanpa disadari mereka terjebak dalam suatu angan-angan kosong dimana dunia bukanlah suatu tempat yang sempurna.<br /><br />Semua orang tentu akan berdecak kagum dan iri melihat mereka yang sempurna hidupnya,dalam arti mereka yang mampu mendapatkan semua yang diinginkan dalam dunia ini dan memiliki nasib yang mujur. Karena kekaguman dan rasa iri seperti inilah yang pada akhirnya mengubah pola pikir kita sama seperti mereka, cenderung ingin sempurna dan mendapatkan apa yang kita inginkan padahal kita menyadari bahwa kita tidak sama dengan mereka, dan tidak bisa menjadi sempurna sama dengan yang mereka rasakan.Ada banyak contoh yang terjadi diantara kita, seperti seorang gadis ABG yang tubuhnya gemuk dan kulitnya bisa dibilang gelap merasa fisiknya tidak sempurna dan ingin menjadi sempurna seperti katakanlah Luna Maya, dia melakukan banyak cara diantaranya diet ketat, setiap hari ke salon untuk mencerahkan kulitnya, minum obat pelangsing, dan selalu menggunakan masker dan payung jika keluar rumah. Semua dilakukan agar ia tampil sempurna tapi akhirnya dia tidak bisa merasa sempurna seperti Luna Maya dan dia pun merasa tersiksa dengan apa yang ia jalani. Sah –sah saja memang jika dalam diri kita timbul perasaan ingin terlihat cantik didepan orang lain(apalagi didepan pacar kita) sebagai suatu cara menghargai dan membuat mereka senang tapi jangan katakan pada otak kita, “saya harus sempurna” karena sadarilah,nobody’s perfect.<br /><br />Di dunia ini, tak ada yang sifatnya sempurna, pasti selalu saja ada yang kurang, pasti selalu ada sisi negatifnya, bahkan orang – orang yang kita anggap sempurna pun merasa bahwa diri mereka tidak sempurna, apapun yang tampak dari luar sempurna,pasti ada celahnya.Lihat saja bagaimana mobil-mobil mewah yang dibuat dengan memiliki fasilitas canggih dan body yang elegan tidak cocok atau tidak nyaman dikendarai di jalanan berlalu lintas padat seperti Jakarta, atau secanggih apapun perangkat gadget yang kita miliki, pasti suatu saat akan mengalami kerusakan dan tidak bisa kita gunakan lagi. Kesempurnaan pada hakikatnya adalah perasaan puas terhadap apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita dan kebahagiaan terhadap apa yang ada dalam diri kita bukan suatu yang terlihat tanpa cacat, bukan suatu yang terlihat tanpa celah, dan bukan suatu yang terlihat tanpa salah. Terimalah diri sendiri dan orang lain apa adanya serta bersyukur bahwa kita tercipta dari Yang Maha Baik dan hidup yang kita jalani berasal dari Yang Maha Sempurna. <br /><br /> </span></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-76215517692346546062008-11-27T12:32:00.000+07:002008-11-27T12:39:52.420+07:00"Love Is Blind"Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang mudah-mudahan bisa bermanfaat..nama dalam cerita ini semuanya disamarkan,,<br /><br /><div align="justify"><span style="color:#ff6666;">Love is blind. Kayanya ungkapan itu cocok buat ngegambarin cerita yang mau gue bagi buat lo semua. Nama gue Sacha, gue masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Tragedi ini dimulai saat gue kenal cowo yang kemudian jadi pacar gue, sebut aja namanya Dendri. Dia tinggal ga jauh dari rumah gue,so..gue banyak denger cerita tentang dia yang katanya seorang drugs user. Tapi entah kenapa gue ga peduli dengan semua kata orang saat dia minta gue jadi pacarnya. Mungkin waktu itu pikiran gue masih kekanak – kanakan,maklum pertama kenal dia,gue masih duduk di bangku SMP, ditambah fisik dia yang “gue banget”. Gue ga pernah mau pusingin dia pemakai atau bukan, yang gue rasain hanya cinta, bahagia, dan bangga punya cowo cakep kaya dia.6 bulan pertama kita pacaran, kita masih baik – baik aja,ditambah pengakuannya kalo dia dah stop pakaw, gue semakin bahagia.<br /><br />Masuk usia 7 bulan, problem mulai muncul, yang jadi penyebabnya adalah bonyok ga suka dan ga setuju bgt gue pacaran ma dia karena he’s drugs user.Sedih dan dilemma buat gue untuk harus mutusin hubungan ini mengingat gue sayang bgt ma dia and he’s my first love. Akhirnya dengan berat hati, gue mutusin dia dan gue pikir masalah dah selesai. Ternyata ngga..dia malah nyoba bunuh diri dengan cara minum racun serangga,untungnya dia ngga tewas.Dulu gue berpikir tindakannya itu nunjukin kalo dia bener – bener sayang ma gue dan karena pikiran gue yang keliru itu gue balikan lagi ma dia.Kita mulai lagi hubungan ini secara backstreet dan cukup berhasil. Secara personality, dia orang yang baik dan care, jauh deh dari kesan playboy, diliat dari fisik dan penampilan juga, jauh bgt dari kesan junkies.<br />Mangkanya gue begitu percaya ma dia.<br /><br />Problem muncul lagi di suatu pagi, awal tahun 2002, gue denger kabar dari bonyok kalo Dendri ditangkep polisi karena nyuri burung ditoko hewan deket rumah gue.Jlekkk…gue serasa ditampar ribuan kali dengernya. Berita itu cepet beredar dan buat gempar di sekitar komplek rumah gue, otomatis track record dia dah jelek bgt.Satu pertanyaan muncul di benak gue, “kenapa dia harus nyuri??” tapi bodohnya gue, gue ga curiga kalo dia balik make lagi.3 bulan sejak peristiwa itu, gue dah mulai bisa lupain dia dan kita sama sekali ga pernah ada kontak. Sampai suatu ketika gue lagi jalan di mall. Gue berpapasan ma cowo yang wajahnya ga asing lagi,yup Dendri..bukan kepalang bahagianya gue saat itu, karena Tuhan masih mempertemukan gue ma dia and then..kita jalan bareng lagi,tentu masih backstreet.Pertemuan itu suatu keajaiban buat gue karena sama sekali ga disengaja dan ga direkayasa, gue jadi semakin yakin bahwa Tuhan menakdirkan gue mang buat dia.Keyakinan itulah yang akhirnya membutakan mata hati gue.<br /><br />Pacaran gaya backstreet ga selamanya mulus bahkan membawa bencana, bonyok tau gue masih pacaran ma dia dan gue dipaksa harus memilih, pilih dia yang artinya gue bakal dikawinin atau pilih bonyok yang artinya gue bisa nerusin pendidikan gue,oh..no..gue mau dua-duanya,akhirnya pura – pura gue ngikutin mereka padahal gue tetep jadian ma dia. Semua normal lagi dan bonyok tenang karena merasa gue dah lepas dari dia.Kejadian itu terus berulang – ulang, ketauan lagi,lagi, dan lagi tapi itu tidak membuat gue mau mutusin hubungan gue ma dia. Karena keukeuhnya gue, bonyok ngalah dan ngasih ijin gue pacaran ma dia,itupun ijin setengah hati.Biar gitu gue dah cukup seneng bgt bgt.<br /><br />Persoalan gue ma bonyok dan lingkungan dah kelar tapi kemudian problem dateng lagi,kali ini penyebabnya sikap Dendri yang mulai berubah ma gue.Dendri sempet cerita kalo dia lagi ada masalah di kantornya dan terancam di pecat.Akibat dari masalahnya itu, dia melampiaskannya ke gue, dia jadi temperamental, kasar, dan cuek, ga jarang gue sakit hati dibuatnya.Semua kata – kata gue dah ga pernah didengernya lagi, dia jadi orang asing dimata gue.Gue pengen benci dia tapi ternyata cinta mampu ngalahin semuanya Satu ketakutan gue adalah dia kambuh pakaw lagi, terlepas dugaan gue bener atau salah yang jelas September 2005 dia jatuh sakit, vonis dokter menyatakan dia kena hepatitis C dan infeksi paru – paru,dugaan gue ma dugaan dokter ternyata sama, itu akibat dia pernah kecanduan narkoba.Saat itu gue merasa gue bakal kehilangan dia selama – lamanya mangkanya gue ga pernah absen nungguin dia di rumah sakit, benci dan sakit hati yang pernah gue rasain hilang gitu aja saat gue menyaksikan dia begitu menderita dengan sakitnya, satu pinta gue, gue Cuma mau dia sembuh.<br /><br />Tuhan akhirnya mengabulkan doa gue, dia sembuh tapi dia ga akan pernah kembali lagi buat gue. Dia meninggal.Baru saat itu gue bener – bener sadar bahwa narkoba bisa mengahancurkan segala – galanya. Meskipun gue bukan seorang pemakai, seribu penyesalan ada dihati, beribu dosa telah gue buat sendiri, khususnya ma bonyok.Buat lo yang punya pacar “pemake” atau mantan pemake,berhati – hatilah dengan cinta yang lo rasa karena cinta itu buta dan memang buta,bersikaplah egois buat kebaikan.Dan buat lo yang masih make, narkoba hanya akan ngebuat lo mati lebih cepat, niatin tuk berhenti, hargai hidup yang Cuma sekali ini, sayangi diri lo karena lo bisa lebih berarti tanpa narkoba… <br /><br /><br /> </span></div>FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-52826758547528332942008-11-26T10:49:00.000+07:002008-11-26T10:50:48.253+07:00"Kerja dimana sekarang, Fir?"Setiap kali ptanyaan itu nyangkut d telingaku, aku hanya bisa menghela nafas panjang sambil menjawab "belom dmana2". Ada perasaan malu, sedih, dan juga kecewa mnyertai jawabanku itu. Yaa..gmana nggak, dah hampir 3 bulan lebih aku ganti status sebagai pengangguran setelah aku dinyatakan lulus sidang skripsi. Awalnya, aku kesulitan menghadapi kenyataan dengan status baruku dan terus2an merasa tak berguna bagi ayah ibuku, ahh..ternyata bener apa yg dibilang orang2 klo cari kerja tu susah..tapi, kemudian aku tersadar akan kata-kata seorang sahabat "syukuri apapun yang terjadi dalam hidupmu,dan yakin bahwa apapun yg menimpamu adalah yang terbaik yang dipilihkan Tuhan untukmu"..<br /><br />Wow..kata2 inilah yang menjadi penyuntik semangatku untuk terus bergerak maju. Perlahan, aku mulai menerapkan kata "bersyukur" di setiap hari-hari yang kujalani. Aku mulai melihat kenyataan dari sisi yang berbeda, mencoba menikmati segalanya sekalipun itu pahit. Di setiap kegagalan yang aku alami, aku mencoba bersyukur dan merenung, tapi tidak untuk diratapi. Hasil perenunganku berbahan dasar rasa syukur ternyata memformulasikan satu pikiran yg baru,"kegagalan itu emang ga ada yang enak, semuanya terasa sangat pahit, tapi justru ia adalah guru terbaik yang akan mengantarkan kita pada keberhasilan", karena gagal, aku jd tau kelemahanku, dan dari situlah aku belajar memperbaiki diri.<br /><br />Ternyata, being jobless ga selamanya buruk koq asal bisa disikapi dengan bijaksana.Betapa bodohnya jika aku terus mengeluh dan tidak menerima kenyataan, betapa sombongnya jika aku menyalahkan Tuhan karena apa?karena Dia sudah memberikan segala hal tanpa diminta skalipun. Aku masih bisa bernafas sampai detik ini saja sudah anugerah yang luar biasa. Dan betapa dungunya jika aku merasa tak berguna karena jika memang aku sudah tak berguna, Tuhan pasti sudah mencabut nyawaku..kenyataannya,kini aku masih hidup dan kehidupan itulah yang dapat ku gunakan sebaik mungkin. Menjadi berguna kan tak harus bekerja di kantor,jadi karyawan,dan menghasilkan materi. Kalo dipikir2, dengan aku menyediakan makanan untuk kucing2ku saja setiap harinya,aku sudah menjadi berguna karena aku membantu agar mereka tak kelaparan..y kan?(",)<br /><br />Hmm..untuk Tyas yang td curhat, Feli, Yesy, Cici, Puput, dan teman2ku yang mengalami hal serupa..tnang,u're not alone..harus slalu bersyukur karena di negeri ini msh banyak yang hidupny jauh lebih parah dri kita..yakin aja keadaan saat ini adalah baik menurutNya dan pastinya g akan abadi..Dia tau kapan saat yang tepat untuk memberikan apa yang kita minta..jangan mau nyerah ma keadaan, slalu berdoa dan tetep berusaha..toh,badai juga pasti berlalu kaan??(dee..lagu Chrisye kalee..hehehe..)FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9091541721771357591.post-9792183408198923572008-11-26T10:41:00.000+07:002008-11-26T11:03:45.589+07:00Ancaman PHK Dan Buruknya Sistem Pendidikan IndonesiaTidak lama lagi para pekerja negeri ini harus bersiap-siap menghadapi ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diperkirakan terjadi pada tahun 2009. Jumlah pekerja yang terkena ancaman ini pun tak main-main, yakni 13000 orang (seperti dilansir Sindo beberapa waktu lalu). PHK dianggap sebagai satu-satunya jalan yang harus diambil perusahaan demi keberlangsungan usahanya di tengah krisis finansial global yang melanda hampir seluruh negara di dunia.<br />Memang, tidak hanya perusahaan di Indonesia saja yang akan mengambil langkah ini, setidaknya tanda-tanda PHK juga dirasakan para pekerja di negara lain, seperti Amerika, negara yang menjadi sumber kekacauan ini terjadi. The Big Three, General Motor, Ford, dan Chrysler sebagai perusahaan otomotif terbesar disana terancam bangkrut. Dampak dari PHK massal ini jelas akan sangat kompleks khususnya bagi Indonesia yang notabene –nya masih berstatus negara berkembang.<br /><br />Orang-orang diluar sana meributkan bahwa penyebab PHK adalah imbas dari krisis ekonomi global dimana perusahaan mengalami dilema antara harus menyesuaikan dengan situasi perbankan dan menurunnya permintaan produksi.Tapi kita kadang lupa berintrospeksi dengan kesalahan dan kelemahan dalam negeri sendiri. PHK sudah sering terjadi setiap tahunnya sejak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 dan tidak pernah ditemukan solusi pasti mengatasi hal ini. Akar dari permasalahan tersebut salah satunya adalah buruknya sistem pendidikan di Indonesia. Begitu banyak anak-anak putus sekolah bahkan tidak mampu bersekolah karena tingginya biaya pendidikan, sistem ujian nasional yang blur , gaji guru yang tidak layak, sarana dan prasarana yang tidak memadai, lemahnya pendidikan kewirausahaan, sampai yang tak kalah penting rendahnya pendidikan agama yang diberikan. Pendidikan yang disebut pemerintah termasuk ke dalam sektor prioritas, nyatanya tak demikian. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat akan memicu lebih banyak persoalan jika langkah PHK terpaksa harus dilakukan.<br /><br />Jangankan mereka yang hanya memiliki ijasah SMP atau SMA, yang sudah jadi sarjana pun tak luput dari ancaman PHK dan pengangguran. Ini menandakan ada yang salah dalam sistem pendidikan kita dimana pendidikan wirausaha, kemandirian, dan agama masih dikesampingkan. Tentu kita tidak punya banyak waktu untuk mengurusi buruknya sistem pendidikan mengingat ancaman PHK yang sudah didepan mata. Tapi, sistem pendidikan ini penting untuk dibenahi dengan lebih mengedepankan kemandirian usaha dimana sektor UMKM mungkin bisa jadi pilihannya. Harus ada perubahan yang dilakukan untuk mengantisipasi PHK yang masih mungkin terus terjadi setiap tahunnya, sektor pendidikan inilah yang perlu diperhatikan.FirdaPuriAgustinehttp://www.blogger.com/profile/01733629379354406749noreply@blogger.com1